Grace menambahkan dengan nada dingin, "Kamu sekarang jadi seperti ini sepenuhnya karena ulahmu sendiri. Jangan salahkan orang lain."Grace melanjutkan, "Kalau saja kamu nggak sekejam ini, hidupmu pasti jauh lebih baik. Bukan aku yang membuatmu begini. Kamu sendiri yang pelan-pelan membawamu ke posisi ini.""Jangan menceramahiku. Grace, aku nggak akan melepaskanmu begitu saja. Kamu ini cuma wanita hina, tapi beraninya mau berdiri di atasku. Kamu cuma beruntung menemukan pria yang hebat. Aku akui suamiku memang payah!" balas Greta.Greta tetap keras kepala dan menyalahkan orang lain, tanpa menyadari kesalahannya sendiri. Dia sama sekali tidak pernah merasa dirinya bersalah. Mana mungkin dia bersalah?Greta merasa, dia adalah anak kesayangan Keluarga Lugiman. Dia seharusnya selalu berada di atas. Dia tidak bisa menerima seorang anak haram seperti Grace mengunggulinya.Itu sebabnya meski harus mengorbankan segalanya, Greta ingin menarik Grace ke bawah. Dia tidak akan pernah membiarkan Grac
Saat mendengar kata-kata kejam dan penuh kebencian itu, jantung Grace berdegup kencang. Harry yang memegang erat tubuhnya bisa merasakan hal tersebut. Pria itu pun bertanya, "Kenapa?""Nggak apa-apa," jawab Grace sambil tersenyum kaku. Siapa pun yang mendengar ucapan sekejam itu pasti akan merasa tidak nyaman. Dia tahu, Grerta pasti sangat membencinya sekarang."Tenang saja, aku nggak akan kasih dia kesempatan untuk melakukan itu." Suara tenang Harry terdengar di telinganya.Saat Grace tidak memperhatikan, di balik mata Harry yang tajam tersimpan amarah dingin yang tak terlihat.Begitu sampai di rumah, Harry langsung meminta Juan untuk menyiapkan sebuah surat keterangan palsu dari rumah sakit yang menyatakan bahwa Greta mengalami gangguan mental dan harus dikirim ke rumah sakit jiwa.Tidak ada kemungkinan bagi Greta untuk keluar lagi seumur hidupnya. Harry tidak akan melepaskan siapa pun yang menyakiti Grace begitu saja.Tiga hari kemudian, Grace baru tahu tentang hal ini. Dia terkejut
Ternyata benar, Grace memang tenaga kerja paling murah. Namun harus diakui, Sherline memang mengajar dengan sangat baik. Setiap penjelasannya mudah dipahami dan tidak gampang dilupakan.Lagi pula, Harry tidak keberatan soal uang. Jadi, Grace tidak terlalu mempermasalahkan biaya lesnya. Menjadi istri orang kaya memang menyenangkan.Setidaknya Grace bisa membeli barang yang disukainya tanpa harus memeriksa label harga dulu. Namun mungkin karena seleranya yang sederhana, baju yang dipilihnya sering kali justru yang paling murah di toko."Harry, sebenarnya kenapa kamu pulang?" tanya Grace yang menoleh ke arah Harry.Harry memberi tahu, "Mau ambil beberapa dokumen. Di jalan tadi, aku lihat sebuah toko tua yang sudah berumur ratusan tahun.""Mereka spesialis pangsit goreng. Banyak orang yang antre, jadi aku pikir pasti enak. Aku beli sedikit untukmu. Kurasa, kamu akan suka," jelas Harry sambil menyerahkan pangsit goreng yang masih hangat.Grace langsung menunjukkan ekspresi sangat puas. Dia
Grace baru saja menyelesaikan PR-nya saat jam menunjukkan pukul 9 malam. Tiba-tiba, Harry menelepon. Pria itu mengatakan bahwa malam ini dia harus menghadiri jamuan bisnis dan kemungkinan akan pulang larut."Kamu bakal minum?" tanya Grace.Harry membalas, "Ya, calon klienku kuat minum. Jadi, aku nggak boleh kalah."Grace menimpali, "Kalau begitu, aku akan buatkan sup pereda pengar untukmu.""Oke, tapi kamu jangan menungguku. Tidurlah lebih awal karena besok kamu masih harus kuliah. Jamuan ini bakal ada seorang wanita, itu sekretarisnya calon klienku. Aku akan minta Juan untuk menemaniku," lapor Harry.Mendengar itu, Grace membalas sambil tersenyum, "Aku nggak tanya sejauh itu. Kenapa kamu repot-repot menjelaskan?"Harry menimpali, "Bukannya biasanya wanita sangat penasaran? Mereka biasanya akan tanya pasangannya pergi ke mana, makan sama siapa, ada wanita yang ikut atau nggak, dan apa wanita itu cantik.""Aku memang peduli, tapi aku percaya padamu. Meski ada wanita telanjang di hadapan
"Aku akan bantu jaga sebentar. Kamu cepat pergi mandi. Kalau kamu sakit, malah jadi repot nanti," ucap Sherline.Juan mengangguk setuju. Dalam kondisi sekarang, dia memang terlihat berantakan. Lagi pula, Harry berpakaian sangat sopan dan Sherline juga seorang guru. Jadi, seharusnya tidak akan ada masalah.Setelah Juan pergi, Sherline menempatkan Harry di sofa dengan hati-hati. Sebenarnya, Grace berencana turun ke bawah.Namun, entah kenapa Grace ragu dan akhirnya berhenti di tangga. Sebagai wanita, firasatnya kadang memang sulit dijelaskan tetapi biasanya selalu tepat.Grace melihat Sherline membuka termos yang sudah dia siapkan tadi, lalu menuangkan sup jahe ke dua mangkuk.Setelah itu, Sherline meletakkan termos kembali di dapur. Dia ingin menyuapi Harry sup pereda pengar, tetapi pria itu terlalu mabuk untuk merespons.Sherline pun menepuk-nepuk wajah Harry dengan lembut, tetapi dia tetap tidak bereaksi. Setelah ragu sejenak, Sherline mulai membuka jasnya. Tak hanya itu, dia bahkan m
"Kamu?" tanya Juan yang agak terkejut. Sherline selalu terlihat tenang dan lembut, bahkan bicaranya juga halus. Tidak disangka dia bisa minum, bahkan mengaku memiliki toleransi alkohol yang baik.Sherline menatap Juan yang terlihat tidak percaya, lalu menjelaskan, "Jangan lihat aku seperti ini. Sebenarnya aku cukup kuat minum. Orang tuaku punya pabrik alkohol yang khusus memproduksi minuman keras.""Aku tumbuh besar dengan mencium aroma alkohol setiap hari. Hanya saja sejak jadi dosen, aku sibuk menyiapkan bahan ajar dan nggak berani minum lagi karena takut ketahuan kampus. Kalau sedang libur, aku juga sering minum sedikit di rumah," tambah Sherline.Juan menimpali, "Ternyata begitu. Tapi, toleransi alkohol orang itu luar biasa. Aku sama Pak Harry saja kewalahan. Kamu cuma seorang wanita ....""Orang yang kuat minum itu juga seorang wanita, 'kan?" tanya Sherline."Benar juga," balas Juan.Sherline memberi tahu, "Kalau kamu nggak percaya, kita bisa bertanding dulu. Kalau aku bisa mengal
Grace berkata, "Tapi ... sekarang kamu tampan, aku juga beruntung. Semarah apa pun, emosiku akan hilang saat melihat wajahmu. Memang benar, ketampanan adalah segalanya."Grace mencolek pipi Harry. Kulitnya kenyal, bibirnya seksi dan menggiurkan. Lagi pula, Harry sudah menjadi miliknya. Tidak perlu merasa malu.Grace mendekat dan mencium Harry. Lezat! Ada sedikit wangi alkohol, seperti cokelat yang mengandung alkohol.Grace yang sedang menikmati ciuman itu tiba-tiba berputar dan ditindih oleh Harry. Mata Grace membelalak saat melihat pria di depannya. Mata Harry yang hitam menatap lurus padanya. Pantulannya di mata Harry begitu mungil, seolah-olah ada pusaran yang akan mengisapnya ke dalam dan sulit untuk membebaskan diri.Grace tergagap. "Ka ... kamu ... kenapa sudah sadar?"Harry menjawab, "Habis minum sup pereda mabuk dan ada yang menyerangku. Aku langsung sadar.""Menyerang apa? Kamu ini milikku. Memangnya kenapa kalau kucium?" bantah Grace dengan lantang.Omongan Grace membuat sua
Tak lama kemudian, Grace sampai di sekolah. Dia turun dari mobil dan melihat mereka bertiga makin jauh. Ada sedikit keengganan di hati Grace. Dia tidak akan berbaik hati untuk membiarkan Sherline tinggal di rumah lagi, mengantisipasi Sherline merebut Harry.Grace menelepon Hannah. "Hannah, gimana kalau ada yang mau rebut cowokmu?"Hannah bertanya, "Gimana sikap cowokmu?""Tentu saja cuek," jawab Grace.Hannah menyeletuk, "Kamu tunggu apa lagi? Cepat serang balik. Kebetulan sudah dekat hari ziarah, bakar uang untuk dia. Dia cari mati.""Aku awalnya nggak ragu, tapi sekarang jadi berani karena kamu bilang begini. Tenang saja, aku nggak akan mengalah," kata Grace sambil mengepalkan tinju untuk membulatkan tekad.Setelah kembali ke kelas, Grace tidak bisa fokus mendengarkan materi pelajaran. Dia sibuk memikirkan Sherline. Grace diam-diam mengirim pesan pada Juan, memastikan bahwa ada kegiatan sosialisasi lagi malam itu.Grace juga menanyakan alamat dan waktu kegiatan. Dia meminta Juan untu
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k