"Ce ... cepat pakai baju. Jangan sampai kamu jatuh sakit," ujar Grace dengan suara bergetar. Dia tidak berani bertatapan dengan Harry."Anggap saja ini latihan sebelum kita menikah," goda Harry sambil tersenyum nakal."I ... itu masih lama, latihannya nanti saja. Nah, cepat sedikit," sahut Grace yang melemparkan piama kepada Harry.Harry tahu calon istrinya ini pemalu, jadi dia langsung mengenakan piamanya. Kemudian, Grace melompat dari ranjang dan berlari ke kamar mandi. "Giliranku."Selesai mandi, Grace merasa nasibnya sangat sial. Dia sibuk mencari piama untuk Harry sampai lupa pada piama dan jubah mandi sendiri. Satu-satunya handuk di kamar mandi dibawa Harry, apa yang harus dilakukannya sekarang?Grace pun membuka pintu sedikit, lalu menjulurkan kepalanya. Dengan wajah tersipu, dia bertanya, "Eee .... Harry, bisa tolong ambilkan pakaianku?"Harry yang duduk di ranjang pun mendongak, lalu melihat kepala Grace dan pantulan tubuhnya di pintu kaca. Asalkan mendekat, Harry sudah bisa m
Grace memelototinya dengan galak. Wajah mungilnya tampak merah. Setelah memeras otaknya cukup lama, dia tidak bisa menemukan makian yang tepat untuk Harry."Huh! Lagian, kamu cuma bisa melihatnya!" ujar Grace dengan kesal. Kemudian, dia langsung masuk ke selimut. Harry merasa jengkel mendengarnya. Kenapa dia hanya boleh melihat?Dulu, Grace merasa ranjang ini sangat besar. Sekarang, dia malah merasa sempit karena kehadiran Harry. Dia merasa sangat aneh jika tidur bersama Harry.Sekujur tubuh Grace terasa panas, seolah-olah darahnya bergejolak hebat. Dia meringkukkan tubuh dan berbaring di pojok tanpa berani bergerak.Namun, Harry tiba-tiba mendekat. Grace ketakutan hingga bergeser. Ketika Grace hampir terjatuh, Harry langsung merangkul pinggangnya dan memeluknya."Bukannya kamu percaya padaku? Kenapa tiba-tiba jadi takut?" goda Harry.Grace membalas dengan keras kepala, "Siapa juga yang takut? Aku cuma nggak terbiasa berbagi ranjang dengan orang lain.""Kalau begitu, kamu harus segera
Rudi merasa agak canggung. Dia dan Aryan sudah cukup tua, sekarang mereka malah sibuk membahas masalah pribadi anak-anak. Rudi berdeham sejenak, lalu berkata dengan penuh hormat, "Tuan, kalau boleh tahu apa yang kamu maksud dengan saling mencintai? Hubungan Tuan Harry dan Nona Grace sangat baik. Mereka selalu saling menghormati dan harmonis.""Bukan itu yang kutanyakan!""Hm ... Nona Grace masih sangat muda, jadi Tuan Harry selalu mengalah pada Nona Grace. Mengenai masalah yang lainnya, aku juga nggak berani menyimpulkan sendiri."Mendengar ucapannya, Aryan langsung mengerti bahwa tidak pernah terjadi apa pun pada kedua orang itu."Bukannya malam itu sudah kuatur? Kenapa nggak berhasil?" Maksud Grace adalah saat pertemuan pertama antara Harry dan Grace. Dia sudah mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan seorang menantu untuk Harry, tentunya itu bukan hanya untuk pajangan!Grace memang masih muda, tapi Harry sudah cukup dewasa. Semakin muda usia istrinya, justru harus semakin cepat di
Grace khawatir apakah matanya akan bintitan setelah melihat sesuatu yang tidak pantas dilihatnya. Harry mengelap tubuhnya, lalu mengenakan pakaian dan berkata, "Kamu bisa berbalik sekarang, aku sudah berpakaian."Setelah membalikkan badan, Grace yang melihat Harry sudah berpakaian rapi pun merasa lega. Dia bergegas cuci muka dan sikat gigi, lalu buru-buru turun bersamanya untuk sarapan.Aryan sudah duduk di depan meja makan. Kalimat pertama yang dia ucapkan saat melihat Harry adalah, "Nak, wajahmu kelihatannya kurang sehat. Nggak tidur nyenyak semalam?"Grace baru menyadari ada lingkaran hitam di bawah mata Harry, bahkan matanya juga terlihat merah. Apakah Harry tidak tidur nyenyak semalam?Harry menjawab dengan nada datar, "Nggak apa-apa, cuma mimpi buruk."Tentu saja alasannya ini tidak bisa mengelabui Aryan. Dia paham bahwa Harry pasti sangat menderita karena tidak bisa menikmati Grace yang terpampang di hadapannya. Padahal Harry masih muda dan bertubuh kekar, tapi kenapa malah puny
Grace mendengar suara Harry yang berat dan serak seperti sedang kesulitan menahan sesuatu. "Orang sakit mana boleh mandi air dingin?" sergahnya dengan panik. Saat masuk ke kamar mandi, dia melihat Harry yang sedang berdiri di bawah pancuran air."Kamu sudah gila ya? Penyakitmu bisa tambah parah!" Grace langsung menarik lengan Harry untuk mencoba membawanya keluar. Namun tak disangka, pria itu langsung menekannya ke dinding dengan keras. Di bawah pancuran air, baju Grace juga jadi basah kuyup.Grace sedang mengenakan piama yang tipis. Bajunya yang basah itu menempel pada kulitnya, sehingga menonjolkan lekuk tubuhnya yang indah. Pemandangan ini membuat orang yang melihatnya akan berimajinasi liar."Ke ... kenapa kamu ini?" Grace baru menyadari bahwa Harry tidak terlihat seperti sedang sakit. Pria ini memancarkan aura yang menakutkan bagaikan binatang buas. Mata Harry sedikit memerah, menyimpan emosi yang dalam dan menakutkan seperti ombak besar yang seolah-olah bisa menelannya.Jantung G
"Kamu tahu apa yang sedang kamu bicarakan?" Harry mengernyitkan alisnya. Sepasang matanya terus menatap Grace dengan intens, seolah-olah bisa menebak pikirannya.Grace tentu sadar dengan apa yang dia katakan. Dia bukan lagi anak kecil, dia tahu jelas dengan apa yang dia lakukan dan akan bertanggung jawab atas tindakannya."Kamu membutuhkanku, kamu ini tunanganku. Aku nggak seharusnya ... menolakmu ...."Grace melangkahkan kakinya yang ramping dan berjalan ke hadapan bak mandi. Setelah menarik napas, dia bersiap untuk menanggalkan pakaiannya. Harry langsung berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Wajahnya tampak suram dan menakutkan. Dia menggendong Grace dan berjalan keluar dari kamar mandi.Grace langsung mengerti. Dia justru merasa agak bersyukur karena Harry memberinya pengalaman pertama yang baik. Dia tidak berani menatap Harry, sehingga terpaksa memejamkan matanya."Tolong ... lakukan dengan lembut ya? Aku ... takut sakit ...," celetuknya dengan bersusah payah.Namun, tiba-tib
"Nggak apa-apa, mentalku kuat. Justru kamu sendiri, apa kamu baik-baik saja?"Grace merasa situasi tadi sangat canggung baginya. Entah kenapa tadi dia memutuskan untuk berbaik hati, padahal Harry sama sekali tidak menghargainya."Kamu khawatir padaku?" tanya Harry."Aku ... lebih khawatir pada diriku sendiri," gumam Grace dengan pelan."Apa?" Harry mengernyitkan alisnya karena tidak bisa mendengar ucapan Grace dengan jelas."Nggak apa-apa, tidurlah. Kamu juga sudah capek, cepat istirahat." Grace menggeser posisinya agar Harry bisa berbaring. Saat ujung jarinya tidak sengaja menyentuh lengan Harry, Grace bisa merasakan bahwa kulit Harry masih terasa panas saat ini.Setelah naik ke tempat tidur, Harry tetap tidak berani sembarangan menyentuh Grace. Sebab, Grace bisa membangkitkan gelora dalam tubuhnya dengan mudah. Karena sudah berjanji akan menunggunya berusia 20 tahun, Harry harus berusaha menepati janjinya. Jika telah menemukan seseorang yang cocok, jangankan dua tahun, Harry bahkan r
Tidak boleh berubah pikiran? Tanpa sadar, Grace langsung menoleh pada Harry. Sementara itu, Harry juga sedang menatapnya dengan tatapan yang rumit. Grace tidak bisa menebak maksud tatapan itu, apakah itu adalah penantian atau tidak acuh?Grace membalas, "Paman, aku mengerti, aku nggak akan berubah pikiran. Semoga kelak benar-benar bisa memanggilmu Ayah."Mendengar hal ini, Aryan langsung merasa sangat bergembira dan terus-menerus mengangguk. Dengan kondisi kesehatan Harry yang seperti ini, dia masih bisa mendapat istri yang begitu cantik dan pengertian. Ini benar-benar sebuah keberuntungan bagi Harry.Sebelum berangkat, Aryan kembali berpesan pada Grace untuk meneleponnya jika sampai ditindas oleh Harry. Aryan berjanji akan langsung datang untuk membela Grace. Begitu Aryan pergi, Grace langsung melambaikan gelang di tangannya dan berkata pada Harry, "Harry, apa ini termasuk jaminan kebebasan untukku?""Yah, bisa dibilang begitu.""Baguslah kalau begitu. Dengan begitu, aku bisa mengguna
Hannah meneruskan, "Aku sudah melupakan semua masalah yang menyedihkan itu, kamu juga harus melupakannya. Kamu nggak berutang padaku, aku yang terus mempersulitmu. Aku sudah dewasa, nggak perlu dilindungi kamu lagi. Nantinya pasti ada yang melindungiku."Hannah menambahkan, "Kamu simpan saja perhatianmu untuk orang lain. Aku nggak butuh!"Hannah berusaha menahan air matanya dan mengungkapkan semua kata-kata yang sudah disiapkannya untuk waktu yang lama. Ternyata, rasanya begitu lega setelah memutuskan untuk melepaskan seseorang.Robin berbalik setelah mendengar perkataan Hannah dan tersenyum. Dia tidak melontarkan sepatah kata pun. Robin hanya mengangguk, ekspresinya terlihat lembut.Hannah tahu Robin hanya menunjukkan perhatiannya sebagai seorang kakak. Hannah juga menerimanya. Dia tidak menyesal karena sudah melakukan apa yang dia inginkan. Hannah akan melanjutkan hidupnya dan menemukan pria yang mencintainya."Hati-hati di jalan," pesan Hannah sambil melambaikan tangannya. Dia menga
Pemilik kedai tahu Harry memikirkan kepentingan anaknya. Jadi, dia pun setuju. Harry menemukan anak pemilik kedai, lalu menyerahkannya kepada pihak kepolisian.Saat dipenjara, anak pemilik kedai memarahi Harry suka mencampuri urusan orang lain. Dia juga memaki ayahnya yang bersikap kejam terhadap anak kandung sendiri.Harry berpesan, "Robin, tolong beri tahu temanmu di kantor polisi untuk beri dia pelajaran. Aku nggak senang dengar omongannya tadi."Robin menyahut, "Oke. Harry yang marah baru kelihatan normal."Harry bertanya, "Menurutmu, butuh berapa lama untuk mengubah sifat seseorang?"Robin menjawab, "Untuk orang yang parah begini, setidaknya butuh waktu lebih dari 1 tahun."Harry menimpali, "Kalau begitu, 3 tahun saja. Setiap perbuatan ada konsekuensinya. Aku juga nggak pernah bersikap lunak saat membantu orang."Robin mengangguk, orang yang kecanduan judi selama bertahun-tahun seperti ini harus diawasi untuk waktu yang lama agar tidak berulah lagi."Oh iya, aku sudah mau pergi,"
Grace menyahut, "Nggak. Aku cuma lewat dan bantu antar mereka ke rumah sakit.""Terima kasih, Bu Grace. Kalau bukan karena kamu, takutnya aku dan anakku ...," ucap menantu pemilik kedai. Sebelum menyelesaikan ucapannya, air matanya mengalir.Grace menghibur, "Jangan menangis, wanita yang baru melahirkan nggak boleh menangis. Nanti aku juga ikut menangis. Dengarkan nasihatku, aku bawa Harry lihat anakmu. Aku akan beri tahu kamu paras anakmu setelah kembali."Bayi menantu pemilik kedai lahir prematur, jadi langsung dimasukkan ke inkubator. Grace membawa Harry untuk melihat bayi itu. Ternyata bayinya berjenis kelamin laki-laki. Dia sangat kecil dan wajahnya berkerut."Apa semua bayi yang baru lahir begitu jelek?" komentar Grace dengan ekspresi sedih.Harry bertanya, "Kenapa di bokongnya ada lebam?"Grace menjawab, "Konon orang mati yang nggak mau bereinkarnasi akan ditendang oleh Dewa Akhirat untuk turun ke dunia fana. Kamu juga punya tanda seperti itu waktu baru lahir."Harry menanggapi
"Lagi pula, nanti dia juga akan kemari saat nggak bisa menemukanmu. Aku nggak akan khawatir lagi," ucap Robin sambil tersenyum. Dia hendak membawa pemilik kedai untuk diobati, tetapi pemilik kedai menolak.Alasannya karena pemilik kedai tidak punya uang dan tidak ingin meninggalkan kamar bersalin. Keluarga menantunya sangat jauh. Sejak hamil sampai sekarang, keluarganya tidak sempat datang berkunjung.Istri pemilik kedai sudah lama meninggal. Hanya tersisa dia sendiri yang menjaga menantunya. Jika menantunya selesai melahirkan dan tidak melihatnya di sana, dia pasti akan sangat sedih.Grace merasa bahwa pemilik kedai adalah ayah mertua yang baik. Dia sangat peduli pada menantunya. Hal ini membuat Grace teringat pada Aryan. Grace merasa sangat beruntung memiliki ayah mertua yang baik."Bos, kamu dan putramu ...," tanya Grace dengan hati-hati."Hais." Begitu mendengar ini, pemilik kedai menghela napas panjang. Dia memukul dadanya sambil mengentakkan kaki. Ekspresinya terlihat sangat meny
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace