"Pfftt!!" Kopi yang baru diseruput Lyla hampir saja disemburkannya. Dia menatap Grace dengan kaget dan bertanya, "Kenapa kamu nanya begini?""Sudah jelas sekali, apa kamu nggak bisa lihat?" Grace berusaha membusungkan dadanya."Sudah, sudah. Mau dibusungkan juga nggak kelihatan." Lyla melambaikan tangannya. Ucapan Grace ini membuatnya kaget."Sebenarnya ... kalau dipaksakan sedikit masih kelihatan ...," ucap Grace yang masih berusaha menolak kenyataan.Lyla kehabisan kata-kata sejenak. Kemudian, dia membalas, "Kalau kamu mau pilih cara kedokteran, bisa disumpal dengan silikon.""Hah? Apa nggak ada cara alami untuk membuatnya tumbuh?""Ini ...." Lyla ingin mengatakan bahwa cara untuk memperbesar payudara secara alami biasanya butuh usaha dari pihak wanita dan pria. Namun, untuk Grace yang jelas sekali masa pubernya tidak terlalu bagus, terpaksa harus berusaha lebih keras ke depannya.Bukan hanya harus diakali dari segi pola makan, juga harus sering dipijat. Jika tidak, Grace terpaksa ha
Hannah kesal karena mencintai orang yang salah dan tidak seharusnya dicintainya."Lyla, sini bantu aku," kata Robin."Oke." Saat hendak pergi, Lyla menghentikan langkahnya di depan pintu kamar, lalu berkata, "Kakakmu sangat peduli padamu dan selalu mengungkit soalmu padaku. Dalam ingatanku, kamu ini gadis yang nggak dewasa.""Kamu nggak akan pernah bisa sadar seberapa banyak pengorbanan kakakmu untukmu. Seluruh isi hati kakakmu ini hanya ada kamu. Tapi, kamu malah nggak mikirin dia sama sekali.""Aku nggak pernah lihat fotomu. Kakakmu bilang, kamu sudah ambil semua foto-fotomu dan nggak mau berikan dia satu pun. Saat itu aku sudah diam-diam memutuskan, aku pasti akan memberimu pelajaran kalau suatu saat ketemu. Semoga jangan sampai ada kesempatan seperti itu. Kalau nggak, aku nggak akan sungkan."Usai bicara, Lyla hendak pergi, tetapi langsung dihentikan oleh Hannah."Lalu apa kamu tahu? Kalau aku nggak setuju kamu bersama kakakku, kakakku juga pasti nggak akan melanjutkan hubungan den
Dengan adanya bantuan dari Lyla, masakan Robin jadi lebih cepat selesai hari ini. Saat Lyla baru saja hendak menyajikan sup itu ke meja makan, Robin menghentikannya. "Supnya panas, kamu bawakan piring dan sendok saja.""Kalau begitu, kuserahkan padamu."Hannah yang muncul di depan pintu bertanya, "Ada yang perlu kubantu?""Nggak usah, kamu duduk saja. Cukup aku dan Lyla saja yang sibuk di sini," jawab Robin sambil tersenyum memandang Hannah dengan penuh kasih.Tatapan Hannah sontak menjadi redup. Dia tahu bahwa Robin selalu menganggapnya sebagai anak kecil dan adik, bukan seseorang yang bisa berdampingan untuk berjuang dengannya. Robin mengambilkan semangkuk sup untuk Hannah dan menyuruhnya untuk diminum selagi hangat.Setelah itu, dia juga menyuruh Lyla untuk duduk. Saat semua hidangan sudah disajikan, Lyla juga langsung spontan mengambilkan nasi untuk Robin.Robin juga tidak menolaknya. Kekompakan mereka sudah terbina sejak dulu. Jika bisa bersama, aura mereka tidak akan bisa ditandi
"Di luar masih hujan deras, tapi aku nggak peduli. Kakak yang mengejarku sampai ke luar. Akhirnya ... dia kecelakaan di tengah jalan dan kakinya terluka sampai meninggalkan gejala yang membekas sampai sekarang. Dengan nilainya, dia seharusnya bisa masuk ke sekolah kemiliteran, tapi akhirnya malah nggak jadi karena masalah kesehatan.""Aku nggak akan bisa melupakan betapa sedihnya sorot mata ayahku waktu itu. Dia menaruh harapan yang sangat besar pada Kakak. Kakak nggak pernah hidup demi dirinya sendiri, dia selalu menuruti keinginan Ayah. Setelah itu, dia belajar kedokteran, sedangkan orang tua kami mengalami kecelakaan.""Aku jadi sangat agresif dan menolak keberadaannya. Dia membawaku untuk diperiksakan ke dokter. Penyakitku ini berasal dari psikologisku. Selama ini, dia nggak mencari pacar karena takut aku nggak setuju. Aku takut dia meninggalkanku dan aku nggak mau jadi yatim piatu."Hannah menghela napas dalam-dalam. Menceritakan masa lalu ini terasa sangat berat baginya. Menghada
Sejak orang tuanya meninggal, Hannah tidak pernah lagi sedekat ini dengannya. Saat Hannah memeluknya, pikiran Robin kembali melayang ke masa lalu. Saat itu, Hannah masih sangat muda. Dia selalu saja mengikuti Robin dan bermanja-manja dengannya. Robin sangat bahagia kala itu."Robin, sepertinya aku nggak pernah minta maaf padamu. Beberapa tahun ini, kamu terus menuruti sikapku yang keras kepala. Aku jahat sekali padamu, tapi kamu tetap bersabar. Ke depannya ... aku nggak akan buat onar lagi.""Hannah, sepertinya kamu sudah benar-benar dewasa bisa ngomong seperti itu padaku," kata Robin."Robin, kamu harus bahagia ya?" ucap Hannah dengan segenap kekuatan yang tersisa pada dirinya.Ucapan ini langsung membekas dalam hati Robin. "Ya," jawabnya dengan berat.Hannah akhirnya memberanikan diri untuk mendorong pelukan Robin yang hangat. Pelukan Robin bukanlah tempat untuknya, dia tidak boleh terus-menerus merindukannya.Setelah itu, Robin menutup pintu rumah Hannah. Lyla melihat ekspresinya se
Namun ... Hannah malah tidak bisa menahan diri untuk jatuh cinta pada orang yang tidak sengaja lewat di hidupnya ini.....Setelah kembali ke vila, Lyla menyampaikan kabar ini kepada Harry. Harry baru merasa lega setelah mendengarnya. "Aku mau bilang sama Robin untuk memperlakukanmu dengan baik. Kalau dia berani membuatmu sakit hati, aku nggak akan ampuni dia meski dia itu sahabatku."Saat baru saja Harry ingin menelepon Robin, dia malah dihentikan oleh Lyla. Dengan wajah tersipu, dia berkata, "Jangan takut-takutin dia, sudah lama aku menunggu hari ini. Nggak deh, aku harus tanyakan sama Ayah apa yang harus kubawa ke sana akhir pekan nanti.""Padahal semuanya belum pasti. Kamu cuma ke sana untuk sekadar makan bersama, tapi sudah sesenang itu?""Tentu saja! Setelah ke rumah pamannya nanti, aku akan bawa Robin untuk pulang dan makan bersama keluarga kita," jawab Lyla."Ayah nggak suka sama Robin. Beberapa tahun ini kamu sudah banyak berkorban untuknya, jadi Ayah sangat benci padanya.""L
Mendengar hal itu, wajah Harry langsung berubah menjadi muram. "Grace, kamu ini babi ya?" tanyanya.Jantung Grace berdegup kencang mendengar ucapan Harry. Apa Harry sedang mengisyaratkan bahwa dia makan terlalu banyak?"Kalau kamu mau makan, akan kubelikan gurita kecil. Takoyaki buatan Bibi enak sekali!" Grace buru-buru ingin pergi, tetapi tangannya ditahan oleh Harry."Nggak usah, nanti sudah mau makan malam."Grace menghela napas mendengarnya. Kemudian, dia mengangkat Takoyaki terakhir di tangannya dan bertanya, "Jadi ... aku sudah boleh makan belum?""Makanlah ...." Harry benar-benar tidak berdaya. Setelah itu, Grace baru melahap Takoyaki itu dengan perasaan puas. Setelah itu, dia menyodorkan gurita yang tersisa kepada Harry. "Ini enak sekali, coba kamu cicipi. Ini buatan Bibi, higienis sekali. Nggak akan diare.""Nggak usah, kamu makan saja.""Kalau begitu, kuhabiskan ya?""Ya." Grace memakannya hingga habis dengan wajah yang tersenyum semringah. Saat makan malam, Grace juga mengha
"Lalu, gimana kalau kubilang kamu sama cantiknya dengan Cheria?""Oh ya? Aku sama cantik dengannya ya? Kamu sedang memujiku?" Grace merasa senang. Harry menggertakkan giginya dan berkata, "Grace, kamu ini bodoh ya? Ayo cepat tukar bajumu!""Kenapa tiba-tiba jadi galak?" gumam Grace yang tidak paham. Padahal tadinya Harry masih baik-baik saja.Tak lama kemudian, Grace telah selesai mengganti pakaian. Rok di gaunnya sangat panjang, sehingga Grace sengaja mengenakan celana panjang di balik gaun tersebut. Saat ini sudah memasuki bulan Desember. Cuaca sudah mulai dingin dan bahkan mungkin akan turun salju minggu depan.Tidak mungkin Grace menahan kedinginan hanya demi bisa tampil cantik. Setelah berganti pakaian, Harry datang dengan membawa mantel untuk menutupi bahunya yang terekspos."Cantik nggak?" tanya Grace sambil berputar di tempatnya.Harry langsung memperhatikan ada yang aneh. "Apa itu yang ada di balik gaunmu?""Celana hangat!" jawab Grace.Mendengarnya, Harry sontak kehabisan kat
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar