Felicia hanya bisa melirik dengan pasrah. Setelah bertahun-tahun bersama, Jimmy tetap saja seperti ini. Usianya sudah tidak muda, tetapi sifatnya masih kekanakan dan tidak tahu malu.Untungnya, Jimmy hanya bersikap begini pada Felicia. Di luar itu, dia tetap tegas dan dewasa. Suaminya ini tidak pernah membuatnya khawatir."Oke. Jimmy, kamu menang kali ini!" ucap Felicia sambil cemberut dan kembali ke kamar.Jimmy langsung menutup pintu. Dia menyeka keringat, lalu berucap sambil tersenyum pada Grace, "Istriku hanya untukku, jadi kamu tidur sendiri saja ya. Selamat malam!"Setelah itu, Jimmy masuk ke kamar. Grace tertawa dan kembali ke kamarnya. Ini adalah kamar tempat Grace menginap terakhir kali.Felicia sudah meminta pembantu untuk menambahkan beberapa barang pribadi agar terasa seperti kamarnya sendiri. Itu lebih memudahkan Grace untuk menginap di lain waktu.Malam itu, Grace menghubungi Harry lewat panggilan video dan memintanya untuk melakukan sesuatu. Dia khawatir setelah pergi, V
Harry menimpali, "Tentu saja. Kamu belum jauh dariku saja, aku sudah kangen sampai seperti ini. Ke depannya, gimana dong?""Setiap kali aku pergi, kamu selalu saja kena masalah. Aku benaran nggak tenang untuk meninggalkanmu. Sepertinya ke depannya, aku harus selalu membawamu ke mana pun aku pergi biar bisa tenang," lanjut Harry. Grace seharusnya tidak perlu mengalami semua ini. Namun, Jimmy terus membuat masalah di tengah jalan. Untungnya, dia baik-baik saja. Kalau tidak, Harry benar-benar bisa kehilangan akal."Grace, besok pagi aku jemput kamu pulang ya," ucap Harry.Grace menjawab, "Oke. Tunggu sebentar. Biar kamu nggak terlalu merindukanku, aku akan turun untuk memberimu pelukan."Wanita itu buru-buru menutup telepon dan langsung berlari turun. Sosok mungilnya seperti burung kecil yang kembali ke sarang. Dia langsung meluncur ke pelukan Harry."Dingin banget!" ucap Grace yang menggigil tanpa mantel. Saat ini, dia hanya mengenakan piama tipis. Angin dingin membuat seluruh tubuhnya
Grace tiba-tiba mendengar suara yang sangat dikenalnya dari belakang. Tubuhnya pun bergetar. Ketika menoleh, dia melihat Harry berjalan mendekat.Mata Grace membelalak tak percaya. Kemudian, dia menunjuk Harry sambil bertanya, "Ke ... kenapa kamu di sini? Bukannya kamu sudah pergi?""Jimmy tahu aku datang. Jadi setelah kamu masuk, dia menelepon dan memintaku untuk menginap. Aku suruh pembantu parkir mobil, lalu ikut kamu ke sini. Setelah itu, aku malah dengar kamu mengomel," jawab Harry.Grace buru-buru mengelak, "Aku nggak bilang apa-apa tadi. Kamu juga nggak dengar apa-apa. Kamu pasti salah dengar!"Harry mengetuk kepalanya, lalu membalas, "Tunggu aku di sini sebentar. Aku ada urusan sama Jimmy. Kamu jangan tidur dulu ya.""Oke!" ucap Grace. Harry pun keluar dari kamar dan melihat Jimmy yang berdiri tak jauh di sana sambil menatapnya dengan kesal."Kamu ini benar-benar. Aku biarkan kamu masuk dengan niat baik, tapi kamu malah membalasku dengan cara ini. Aku lagi enak-enak tidur sama
Jimmy melirik sinis ke arah Harry, lalu berbalik sambil mengomel, "Dasar picik! Aku mending tidur sama istriku!" Namun setelah berbalik, ekspresi ceria Jimmy menghilang dan berubah menjadi serius.Sementara itu, Harry kembali ke kamar. Dia melihat Grace sudah rebahan di ranjang sambil mengangkat kakinya yang putih bersih."Kamu sudah balik? Untungnya di sini ada piama untuk tamu, jadi kamu bisa pakai itu untuk malam ini," ujar Grace tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel."Kamu lagi lihat apa sampai serius begitu?" tanya Harry yang agak cemburu karena melihatnya asyik sendiri.Grace membalas, "Aku lagi lihat resep. Besok pagi, aku mau bikin sarapan untuk kalian. Karena ada banyak orang, aku harus siapkan lebih banyak. Kamu ada pantangan nggak? Suka daun mint nggak? Soalnya aku mau pakai itu besok ...."Begitu Grace mendongak, dia baru sadar bahwa Harry sudah sangat dekat. Saat dia menoleh, bibir mereka pun hampir bersentuhan.Sebelum sempat bereaksi, tiba-tiba Grace sudah terbar
Grace membalas, "Harry, bukannya aku memang selalu seperti ini? Aku nggak merasa ada yang berubah."Grace sendiri tidak terlalu sadar akan perubahannya. Namun di mata orang lain, kemajuannya sangat jelas.Dulu, Grace seperti anak kecil yang selalu memerlukan perhatian dari orang lain. Dia juga sangat penurut. Dia sering kali tidak berani membantah ketika dihadapkan dengan orang yang keras.Dulu, Grace punya sifat yang sabar dan pemaaf, juga cenderung menghindari konflik. Selain itu, dia tidak punya tujuan yang jelas. Grace hanya tahu bahwa dia lemah di matematika dan menganggap dirinya sangat bodoh.Namun sekarang, Grace benar-benar sudah berubah. Dia telah tumbuh menjadi lebih dewasa dan tenang. Meski masih memiliki sifat yang baik hati, Grace sudah menjadi lebih kuat dan berani.Sekarang, Grace tahu cara membela diri dan menghadapi tantangan dengan berani. Dia juga sudah lama tidak merasa dirinya bodoh lagi.Saat tidak bisa mengerjakan soal dulu, Grace merasa dirinya benar-benar tak
Grace mengenali suara orang itu. Jelas, itu adalah suara Greta. Sambil meminta maaf, para suster pun mulai melayaninya."Aku lapar. Kenapa sarapanku belum datang juga? Kalian semua lambat sekali kerjanya. Setelah keluar dari sini, aku pasti akan memecat kalian satu per satu. Apa kalian tahu aku siapa? Aku adalah Nyonya Muda Keluarga Prayogo!" seru Greta.Salah satu suster berucap pelan dengan gugup, "Bu Greta ... biaya perawatanmu sudah lama nggak dibayar. Biaya tenaga tambahan juga ...."Namun, suster lain buru-buru menyela, "Tunggu sebentar, aku akan segera mengurusnya." Kemudian, dia segera membawa temannya keluar."Apa kamu orang baru? Kenapa minta uang sama dia? Sekalipun keluarganya nggak bayar tagihan, kita nggak boleh minta langsung dari dia.""Bisa-bisanya dia masih bangga sebagai Nyonya Muda Keluarga Prayogo padahal nggak ada yang mau bayar tagihannya. Masih bisa begitu sombong pula. Mungkin dia memang orangnya menyebalkan, jadi nggak ada yang memedulikannya!""Dia baru kegug
Grace menambahkan dengan nada dingin, "Kamu sekarang jadi seperti ini sepenuhnya karena ulahmu sendiri. Jangan salahkan orang lain."Grace melanjutkan, "Kalau saja kamu nggak sekejam ini, hidupmu pasti jauh lebih baik. Bukan aku yang membuatmu begini. Kamu sendiri yang pelan-pelan membawamu ke posisi ini.""Jangan menceramahiku. Grace, aku nggak akan melepaskanmu begitu saja. Kamu ini cuma wanita hina, tapi beraninya mau berdiri di atasku. Kamu cuma beruntung menemukan pria yang hebat. Aku akui suamiku memang payah!" balas Greta.Greta tetap keras kepala dan menyalahkan orang lain, tanpa menyadari kesalahannya sendiri. Dia sama sekali tidak pernah merasa dirinya bersalah. Mana mungkin dia bersalah?Greta merasa, dia adalah anak kesayangan Keluarga Lugiman. Dia seharusnya selalu berada di atas. Dia tidak bisa menerima seorang anak haram seperti Grace mengunggulinya.Itu sebabnya meski harus mengorbankan segalanya, Greta ingin menarik Grace ke bawah. Dia tidak akan pernah membiarkan Grac
Saat mendengar kata-kata kejam dan penuh kebencian itu, jantung Grace berdegup kencang. Harry yang memegang erat tubuhnya bisa merasakan hal tersebut. Pria itu pun bertanya, "Kenapa?""Nggak apa-apa," jawab Grace sambil tersenyum kaku. Siapa pun yang mendengar ucapan sekejam itu pasti akan merasa tidak nyaman. Dia tahu, Grerta pasti sangat membencinya sekarang."Tenang saja, aku nggak akan kasih dia kesempatan untuk melakukan itu." Suara tenang Harry terdengar di telinganya.Saat Grace tidak memperhatikan, di balik mata Harry yang tajam tersimpan amarah dingin yang tak terlihat.Begitu sampai di rumah, Harry langsung meminta Juan untuk menyiapkan sebuah surat keterangan palsu dari rumah sakit yang menyatakan bahwa Greta mengalami gangguan mental dan harus dikirim ke rumah sakit jiwa.Tidak ada kemungkinan bagi Greta untuk keluar lagi seumur hidupnya. Harry tidak akan melepaskan siapa pun yang menyakiti Grace begitu saja.Tiga hari kemudian, Grace baru tahu tentang hal ini. Dia terkejut
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k