"Oh, rupanya begitu. Gimana gejalanya? Gimana dia bisa tahu kalau dia impoten?" tanya Lyla. Faktanya, dia tahu Grace menipunya. Lyla sudah berusia 26 tahun, jadi jelas lebih berpengalaman daripada Grace.Lyla juga bisa menebak bahwa orang yang dimaksud Grace adalah Harry. Dia tentu merasa heran. Kakaknya itu terlihat tegap dan kekar, tidak seperti orang yang menderita impotensi."Hm ... mereka tidur bersama setiap malam, tapi nggak melakukan apa pun. Pernah juga, pacarnya diberi obat perangsang oleh seseorang. Temanku ingin membantunya, tapi pacarnya menolak," jelas Grace.Grace masih ingat betul kejadian hari itu. Hingga sekarang, dia masih belum paham apa yang terjadi.Begitu mendengarnya, Lyla terbelalak dan menganga. Serius? Kakaknya punya penyakit seperti itu?"Sebenarnya temanku sudah tahu, tapi nggak berani mengatakannya. Dia takut pacarnya nggak bisa menerima pukulan sebesar itu," lanjut Grace."Kalau begitu, kenapa dia nggak meninggalkannya saja?" tanya Lyla."Karena mereka sa
"Apa aku perlu menipumu? Aku benaran baik-baik saja. Kami belum melakukannya karena aku merasa dia masih terlalu muda," ujar Harry."Kak, apa kamu tahu kalau pengalaman pertama sangat berharga bagi para wanita? Mereka nggak akan bisa melupakan pria yang memberi mereka kelembutan pertama," ucap Lyla."Aku tahu. Tapi, cara seperti ini terlalu rendahan. Aku nggak ingin merebut kesuciannya cuma untuk membuatnya nggak bisa melupakanku. Kalau usianya sudah 20 tahun, aku tentu nggak bakal ragu.""Tapi, sekarang dia seperti anak kecil di mataku. Dia harus menikmati indahnya pacaran dulu dan dimanjakan pria. Aku akan berusaha memberikannya yang terbaik supaya dia menikmati usia 18 tahunnya dengan sebahagia mungkin," sahut Harry.Ketika membahas tentang Grace, tatapan Harry tampak lembut. Kedua orang ini benar-benar mirip. Setiap kali membahas tentang satu sama lain, tatapan mereka menjadi berbeda.Tsk, tsk. Lyla yang jomblo sampai merinding melihat ini. Dia menyindir, "Kak, adikmu ini juga pern
Ketika melihat Lyla begitu percaya diri, Harry merasa lega dan berkata, "Aku tetap berharap kalian bisa segera menentukan tanggal pernikahan kalian.""Tenang saja, aku akan membicarakan masalah ini dengannya nanti. Ayo cepat ke rumah lama. Ayah pasti rindu padaku setengah mati!" bujuk Lyla.Lyla awalnya berniat mencari Robin setelah kembali dari rumah lama. Siapa sangka, Aryan malah menceramahinya sepanjang sore. Harry sekalipun tidak bisa menolongnya.Jika bukan karena Harry mengatakan Grace menunggunya, Aryan tidak mungkin mengizinkan mereka pulang.Setibanya di vila, Lyla terduduk di sofa dengan lemas. Dia berkata, "Mantra ayahku makin lama makin hebat saja. Sampai sekarang, kepalaku masih terasa sakit.""Sebaiknya kamu sadar diri sedikit. Aku sampai terlibat gara-gara kamu," balas Harry."Akhirnya kalian pulang. Kalian pasti haus, 'kan? Ayo minum jus dulu," ucap Grace sambil mengambil buah dan jus dari kulkas.Harry bertanya, "Kamu pasti sudah menunggu lama, 'kan? Aku ganti baju du
Ketika mendengar teriakan histeris Lyla, Grace langsung keluar dari kamarnya. Namun, sebelum berjalan beberapa langkah, tiba-tiba terdengar bentakan Harry. "Masuk ke kamar dan ganti bajumu! Ngerti?"Galak sekali! Grace sampai bergidik ketakutan. Dia tidak berani membantu Lyla lagi dan langsung kembali ke kamar untuk mengganti piama dengan motif kartun.Setelah melihat mobil yang mengantar Lyla pergi jauh, Harry baru merasa lega. Dia kembali ke kamar, lalu mendapati Grace yang duduk seperti anak anjing yang patuh. Lyla sudah gugur, Grace harus bisa melindungi diri sendiri."Ka ... kamu mandi sana. Aku masih mau kerjain PR-ku," ujar Grace."Lain kali jangan dengar omong kosongnya lagi. Aku lebih suka kamu pakai piama ini. Cantik," ucap Harry."Ya, ya, ya. Aku cuma akan menuruti perkataanmu." Grace mengangguk berulang kali."Anak baik." Seperti memberi hadiah, Harry mengecup kening Grace sebelum pergi mandi.Grace pun merasa lega. Untung saja, dia tidak dihabisi Harry. Setelah Harry seles
Dalam sekejap, Lyla membalas pesannya.[ Bodoh! Kakakku nggak sakit sama sekali! ]Kalau tidak sakit ... kenapa Harry tidak menyentuhnya? Saat kakeknya menaruh obat di minumannya waktu itu, padahal Harry sudah sangat menderita. Namun, dia tetap berusaha menahan diri. Mengapa?Grace merasa bingung. Dia menatap pintu kaca buram yang tertutup itu dengan linglung. Setelah beberapa saat, sosok itu keluar lagi dan bertemu dengan tatapan Grace yang penuh kebingungan.Tatapan Grace sangat jernih dan polos. Harry tidak tega melihat tatapan yang begitu indah ternodai oleh buruknya dunia."Masih nggak paham?" tanya Harry dengan tak berdaya.Grace menggelengkan kepalanya dengan wajah polos. "Kata Lyla kamu normal, nggak ada penyakit. Tapi kalau nggak sakit, kenapa ....""Kenapa nggak menghabisimu?" timpal Harry melanjutkan ucapannya.Grace mengangguk bagai seorang anak kecil yang menunggu jawaban dari gurunya dengan sabar. Harry menyentil kepalanya dengan kesal. Grace kesakitan, lalu bergerak mund
"Pfftt!!" Kopi yang baru diseruput Lyla hampir saja disemburkannya. Dia menatap Grace dengan kaget dan bertanya, "Kenapa kamu nanya begini?""Sudah jelas sekali, apa kamu nggak bisa lihat?" Grace berusaha membusungkan dadanya."Sudah, sudah. Mau dibusungkan juga nggak kelihatan." Lyla melambaikan tangannya. Ucapan Grace ini membuatnya kaget."Sebenarnya ... kalau dipaksakan sedikit masih kelihatan ...," ucap Grace yang masih berusaha menolak kenyataan.Lyla kehabisan kata-kata sejenak. Kemudian, dia membalas, "Kalau kamu mau pilih cara kedokteran, bisa disumpal dengan silikon.""Hah? Apa nggak ada cara alami untuk membuatnya tumbuh?""Ini ...." Lyla ingin mengatakan bahwa cara untuk memperbesar payudara secara alami biasanya butuh usaha dari pihak wanita dan pria. Namun, untuk Grace yang jelas sekali masa pubernya tidak terlalu bagus, terpaksa harus berusaha lebih keras ke depannya.Bukan hanya harus diakali dari segi pola makan, juga harus sering dipijat. Jika tidak, Grace terpaksa ha
Hannah kesal karena mencintai orang yang salah dan tidak seharusnya dicintainya."Lyla, sini bantu aku," kata Robin."Oke." Saat hendak pergi, Lyla menghentikan langkahnya di depan pintu kamar, lalu berkata, "Kakakmu sangat peduli padamu dan selalu mengungkit soalmu padaku. Dalam ingatanku, kamu ini gadis yang nggak dewasa.""Kamu nggak akan pernah bisa sadar seberapa banyak pengorbanan kakakmu untukmu. Seluruh isi hati kakakmu ini hanya ada kamu. Tapi, kamu malah nggak mikirin dia sama sekali.""Aku nggak pernah lihat fotomu. Kakakmu bilang, kamu sudah ambil semua foto-fotomu dan nggak mau berikan dia satu pun. Saat itu aku sudah diam-diam memutuskan, aku pasti akan memberimu pelajaran kalau suatu saat ketemu. Semoga jangan sampai ada kesempatan seperti itu. Kalau nggak, aku nggak akan sungkan."Usai bicara, Lyla hendak pergi, tetapi langsung dihentikan oleh Hannah."Lalu apa kamu tahu? Kalau aku nggak setuju kamu bersama kakakku, kakakku juga pasti nggak akan melanjutkan hubungan den
Dengan adanya bantuan dari Lyla, masakan Robin jadi lebih cepat selesai hari ini. Saat Lyla baru saja hendak menyajikan sup itu ke meja makan, Robin menghentikannya. "Supnya panas, kamu bawakan piring dan sendok saja.""Kalau begitu, kuserahkan padamu."Hannah yang muncul di depan pintu bertanya, "Ada yang perlu kubantu?""Nggak usah, kamu duduk saja. Cukup aku dan Lyla saja yang sibuk di sini," jawab Robin sambil tersenyum memandang Hannah dengan penuh kasih.Tatapan Hannah sontak menjadi redup. Dia tahu bahwa Robin selalu menganggapnya sebagai anak kecil dan adik, bukan seseorang yang bisa berdampingan untuk berjuang dengannya. Robin mengambilkan semangkuk sup untuk Hannah dan menyuruhnya untuk diminum selagi hangat.Setelah itu, dia juga menyuruh Lyla untuk duduk. Saat semua hidangan sudah disajikan, Lyla juga langsung spontan mengambilkan nasi untuk Robin.Robin juga tidak menolaknya. Kekompakan mereka sudah terbina sejak dulu. Jika bisa bersama, aura mereka tidak akan bisa ditandi
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar