Saat mendengar kata-kata kejam dan penuh kebencian itu, jantung Grace berdegup kencang. Harry yang memegang erat tubuhnya bisa merasakan hal tersebut. Pria itu pun bertanya, "Kenapa?""Nggak apa-apa," jawab Grace sambil tersenyum kaku. Siapa pun yang mendengar ucapan sekejam itu pasti akan merasa tidak nyaman. Dia tahu, Grerta pasti sangat membencinya sekarang."Tenang saja, aku nggak akan kasih dia kesempatan untuk melakukan itu." Suara tenang Harry terdengar di telinganya.Saat Grace tidak memperhatikan, di balik mata Harry yang tajam tersimpan amarah dingin yang tak terlihat.Begitu sampai di rumah, Harry langsung meminta Juan untuk menyiapkan sebuah surat keterangan palsu dari rumah sakit yang menyatakan bahwa Greta mengalami gangguan mental dan harus dikirim ke rumah sakit jiwa.Tidak ada kemungkinan bagi Greta untuk keluar lagi seumur hidupnya. Harry tidak akan melepaskan siapa pun yang menyakiti Grace begitu saja.Tiga hari kemudian, Grace baru tahu tentang hal ini. Dia terkejut
Ternyata benar, Grace memang tenaga kerja paling murah. Namun harus diakui, Sherline memang mengajar dengan sangat baik. Setiap penjelasannya mudah dipahami dan tidak gampang dilupakan.Lagi pula, Harry tidak keberatan soal uang. Jadi, Grace tidak terlalu mempermasalahkan biaya lesnya. Menjadi istri orang kaya memang menyenangkan.Setidaknya Grace bisa membeli barang yang disukainya tanpa harus memeriksa label harga dulu. Namun mungkin karena seleranya yang sederhana, baju yang dipilihnya sering kali justru yang paling murah di toko."Harry, sebenarnya kenapa kamu pulang?" tanya Grace yang menoleh ke arah Harry.Harry memberi tahu, "Mau ambil beberapa dokumen. Di jalan tadi, aku lihat sebuah toko tua yang sudah berumur ratusan tahun.""Mereka spesialis pangsit goreng. Banyak orang yang antre, jadi aku pikir pasti enak. Aku beli sedikit untukmu. Kurasa, kamu akan suka," jelas Harry sambil menyerahkan pangsit goreng yang masih hangat.Grace langsung menunjukkan ekspresi sangat puas. Dia
Grace baru saja menyelesaikan PR-nya saat jam menunjukkan pukul 9 malam. Tiba-tiba, Harry menelepon. Pria itu mengatakan bahwa malam ini dia harus menghadiri jamuan bisnis dan kemungkinan akan pulang larut."Kamu bakal minum?" tanya Grace.Harry membalas, "Ya, calon klienku kuat minum. Jadi, aku nggak boleh kalah."Grace menimpali, "Kalau begitu, aku akan buatkan sup pereda pengar untukmu.""Oke, tapi kamu jangan menungguku. Tidurlah lebih awal karena besok kamu masih harus kuliah. Jamuan ini bakal ada seorang wanita, itu sekretarisnya calon klienku. Aku akan minta Juan untuk menemaniku," lapor Harry.Mendengar itu, Grace membalas sambil tersenyum, "Aku nggak tanya sejauh itu. Kenapa kamu repot-repot menjelaskan?"Harry menimpali, "Bukannya biasanya wanita sangat penasaran? Mereka biasanya akan tanya pasangannya pergi ke mana, makan sama siapa, ada wanita yang ikut atau nggak, dan apa wanita itu cantik.""Aku memang peduli, tapi aku percaya padamu. Meski ada wanita telanjang di hadapan
"Aku akan bantu jaga sebentar. Kamu cepat pergi mandi. Kalau kamu sakit, malah jadi repot nanti," ucap Sherline.Juan mengangguk setuju. Dalam kondisi sekarang, dia memang terlihat berantakan. Lagi pula, Harry berpakaian sangat sopan dan Sherline juga seorang guru. Jadi, seharusnya tidak akan ada masalah.Setelah Juan pergi, Sherline menempatkan Harry di sofa dengan hati-hati. Sebenarnya, Grace berencana turun ke bawah.Namun, entah kenapa Grace ragu dan akhirnya berhenti di tangga. Sebagai wanita, firasatnya kadang memang sulit dijelaskan tetapi biasanya selalu tepat.Grace melihat Sherline membuka termos yang sudah dia siapkan tadi, lalu menuangkan sup jahe ke dua mangkuk.Setelah itu, Sherline meletakkan termos kembali di dapur. Dia ingin menyuapi Harry sup pereda pengar, tetapi pria itu terlalu mabuk untuk merespons.Sherline pun menepuk-nepuk wajah Harry dengan lembut, tetapi dia tetap tidak bereaksi. Setelah ragu sejenak, Sherline mulai membuka jasnya. Tak hanya itu, dia bahkan m
"Kamu?" tanya Juan yang agak terkejut. Sherline selalu terlihat tenang dan lembut, bahkan bicaranya juga halus. Tidak disangka dia bisa minum, bahkan mengaku memiliki toleransi alkohol yang baik.Sherline menatap Juan yang terlihat tidak percaya, lalu menjelaskan, "Jangan lihat aku seperti ini. Sebenarnya aku cukup kuat minum. Orang tuaku punya pabrik alkohol yang khusus memproduksi minuman keras.""Aku tumbuh besar dengan mencium aroma alkohol setiap hari. Hanya saja sejak jadi dosen, aku sibuk menyiapkan bahan ajar dan nggak berani minum lagi karena takut ketahuan kampus. Kalau sedang libur, aku juga sering minum sedikit di rumah," tambah Sherline.Juan menimpali, "Ternyata begitu. Tapi, toleransi alkohol orang itu luar biasa. Aku sama Pak Harry saja kewalahan. Kamu cuma seorang wanita ....""Orang yang kuat minum itu juga seorang wanita, 'kan?" tanya Sherline."Benar juga," balas Juan.Sherline memberi tahu, "Kalau kamu nggak percaya, kita bisa bertanding dulu. Kalau aku bisa mengal
Grace berkata, "Tapi ... sekarang kamu tampan, aku juga beruntung. Semarah apa pun, emosiku akan hilang saat melihat wajahmu. Memang benar, ketampanan adalah segalanya."Grace mencolek pipi Harry. Kulitnya kenyal, bibirnya seksi dan menggiurkan. Lagi pula, Harry sudah menjadi miliknya. Tidak perlu merasa malu.Grace mendekat dan mencium Harry. Lezat! Ada sedikit wangi alkohol, seperti cokelat yang mengandung alkohol.Grace yang sedang menikmati ciuman itu tiba-tiba berputar dan ditindih oleh Harry. Mata Grace membelalak saat melihat pria di depannya. Mata Harry yang hitam menatap lurus padanya. Pantulannya di mata Harry begitu mungil, seolah-olah ada pusaran yang akan mengisapnya ke dalam dan sulit untuk membebaskan diri.Grace tergagap. "Ka ... kamu ... kenapa sudah sadar?"Harry menjawab, "Habis minum sup pereda mabuk dan ada yang menyerangku. Aku langsung sadar.""Menyerang apa? Kamu ini milikku. Memangnya kenapa kalau kucium?" bantah Grace dengan lantang.Omongan Grace membuat sua
Tak lama kemudian, Grace sampai di sekolah. Dia turun dari mobil dan melihat mereka bertiga makin jauh. Ada sedikit keengganan di hati Grace. Dia tidak akan berbaik hati untuk membiarkan Sherline tinggal di rumah lagi, mengantisipasi Sherline merebut Harry.Grace menelepon Hannah. "Hannah, gimana kalau ada yang mau rebut cowokmu?"Hannah bertanya, "Gimana sikap cowokmu?""Tentu saja cuek," jawab Grace.Hannah menyeletuk, "Kamu tunggu apa lagi? Cepat serang balik. Kebetulan sudah dekat hari ziarah, bakar uang untuk dia. Dia cari mati.""Aku awalnya nggak ragu, tapi sekarang jadi berani karena kamu bilang begini. Tenang saja, aku nggak akan mengalah," kata Grace sambil mengepalkan tinju untuk membulatkan tekad.Setelah kembali ke kelas, Grace tidak bisa fokus mendengarkan materi pelajaran. Dia sibuk memikirkan Sherline. Grace diam-diam mengirim pesan pada Juan, memastikan bahwa ada kegiatan sosialisasi lagi malam itu.Grace juga menanyakan alamat dan waktu kegiatan. Dia meminta Juan untu
Grace sedang bersembunyi di dalam dengan gugup. Dia terkejut setengah mati oleh nada dering ponsel yang berbunyi mendadak. Sekarang sudah larut malam, hotel sangat sepi.Mendengar nada dering itu, Harry menoleh ke dalam dan melihat seorang gadis mungil berjaket hitam di pojok. Ketika Sherline juga ingin menoleh ke sana, Harry menghentikannya.Harry berujar, "Bu Sherline bisa duduk sebentar di sana." Keinisiatifan Harry membuat hati Sherline berbunga-bunga. Dia menyandarkan diri ke dalam pelukan Harry dan pergi duduk di kursi.Grace segera menolak panggilan telepon Juan. Sebagai gantinya, Grace mengirim pesan untuk memberitahukan dia sedang sibuk.Setelah membaca pesan itu, Juan menyuruh Grace untuk segera datang ke Hotel Jupiter. Juan mengatakan Harry minum terlalu banyak bir dan dia kuat membawanya sendirian.Grace emosi setelah membaca balasan dari Juan. Harry tidak minum sampai mabuk, tetapi Harry tidak kuasa menahan godaan wanita cantik. Awalnya, Grace berpikir Harry adalah pria
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa