Hannah tidak ingin pergi. Robin akhirnya pulang. Dia belum puas melihat Robin. Jika pergi begitu saja ...."A ... apa aku boleh tetap di sini? Apa nggak ada cara lain?" tanya Hannah."Cukup!" Lyla tidak tahan lagi. Dia murka hingga menyapu barang-barang di meja dengan tangannya.Gelas terjatuh dan hancur, menimbulkan suara nyaring yang menakutkan. Hannah ketakutan hingga mundur beberapa langkah. Sementara itu, Lyla sempoyongan sebelum terduduk di sofa. Tangannya berdarah karena tergores pecahan gelas, tetapi Lyla tidak merasakan sakit apa pun."Tanganmu ...." Hannah hendak membantu Lyla mengobati lukanya, tetapi Lyla menghentikannya."Jangan mendekat. Obsesimu terhadap Robin membuatku sangat takut. Kamu terlalu egois ...," ucap Lyla."Aku .... Kalau kamu jadi aku, apa kamu bisa pergi begitu saja? Aku mencintainya selama bertahun-tahun. Kami tumbuh besar bersama. Kamu ngerti perasaan seperti itu?" tanya Hannah."Ya, kamu menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya daripada aku. Sejak awa
"Kenapa bisa begini?""Aku nggak sengaja menjatuhkan gelas.""Kamu bukan orang yang ceroboh.""Mungkin aku kehilangan fokus gara-gara teringat kejadian semalam."Lyla terkekeh-kekeh. Pada akhirnya, hatinya diliputi kegetiran. Robin tertegun. Pengalaman pertama seharusnya sangat membekas bagi wanita, 'kan? Namun, Robin malah tidak ingat apa-apa. Hal ini membuatnya merasa bersalah pada Lyla."Kamu marah?""Nggak kok. Aku justru merasa senang. Robin, kamu mencintaiku nggak?"Lyla tidak pernah menanyakan hal seperti ini kepada Robin. Dia yakin Robin bisa merasakan cintanya. Lyla telah menyerahkan seluruh hatinya kepada Robin. Sekalipun Robin idiot, pria ini pasti bisa merasakannya.Lyla merasa mereka saling mencintai, jadi tidak perlu dipertanyakan lagi. Namun, sekarang dia ingin bertanya untuk mendengar jawaban Robin."Kalau aku jawab jujur, apa kamu bakal menikamku dengan pisau bedah?""Nggak bakal. Jujur saja. Kalaupun kamu bilang nggak mencintaiku, aku bakal menerimanya."Tatapan Robin
"Robin, gimana kalau kita menikah lebih cepat?""Bukannya kamu nggak ingin terburu-buru? Aku setuju dengan pendapatmu. Aku mau menyiapkan yang terbaik untukmu.""Tapi ....""Aku dan Paman akan mengurusnya bersama. Kami nggak bakal merugikanmu. Kamu hanya perlu menunggu dengan tenang."Robin menyela Lyla, membuat Lyla tidak jadi berbicara. Jika perasaan Robin untuknya tidak kuat, pernikahan ini tidak akan berguna. Jika Robin benar-benar mencintainya, tidak masalah jika mereka menikah satu atau dua tahun lagi.Lantas, Lyla seharusnya memercayai Robin atau tidak? Jika Lyla tidak memercayainya, bukankah hubungan mereka akan berangsur retak?"Baiklah, aku percaya padamu," ucap Lyla dengan tegas. Lyla hanya bisa percaya Robin tidak akan mengecewakannya dan akan menyiapkan pernikahan megah untuknya.Siang hari, Lyla dan Robin makan bersama. Kemudian, Robin mengantar Lyla pulang. Lyla tampak murung. Hari ini Harry tidak bekerja, jadi mengajari Grace di rumah.Ketika melihat wajah murung Lyla,
"Instingku mengatakan kamu lagi sedih dan terpuruk, jadi butuh pelukan. Aku nggak tahu apa yang terjadi, tapi aku ingin memelukmu. Ingat, kamu nggak sendirian. Kakakmu, ayahmu, dan aku ada di belakangmu," ucap Grace.Begitu mendengarnya, hati Lyla bergetar. Matanya berkaca-kaca. Dia memeluk Grace dengan wajah berlinang air mata. Hatinya sungguh getir, tetapi dia tidak bisa bercerita kepada siapa pun."Nangis saja sepuasnya. Jangan dipendam. Aku bawa kamu pergi buang stres." Grace menarik Lyla ke mobil. Dia membawa Lyla ke toko kue. Dia memilih banyak macam kue dan menyajikannya di depan Lyla."Ini? Ini cara mengatasi stres?" tanya Lyla."Ya, kamu coba saja." Grace menatap Lyla dengan tatapan penuh penantian.Lyla meragukan Grace, tetapi tetap mencicipi kue. Rasanya sangat manis dan enek, tetapi Lyla tetap ingin memakannya. Kegetiran mulai digantikan oleh rasa manis. Lyla makan sambil meneteskan air mata.Grace merasa tidak tega melihat Lyla seperti ini. Dulu Grace juga makan kue sambil
Ketika melihat seorang pria gendut memeluk dua wanita cantik sekaligus, bulu kuduk Grace pun meremang. Apa kedua wanita itu bakal mati kalau ditindih pria segendut itu?"Nah, minum." Lyla menaruh segelas koktail di hadapan Grace."Rasanya enak?" tanya Grace."Itu koktail, pasti enak," sahut Lyla.Begitu mendengarnya, Grace tidak bisa menahan diri untuk menyesapnya. Rasanya asam dan manis. Benar-benar lezat!Grace minum sampai beberapa gelas. Dalam sekejap, wajahnya menjadi merah. Lyla menepuk bahu Grace dan berujar, "Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di sini.""Oh, oke ...." Setelah Lyla pergi, Grace merasa dirinya juga harus pergi ke toilet. Dia berkata, "Aku ... juga mau pipis. Tunggu aku ...."Grace berjalan dengan sempoyongan. Dia mencari Lyla dengan susah payah. Bar ini terlalu ramai. Dia tidak bisa menemukan Lyla.Grace seperti melihat plakat toilet, jadi mengikuti arah yang ditunjuk. Alhasil, dia malah menabrak sesuatu. Sakit sekali!Grace menjulurkan tangan untuk meraba-raba.
Ketika Lyla merasa panik, Harry tiba-tiba datang. Dia menyapa dengan takut, "Ka ... Kak ....""Mana Grace?" tanya Harry. Dia tak kuasa mengernyit saat mencium bau alkohol yang kuat."Aku nggak tahu. Aku cuma ke toilet, tapi dia tiba-tiba hilang. Aku sudah suruh orang memeriksa rekaman CCTV. Sebentar lagi kita bakal tahu dia ke mana," sahut Lyla.Lyla tidak berani menatap Harry. Matilah dia kalau sesuatu terjadi pada Grace!Staf segera menyerahkan rekaman CCTV. Terlihat Grace dibawa ke kamar seseorang. Jantung Harry hampir copot melihatnya. Dia buru-buru menyerbu ke lantai dua.Sebelum staf sempat membukakan pintu, Harry sudah menendang pintu hingga terbuka. Di dalam sana, terlihat pria paruh baya itu terikat, sedangkan Grace melayangkan cambuk di samping.Grace samar-samar bisa melihat wajah Harry. Setelah memastikan itu adalah Harry, dia buru-buru berkata, "Orang ini aneh sekali. Dia memaksaku menyiksanya. Dia bilang akan memberiku uang kalau aku mencambuknya.""Jadi, kamu mencambukny
"Ya, ya! Aku akan memberikannya padamu!" Melo terpaksa menyerah karena tidak tahan lagi.Setelah mendengarnya, wajah Harry tetap terlihat datar. Dia menyerahkan cambuknya kepada Juan sambil berpesan, "Karena Pak Melo begitu baik hati, kamu harus memberinya pelayanan yang memuaskan. Kamu pasti nggak pernah main game seperti ini, 'kan? Main saja sepuasnya.""Bu ... bukannya aku sudah menyetujui permintaanmu? Ke ... kenapa masih mencambukku?" tanya Melo."Karena aku suka." Usai melontarkan kalimat itu, Harry langsung berbalik dan pergi. Sementara itu, Melo yang tidak tahan lagi akhirnya jatuh pingsan.Di depan pintu, Lyla bergegas memapah Grace menghampiri Harry. Lyla memanggil dengan terbata-bata, "Kak ...."Harry menatapnya dengan tatapan suram, seolah-olah ingin melahapnya hidup-hidup. Lyla tidak berani mendongak dan bulu kuduknya berdiri saking takutnya.Harry menjulurkan tangan untuk memapah Grace. Dia berkata kepada Lyla, "Aku akan suruh orang mengantarmu pulang.""Nggak usah, aku n
Tenaga Grace pun sangat besar, membuat Harry yang sedang lengah langsung terjatuh ke ranjang. Jika Harry tidak menahan tubuhnya, dia mungkin sudah menimpa tubuh Grace.Sebelum Harry berbicara, Grace sudah melingkari lehernya dan mencium bibirnya. Sentuhan lembut dan hangat itu membuat Harry tidak bisa menolak.Waktu terus berlalu. Harry ingin melepaskan diri, tetapi gairahnya sudah bangkit. Di sisi lain, Grace malah memeluknya dengan makin erat.Kedua tubuh saling menempel. Meskipun dihalangi baju, mereka tetap bisa merasakan kehangatan satu sama lain.Harry mengernyit. Dia bisa merasa ada yang aneh dari Grace. Grace tiba-tiba berbisik, "Sebenarnya kamu boleh makan aku sekarang juga. Aku nggak keberatan."Alkohol membuat Grace makin berani. Jika itu biasanya, dia tidak akan berani melontarkan ucapan seperti ini. Dia ingin memberi tahu Harry untuk tidak menahan diri lagi. Dia bersedia melakukannya dengan Harry.Sebentar lagi, Grace akan berusia 19 tahun. Dia bisa bertanggung jawab atas
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar