Tidak boleh berubah pikiran? Tanpa sadar, Grace langsung menoleh pada Harry. Sementara itu, Harry juga sedang menatapnya dengan tatapan yang rumit. Grace tidak bisa menebak maksud tatapan itu, apakah itu adalah penantian atau tidak acuh?Grace membalas, "Paman, aku mengerti, aku nggak akan berubah pikiran. Semoga kelak benar-benar bisa memanggilmu Ayah."Mendengar hal ini, Aryan langsung merasa sangat bergembira dan terus-menerus mengangguk. Dengan kondisi kesehatan Harry yang seperti ini, dia masih bisa mendapat istri yang begitu cantik dan pengertian. Ini benar-benar sebuah keberuntungan bagi Harry.Sebelum berangkat, Aryan kembali berpesan pada Grace untuk meneleponnya jika sampai ditindas oleh Harry. Aryan berjanji akan langsung datang untuk membela Grace. Begitu Aryan pergi, Grace langsung melambaikan gelang di tangannya dan berkata pada Harry, "Harry, apa ini termasuk jaminan kebebasan untukku?""Yah, bisa dibilang begitu.""Baguslah kalau begitu. Dengan begitu, aku bisa mengguna
Hannah melihatnya dengan ragu-ragu. "Kenapa? Apa kehidupan seksmu nggak cocok dengan Harry? Ada rumor yang mengatakan bahwa Harry lemah syahwat. Apa itu benaran?"Mendengar hal ini, wajah Grace langsung memerah. Pertanyaan Hannah terlalu blak-blakan, dia bahkan merasa agak malu mendengarnya. Grace sekarang memang tidak peduli dengan masalah ini, tapi dia tidak bisa menjamin tidak akan keberatan kelak.Grace memang tidak pernah merasakan hubungan suami istri. Dia sebenarnya juga tidak keberatan jika tidak bisa merasakannya seumur hidup. Hanya saja, Grace menginginkan anak. Sebab, Grace tidak pernah mendapat cinta kasih dari orang tuanya sejak kecil. Oleh karena itu, dia ingin menebus kekurangan ini kepada anaknya.Jika Harry memang tidak bisa melakukan hubungan badan, Grace bisa saja mencoba bayi tabung. Mungkin akan lebih sulit, tetapi ini juga merupakan salah satu solusi.Grace melambaikan tangannya. "Nggak ada terjadi apa pun di antara kami, jadi mana mungkin aku bisa tahu hal sepert
Greta tidak menyangka Grace akan melawannya. Dia mengentakkan kaki dengan marah dan hendak menarik tangannya kembali. Namun, kekuatannya tidak sebanding dengan Grace. Sejak kecil, Greta tidak pernah kerja kasar sama sekali. Sebaliknya, Grace selalu masak dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya.Pasalnya, dia terlahir di Keluarga Lugiman bukan untuk menikmati hidup menjadi putri, melainkan untuk membayar karma buruk ibunya! Greta tidak akan mungkin bisa menandingi kebencian dalam hati Grace."Sepertinya kamu sudah gila!" Greta mengangkat tangannya hendak memberi pelajaran pada Grace lagi. Namun, tangannya langsung didorong dengan kasar oleh Grace."Greta, coba saja kalau kamu berani menyentuhku lagi? Kamu masih mau menikah ke Keluarga Prayogo nggak? Kamu dan Frandy sudah sampai tahap membicarakan pernikahan, 'kan? Aku dengar, ibu Frandy merendahkan statusmu di Keluarga Lugiman dan menentang hubungan kalian? Kalau aku hasut Harry dan memintanya untuk bicara dengan ayahnya, kamu piki
Sementara itu, Harry yang terus menunggu di perempatan jalan, masih tidak kunjung melihat sosok Grace. Akhirnya dia memutuskan untuk mengendarai mobilnya ke sekolah dan mencari Hannah."Di mana Grace?""Aku sudah keliling sekolah, tapi nggak bisa menemukannya sama sekali! Greta tadi cari dia dan mereka janji ketemuan di suatu tempat. Apa kamu sudah tanyakan ke Keluarga Lugiman? Mungkin saja dia pulang?!"Harry mengerutkan alisnya sejenak. Setelah itu, dia langsung memerintahkan Juan untuk mengecek kamera pengawas sekolah dan menghubungi Keluarga Lugiman. Hanya dalam sekejap, dia sudah mendapat hasilnya.Harry bergegas ke gedung belajar keempat. Suasana di sana gelap gulita bagaikan rumah hantu. Hannah yang duluan berlari ke gedung itu, tapi tidak bisa membuka kunci pintunya. "Cepat bantu aku. Grace paling takut kegelapan, dia pernah ditakut-takuti waktu masih kecil!"Ekspresi Harry langsung menjadi muram. Dia menendang pintu itu dengan keras hingga pintu besi yang sudah using itu pun t
Grace melihat Harry yang masih tertidur lelap, hatinya tiba-tiba terasa lembut. Rasa takut dan perasaan sedih yang dia alami kemarin, kini lenyap begitu melihat Harry di sini. Untung saja, Harry akhirnya datang.Harry tidur dengan posisi menyamping, memperlihatkan setengah wajahnya yang terluka. Luka itu tidak terlihat menakutkan lagi sekarang. Grace menyentuh wajahnya dengan lembut, merasakan kulitnya yang berkerut dan kasar.Grace merasa iba terhadap Harry. Apakah saat kulitnya terbakar waktu itu, rasa sakitnya sangat menyiksa? Bagaimana perasaan Harry saat terbangun dan melihat wajahnya yang telah hancur? Dia pasti sangat putus asa.Tak kuasa menahan rasa simpati, Grace membungkuk dan memberi kecupan ringan di wajah Harry. Dia ingin mengusir rasa sakit Harry dan menghapus masa lalunya yang kelam. Jika Grace bisa mengulang semuanya dari awal, Harry juga pasti bisa melakukannya!Saat Grace sedang termenung, tiba-tiba terdengar suara lembut dan menawan di telinganya, "Kamu diam-diam me
Tatapan Harry tertuju pada wajah Grace yang terluka. Harry menyahut dengan dingin, "Menagih utang."Grace terkejut, apa Harry mau melindunginya dan mencari masalah dengan Greta? Grace merasa sedikit khawatir saat berdiri di depan pintu kediaman Keluarga Lugiman. Greta sudah bertekad untuk menjadi menantu Keluarga Prayogo. Kelak, Greta akan menjadi nyonya di Keluarga Prayogo setelah menikah dengan Frandy.Ayah Frandy memiliki saham sebesar 40 persen di perusahaan Keluarga Prayogo. Aryan memiliki saham 20 persen dan dewan direksi memegang saham 20 persen. Sementara itu, Harry hanya memiliki saham sebesar 10 persen. Sekarang, Harry malah berniat mencari masalah dengan Greta. Jika Frandy marah, nanti Harry pasti akan menanggung semua akibatnya.Grace menarik lengan baju Harry dan berkata, "Biar aku yang menyelesaikan masalah ini sendiri. Aku nggak mau kamu terlibat karena masalahku.""Bukannya aku ini pria yang nggak berguna kalau nggak bisa melindungi tunanganku sendiri?" timpal Harry.Ka
Viktor yang merespons terlebih dahulu. Begitu melihat Harry, Viktor langsung merasa gugup. Viktor segera berdiri, lalu menegur pelayan, "Apa kamu nggak lihat ada tamu yang datang? Cepat sajikan teh!"Viktor berbicara dengan Harry, "Kamu pasti Harry, 'kan? Kenapa kamu tiba-tiba datang? Silakan duduk."Kemudian, Viktor memberi isyarat kepada Greta untuk pergi. Harry pasti membawa Grace datang untuk menanyakan masalah kemarin. Greta juga tidak bodoh, dia hendak pergi. Namun, Harry menghentikannya, "Tunggu dulu."Aura Harry sangat mengintimidasi. Sementara itu, Greta terpaku di tempat. Dia memandang Tashia dengan ekspresi memelas, lalu Tashia menarik Greta ke sisinya dan berucap sembari tersenyum, "Harry, silakan duduk. Apa kamu datang untuk membicarakan masalah pernikahan?"Harry mengabaikan Tashia. Dia menarik Grace untuk duduk, lalu menyilangkan kakinya. Karisma Harry membuat Viktor dan lainnya merasa gelisah. Harry melirik mereka, akhirnya tatapan Harry tertuju pada Greta. Harry beruja
Grace berbalik dan melihat Harry. Dia sangat berterima kasih kepada Harry. Grace benar-benar terharu, dia tahu Harry marah karena dia ditindas. Itulah sebabnya Harry sengaja membawa Grace datang ke kediaman Keluarga Lugiman untuk meminta pertanggungjawaban. Grace harus lebih berani karena Harry sudah mendukungnya.Sesungguhnya, penindasan yang dialami Grace tidak cukup jika hanya diselesaikan dengan tamparan. Jadi, balasan yang diterima Greta sudah cukup ringan.Grace menarik napas dalam-dalam, lalu menjelaskan, "Setelah menamparmu, utang kita lunas. Aku nggak akan membuat perhitungan atas masalah sebelumnya. Kelak aku akan membalas semua perbuatanmu. Kalau kamu mau bercanda denganku, tentu saja aku akan meladeninya."Grace mengepalkan tangannya dengan erat. Dia berusaha mengeluarkan seluruh keberaniannya untuk melontarkan kata-kata itu. Apa pun yang terjadi, kelak Grace tidak akan mengalah kepada Greta lagi. Tiba-tiba, tangan Harry yang hangat menggenggam tangan Grace dengan erat.Gra
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k