"Instingku mengatakan kamu lagi sedih dan terpuruk, jadi butuh pelukan. Aku nggak tahu apa yang terjadi, tapi aku ingin memelukmu. Ingat, kamu nggak sendirian. Kakakmu, ayahmu, dan aku ada di belakangmu," ucap Grace.Begitu mendengarnya, hati Lyla bergetar. Matanya berkaca-kaca. Dia memeluk Grace dengan wajah berlinang air mata. Hatinya sungguh getir, tetapi dia tidak bisa bercerita kepada siapa pun."Nangis saja sepuasnya. Jangan dipendam. Aku bawa kamu pergi buang stres." Grace menarik Lyla ke mobil. Dia membawa Lyla ke toko kue. Dia memilih banyak macam kue dan menyajikannya di depan Lyla."Ini? Ini cara mengatasi stres?" tanya Lyla."Ya, kamu coba saja." Grace menatap Lyla dengan tatapan penuh penantian.Lyla meragukan Grace, tetapi tetap mencicipi kue. Rasanya sangat manis dan enek, tetapi Lyla tetap ingin memakannya. Kegetiran mulai digantikan oleh rasa manis. Lyla makan sambil meneteskan air mata.Grace merasa tidak tega melihat Lyla seperti ini. Dulu Grace juga makan kue sambil
Ketika melihat seorang pria gendut memeluk dua wanita cantik sekaligus, bulu kuduk Grace pun meremang. Apa kedua wanita itu bakal mati kalau ditindih pria segendut itu?"Nah, minum." Lyla menaruh segelas koktail di hadapan Grace."Rasanya enak?" tanya Grace."Itu koktail, pasti enak," sahut Lyla.Begitu mendengarnya, Grace tidak bisa menahan diri untuk menyesapnya. Rasanya asam dan manis. Benar-benar lezat!Grace minum sampai beberapa gelas. Dalam sekejap, wajahnya menjadi merah. Lyla menepuk bahu Grace dan berujar, "Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di sini.""Oh, oke ...." Setelah Lyla pergi, Grace merasa dirinya juga harus pergi ke toilet. Dia berkata, "Aku ... juga mau pipis. Tunggu aku ...."Grace berjalan dengan sempoyongan. Dia mencari Lyla dengan susah payah. Bar ini terlalu ramai. Dia tidak bisa menemukan Lyla.Grace seperti melihat plakat toilet, jadi mengikuti arah yang ditunjuk. Alhasil, dia malah menabrak sesuatu. Sakit sekali!Grace menjulurkan tangan untuk meraba-raba.
Ketika Lyla merasa panik, Harry tiba-tiba datang. Dia menyapa dengan takut, "Ka ... Kak ....""Mana Grace?" tanya Harry. Dia tak kuasa mengernyit saat mencium bau alkohol yang kuat."Aku nggak tahu. Aku cuma ke toilet, tapi dia tiba-tiba hilang. Aku sudah suruh orang memeriksa rekaman CCTV. Sebentar lagi kita bakal tahu dia ke mana," sahut Lyla.Lyla tidak berani menatap Harry. Matilah dia kalau sesuatu terjadi pada Grace!Staf segera menyerahkan rekaman CCTV. Terlihat Grace dibawa ke kamar seseorang. Jantung Harry hampir copot melihatnya. Dia buru-buru menyerbu ke lantai dua.Sebelum staf sempat membukakan pintu, Harry sudah menendang pintu hingga terbuka. Di dalam sana, terlihat pria paruh baya itu terikat, sedangkan Grace melayangkan cambuk di samping.Grace samar-samar bisa melihat wajah Harry. Setelah memastikan itu adalah Harry, dia buru-buru berkata, "Orang ini aneh sekali. Dia memaksaku menyiksanya. Dia bilang akan memberiku uang kalau aku mencambuknya.""Jadi, kamu mencambukny
"Ya, ya! Aku akan memberikannya padamu!" Melo terpaksa menyerah karena tidak tahan lagi.Setelah mendengarnya, wajah Harry tetap terlihat datar. Dia menyerahkan cambuknya kepada Juan sambil berpesan, "Karena Pak Melo begitu baik hati, kamu harus memberinya pelayanan yang memuaskan. Kamu pasti nggak pernah main game seperti ini, 'kan? Main saja sepuasnya.""Bu ... bukannya aku sudah menyetujui permintaanmu? Ke ... kenapa masih mencambukku?" tanya Melo."Karena aku suka." Usai melontarkan kalimat itu, Harry langsung berbalik dan pergi. Sementara itu, Melo yang tidak tahan lagi akhirnya jatuh pingsan.Di depan pintu, Lyla bergegas memapah Grace menghampiri Harry. Lyla memanggil dengan terbata-bata, "Kak ...."Harry menatapnya dengan tatapan suram, seolah-olah ingin melahapnya hidup-hidup. Lyla tidak berani mendongak dan bulu kuduknya berdiri saking takutnya.Harry menjulurkan tangan untuk memapah Grace. Dia berkata kepada Lyla, "Aku akan suruh orang mengantarmu pulang.""Nggak usah, aku n
Tenaga Grace pun sangat besar, membuat Harry yang sedang lengah langsung terjatuh ke ranjang. Jika Harry tidak menahan tubuhnya, dia mungkin sudah menimpa tubuh Grace.Sebelum Harry berbicara, Grace sudah melingkari lehernya dan mencium bibirnya. Sentuhan lembut dan hangat itu membuat Harry tidak bisa menolak.Waktu terus berlalu. Harry ingin melepaskan diri, tetapi gairahnya sudah bangkit. Di sisi lain, Grace malah memeluknya dengan makin erat.Kedua tubuh saling menempel. Meskipun dihalangi baju, mereka tetap bisa merasakan kehangatan satu sama lain.Harry mengernyit. Dia bisa merasa ada yang aneh dari Grace. Grace tiba-tiba berbisik, "Sebenarnya kamu boleh makan aku sekarang juga. Aku nggak keberatan."Alkohol membuat Grace makin berani. Jika itu biasanya, dia tidak akan berani melontarkan ucapan seperti ini. Dia ingin memberi tahu Harry untuk tidak menahan diri lagi. Dia bersedia melakukannya dengan Harry.Sebentar lagi, Grace akan berusia 19 tahun. Dia bisa bertanggung jawab atas
Grace mengangguk. "Harry, kalau begitu, aku janji nggak bakal mengecewakanmu. Aku akan berusaha yang terbaik supaya mekar menjadi bunga terindah!"Harry merasa lucu melihatnya. Grace memang menggemaskan. "Ya sudah, cepat tidur."Grace mengangguk dan memeluk Harry sambil tidur.Keesokan hari, Harry memberi tahu Grace bahwa mereka tidak akan belajar selama dua hari. Malam ini, mereka akan berangkat ke Kota Jimba.Grace tentu merasa senang. Dia bisa bermain tanpa harus belajar. Ini akan menjadi momen terindah dalam hidupnya!Harry ke sana untuk membahas proyek pengembangan resor. Sebelum ini, Harry pernah pergi dinas dan meninggalkan Grace sendirian. Alhasil, malah terjadi begitu banyak masalah. Kali ini, dia harus membawa Grace bersamanya.Grace pun membuat rencana. Dia belum sempat menyelidiki tentang ibu kandungnya di Kota Jimba. Kini, dia akhirnya punya kesempatan.Harry menyuruh Grace berkemas. Kemudian, Harry pergi ke perusahaan untuk mengambil beberapa barang.Kebetulan, Lyla datan
"Aku dan Kak Titus sangat menyayangimu. Meskipun kita nggak punya hubungan darah, kamu satu-satu nya adik kami. Kamu boleh mengataiku posesif, tapi aku nggak separah Robin.""Wanita punya rahasia sendiri setelah tumbuh dewasa. Aku bisa memberimu ruang privasi, tapi aku nggak ingin melihatmu sedih. Kamu, Grace, dan Ellie adalah wanita paling penting di hidupku," ucap Harry.Begitu mendengarnya, mata Lyla berkaca-kaca. Air mata menetes di wajahnya. Dia tidak berani berbalik karena takut tidak bisa menahan diri dan menceritakan kejadian kemarin kepada Harry. Lyla hanya bisa memendam semuanya sendirian."Kak, terima kasih banyak. Aku pasti melakukan banyak kebaikan di kehidupan sebelumnya, makanya punya kakak yang begitu baik. Aku nggak sedih kok. Kalau ada masalah, aku pasti memberitahumu.""Aku sangat senang bersama Robin. Aku sudah memilihnya. Aku sudah terbiasa mengejarnya dari belakang. Aku tahu cintaku terkesan rendah diri karena terus mengikutinya tanpa malu. Orang-orang mungkin aka
Harry tidak mendekati pantai karena punya fobia air. Dia hanya duduk di pinggir pantai sambil mengobrol dengan Robin. "Ayo minum.""Belakangan ini aku sering membuat masalah karena mabuk. Lebih baik aku nggak minum dulu," sahut Robin tanpa daya."Robin, kamu yakin ingin menikahi adikku? Aku cuma punya satu adik. Anak lain dilindungi kakaknya waktu kecil, tapi dia berbeda. Lyla nggak seperti Hannah. Hannah mendapat perlindunganmu sejak kecil. Aku juga nggak akan berkomentar apa pun kalau kamu melindunginya. Tapi, kamu nggak boleh menyakiti Lyla. Dia adik kesayanganku.""Hari ini aku bicara bukan sebagai sahabatmu, melainkan sebagai kakak Lyla. Lyla akan menikah sebentar lagi. Meskipun suaminya adalah sahabatku, aku tetap ingin memperingatkanmu untuk memperlakukan Lyla dengan baik. Oke?" pesan Harry.Robin menelan ludah dengan susah payah. Harry tidak pernah menggunakan nada bicara seperti ini padanya. Harry adalah orang yang sombong, jadi tidak pernah merendahkan dirinya. Namun, kali in
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa