"Di luar masih hujan deras, tapi aku nggak peduli. Kakak yang mengejarku sampai ke luar. Akhirnya ... dia kecelakaan di tengah jalan dan kakinya terluka sampai meninggalkan gejala yang membekas sampai sekarang. Dengan nilainya, dia seharusnya bisa masuk ke sekolah kemiliteran, tapi akhirnya malah nggak jadi karena masalah kesehatan.""Aku nggak akan bisa melupakan betapa sedihnya sorot mata ayahku waktu itu. Dia menaruh harapan yang sangat besar pada Kakak. Kakak nggak pernah hidup demi dirinya sendiri, dia selalu menuruti keinginan Ayah. Setelah itu, dia belajar kedokteran, sedangkan orang tua kami mengalami kecelakaan.""Aku jadi sangat agresif dan menolak keberadaannya. Dia membawaku untuk diperiksakan ke dokter. Penyakitku ini berasal dari psikologisku. Selama ini, dia nggak mencari pacar karena takut aku nggak setuju. Aku takut dia meninggalkanku dan aku nggak mau jadi yatim piatu."Hannah menghela napas dalam-dalam. Menceritakan masa lalu ini terasa sangat berat baginya. Menghada
Sejak orang tuanya meninggal, Hannah tidak pernah lagi sedekat ini dengannya. Saat Hannah memeluknya, pikiran Robin kembali melayang ke masa lalu. Saat itu, Hannah masih sangat muda. Dia selalu saja mengikuti Robin dan bermanja-manja dengannya. Robin sangat bahagia kala itu."Robin, sepertinya aku nggak pernah minta maaf padamu. Beberapa tahun ini, kamu terus menuruti sikapku yang keras kepala. Aku jahat sekali padamu, tapi kamu tetap bersabar. Ke depannya ... aku nggak akan buat onar lagi.""Hannah, sepertinya kamu sudah benar-benar dewasa bisa ngomong seperti itu padaku," kata Robin."Robin, kamu harus bahagia ya?" ucap Hannah dengan segenap kekuatan yang tersisa pada dirinya.Ucapan ini langsung membekas dalam hati Robin. "Ya," jawabnya dengan berat.Hannah akhirnya memberanikan diri untuk mendorong pelukan Robin yang hangat. Pelukan Robin bukanlah tempat untuknya, dia tidak boleh terus-menerus merindukannya.Setelah itu, Robin menutup pintu rumah Hannah. Lyla melihat ekspresinya se
Namun ... Hannah malah tidak bisa menahan diri untuk jatuh cinta pada orang yang tidak sengaja lewat di hidupnya ini.....Setelah kembali ke vila, Lyla menyampaikan kabar ini kepada Harry. Harry baru merasa lega setelah mendengarnya. "Aku mau bilang sama Robin untuk memperlakukanmu dengan baik. Kalau dia berani membuatmu sakit hati, aku nggak akan ampuni dia meski dia itu sahabatku."Saat baru saja Harry ingin menelepon Robin, dia malah dihentikan oleh Lyla. Dengan wajah tersipu, dia berkata, "Jangan takut-takutin dia, sudah lama aku menunggu hari ini. Nggak deh, aku harus tanyakan sama Ayah apa yang harus kubawa ke sana akhir pekan nanti.""Padahal semuanya belum pasti. Kamu cuma ke sana untuk sekadar makan bersama, tapi sudah sesenang itu?""Tentu saja! Setelah ke rumah pamannya nanti, aku akan bawa Robin untuk pulang dan makan bersama keluarga kita," jawab Lyla."Ayah nggak suka sama Robin. Beberapa tahun ini kamu sudah banyak berkorban untuknya, jadi Ayah sangat benci padanya.""L
Mendengar hal itu, wajah Harry langsung berubah menjadi muram. "Grace, kamu ini babi ya?" tanyanya.Jantung Grace berdegup kencang mendengar ucapan Harry. Apa Harry sedang mengisyaratkan bahwa dia makan terlalu banyak?"Kalau kamu mau makan, akan kubelikan gurita kecil. Takoyaki buatan Bibi enak sekali!" Grace buru-buru ingin pergi, tetapi tangannya ditahan oleh Harry."Nggak usah, nanti sudah mau makan malam."Grace menghela napas mendengarnya. Kemudian, dia mengangkat Takoyaki terakhir di tangannya dan bertanya, "Jadi ... aku sudah boleh makan belum?""Makanlah ...." Harry benar-benar tidak berdaya. Setelah itu, Grace baru melahap Takoyaki itu dengan perasaan puas. Setelah itu, dia menyodorkan gurita yang tersisa kepada Harry. "Ini enak sekali, coba kamu cicipi. Ini buatan Bibi, higienis sekali. Nggak akan diare.""Nggak usah, kamu makan saja.""Kalau begitu, kuhabiskan ya?""Ya." Grace memakannya hingga habis dengan wajah yang tersenyum semringah. Saat makan malam, Grace juga mengha
"Lalu, gimana kalau kubilang kamu sama cantiknya dengan Cheria?""Oh ya? Aku sama cantik dengannya ya? Kamu sedang memujiku?" Grace merasa senang. Harry menggertakkan giginya dan berkata, "Grace, kamu ini bodoh ya? Ayo cepat tukar bajumu!""Kenapa tiba-tiba jadi galak?" gumam Grace yang tidak paham. Padahal tadinya Harry masih baik-baik saja.Tak lama kemudian, Grace telah selesai mengganti pakaian. Rok di gaunnya sangat panjang, sehingga Grace sengaja mengenakan celana panjang di balik gaun tersebut. Saat ini sudah memasuki bulan Desember. Cuaca sudah mulai dingin dan bahkan mungkin akan turun salju minggu depan.Tidak mungkin Grace menahan kedinginan hanya demi bisa tampil cantik. Setelah berganti pakaian, Harry datang dengan membawa mantel untuk menutupi bahunya yang terekspos."Cantik nggak?" tanya Grace sambil berputar di tempatnya.Harry langsung memperhatikan ada yang aneh. "Apa itu yang ada di balik gaunmu?""Celana hangat!" jawab Grace.Mendengarnya, Harry sontak kehabisan kat
"Bu Grace, apakah benar kamu punya hubungan dengan Pak Dennis sebelumnya seperti yang dirumorkan?""Bu Grace, Anda dekat sekali dengan Keluarga Prayogo, terutama Pak Harry. Apa Anda tahu banyak tentang privasinya juga?""Kakakmu baru menikahi Keluarga Prayogo hari ini. Apakah kamu akan mengikuti jejak kakakmu menikah ke keluarga konglomerat ke depannya? Gimana menurutmu tentang Keluarga Adhitama?"Mendengar pertanyaan yang bertubi-tubi ini, tubuh Grace menjadi kaku. Para wartawan ini sangat menghormati Lyla, sehingga tidak berani terlalu mendekatinya. Namun begitu Grace tiba, semua wartawan langsung menyerbunya.Jika bukan karena ada Lyla di sini, mikrofon dari para wartawan mungkin sudah mengenai wajah Grace. Banyak sekali hal yang ingin diucapkan oleh Grace, tetapi dia tidak bisa bersuara karena terlalu gugup. Grace belum pernah menghadapi wartawan sebanyak ini. Mikrofon yang mereka sodorkan terlihat seolah-olah seperti pisau sabit yang tajam.Di saat ini, Harry yang sedang berdiri d
"Pertama, harus yang tampan."Harry yang berada di kejauhan langsung tersenyum saat mendengar ucapannya. Kemudian, dia menoleh pada Juan dan berkata, "Dia lagi ngomongin aku.""Lalu, yang kaya.""Ya, sudah pasti aku," lanjut Harry."Yang paling penting adalah perhatian padaku!""Hm, memang dia yang paling mengerti diriku. Dia mengatakan semua kelebihanku," ucap Harry sambil tersenyum. Hatinya terasa berbunga-bunga. Juan yang dipaksa menyaksikan kemesraan ini merasa putus asa."Sebenarnya paling penting itu orangnya baik, nggak playboy, jangan terlalu banyak berselisih. Keluarga konglomerat ... semoga bisa dijauhkan dari semua drama keluarga konglomerat. Sebaiknya sederhana saja."Wajah Harry langsung menjadi muram saat mendengar ucapan ini.Sebaliknya, Juan merasa bangga. Dia menyenggol tangan Harry dan berkata, "Tuan, apa itu juga sedang bicarain kamu? Kalau Bu Grace tahu Tuan Frandy beberapa kali terluka karena ulahmu diam-diam, entah apa yang akan dipikirkannya?""Selain itu, Tuan j
Melihat Grace yang mondar-mandir di sekitar meja panjang tanpa memedulikan tatapan aneh orang lain dan mulai makan, Lyla tak kuasa menahan tawanya. Biasanya, orang mendeskripsikan gadis cantik bagaikan kupu-kupu yang beterbangan di taman bunga.Sementara Grace ... jelas sekali dia bukan kupu-kupu, melainkan ... tukang makan!Lyla sendiri tidak tertarik dengan makanan di sana, dia hanya ingin berkeliling. Setelah itu, dia memberikan sesuatu pada Grace."Apa ini?" tanya Grace."Penyuara telinga nirkabel, kamu pakai dulu. Apa pun yang terjadi padamu, aku bisa langsung tahu dan datang segera.""Nggak perlu berlebihan begini, 'kan? Semua orang datang untuk menghadiri acara pernikahan. Selain itu, semuanya adalah orang terkenal dan terpelajar. Seharusnya nggak akan persulit aku, 'kan?""Belum tentu. Kalangan elite belum tentu baik. Kamu ambil saja. Karena kakakku sudah menyuruhku untuk melindungimu, tentu saja aku harus melakukannya. Kalau sampai terjadi sesuatu padamu, aku nggak bisa tanggu
Aryan berucap, "Harry, katakan sejujurnya. Aku nggak percaya kamu melakukan itu! Kalau kamu memang ingin membuat Frandy impoten, kenapa kamu harus tunggu sampai sekarang? Pasti bukan kamu.""Hasil penyelidikanku nggak menemukan jejak campur tanganmu. Pelakunya pasti orang lain! Aku tahu semua orang mencurigaimu. Tapi, kalau kamu jujur padaku, aku pasti akan memercayaimu.""Kamu putraku, jadi aku yang paling memahamimu. Biarpun kamu ingin membalaskan dendam Titus, kamu nggak mungkin sekejam itu. Kalau membunuh bisa menyelesaikan masalah, Steven pasti sudah lama mati. Kamu bukan orang seperti itu!" tambah Aryan."Ya, aku berbeda dengan Kak Steven," ucap Harry dengan dingin."Memang bukan aku, tapi aku tahu dan nggak bisa menghentikannya. Jadi, anggap saja aku pelakunya. Apa pun bisa kulakukan untuk membalaskan dendam Kak Titus. Aku janji nggak akan membunuh. Kematian adalah hukuman yang terlalu ringan. Aku mau mereka hidup dan membayar dosa-dosa mereka secara perlahan!""Kak Steven masih
Kakak beradik itu saling menatap dengan tajam. Atmosfer di sekitar seketika berubah mencekam.Meski bersembunyi di tangga, Grace pun bisa merasakan ketegangan di udara. Jantungnya mulai berdebar kencang.Terakhir kali ke sini, Steven begitu angkuh. Seolah-olah dia yakin Harry sudah berada dalam genggamannya.Hanya dalam waktu singkat, kekuatan keduanya sudah berimbang. Kini, Harry bahkan sedikit lebih unggul. Siapa yang akan menang dan kalah sudah bisa terlihat jelas.Hanya saja, Grace kebingungan. Benarkah Harry yang mencelakai Frandy?Mata Steven berkilat tajam saat mendengar kata-kata Harry. Dia menyipitkan matanya dan berucap dengan dingin, "Jangan sembarang fitnah! Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan. Jangan pikir kamu bisa menyalahkanku atas kecelakaan yang menimpamu dan Titus!""Bukti yang kupunya memang nggak lengkap, tapi aku yakin kamu pelakunya. Itu sebabnya aku nggak bisa berbuat banyak padamu. Sama seperti situasimu sekarang. Kalaupun kamu tahu aku yang mencelakai Frand
Juan tidak tahu Alan adalah Jimmy. Dia hanya bergidik melihat tindakan Alan. Semua orang yang diincar Alan pasti tidak punya kesempatan untuk menyelamatkan diri lagi.Mendengar laporan Juan, Harry menyipitkan matanya. Dia mengepalkan tangannya dengan erat. Ternyata Jimmy menepati janjinya dan langsung bertindak kejam.Jimmy tahu Harry membenci Steven. Namun, Harry tidak bisa menghabisi Steven karena memikirkan Aryan. Jadi, Jimmy yang membantu Harry untuk menjadi orang jahat.Awalnya, Harry tidak ingin mendesak Steven dengan cara yang begitu kejam. Jadi, dia mengutus Juan untuk mengikuti Jimmy. Ternyata, Harry tetap gagal menghentikan Jimmy.Jimmy ingin mendesak Harry untuk bertindak kejam. Harry berucap, "Kamu nggak usah urus masalah ini lagi. Aku tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya."Kemudian, Harry mengakhiri panggilan telepon. Jika tidak bisa mundur lagi, Harry akan melanjutkannya.Sementara itu, Grace memotong buah untuk Harry. Biasanya Harry harus bekerja saat malam hari, di
Grace memandang Harry dengan ekspresi kagum. Harry tersenyum, dia benar-benar tidak berdaya menghadapi Grace. Harry berkata, "Sudah malam, saatnya kita pulang. Tempat ini agak jauh dari tempat parkir, biar aku gendong kamu."Harry berjongkok di depan Grace. Sementara itu, Grace juga tidak sungkan lagi. Dia langsung naik ke punggung Harry.Sekarang hampir pukul 12 malam. Suasana di pasar malam lebih tenang. Grace melihat bayangan mereka berdua di bawah cahaya lampu jalan dan tertawa."Kenapa kamu tertawa?" tanya Harry.Grace menyahut, "Tiba-tiba aku merasa kamu nggak seperti pria berusia 29 tahun. Kamu seperti ... anak muda yang lagi pacaran.""Oh, ya? Aku nggak merasa begitu," timpal Harry.Grace membalas, "Aku merasa kamu yang berusia 29 tahun dan aku yang berusia 19 tahun sangat cocok. Kariermu sangat sukses dan kamu sangat dewasa, nggak seperti anak muda yang bertindak gegabah. Kamu juga sangat berprinsip.""Aku baru berusia 19 tahun dan ini masa-masa yang paling indah. Aku masih sa
Hannah meneruskan, "Aku sudah melupakan semua masalah yang menyedihkan itu, kamu juga harus melupakannya. Kamu nggak berutang padaku, aku yang terus mempersulitmu. Aku sudah dewasa, nggak perlu dilindungi kamu lagi. Nantinya pasti ada yang melindungiku."Hannah menambahkan, "Kamu simpan saja perhatianmu untuk orang lain. Aku nggak butuh!"Hannah berusaha menahan air matanya dan mengungkapkan semua kata-kata yang sudah disiapkannya untuk waktu yang lama. Ternyata, rasanya begitu lega setelah memutuskan untuk melepaskan seseorang.Robin berbalik setelah mendengar perkataan Hannah dan tersenyum. Dia tidak melontarkan sepatah kata pun. Robin hanya mengangguk, ekspresinya terlihat lembut.Hannah tahu Robin hanya menunjukkan perhatiannya sebagai seorang kakak. Hannah juga menerimanya. Dia tidak menyesal karena sudah melakukan apa yang dia inginkan. Hannah akan melanjutkan hidupnya dan menemukan pria yang mencintainya."Hati-hati di jalan," pesan Hannah sambil melambaikan tangannya. Dia menga
Pemilik kedai tahu Harry memikirkan kepentingan anaknya. Jadi, dia pun setuju. Harry menemukan anak pemilik kedai, lalu menyerahkannya kepada pihak kepolisian.Saat dipenjara, anak pemilik kedai memarahi Harry suka mencampuri urusan orang lain. Dia juga memaki ayahnya yang bersikap kejam terhadap anak kandung sendiri.Harry berpesan, "Robin, tolong beri tahu temanmu di kantor polisi untuk beri dia pelajaran. Aku nggak senang dengar omongannya tadi."Robin menyahut, "Oke. Harry yang marah baru kelihatan normal."Harry bertanya, "Menurutmu, butuh berapa lama untuk mengubah sifat seseorang?"Robin menjawab, "Untuk orang yang parah begini, setidaknya butuh waktu lebih dari 1 tahun."Harry menimpali, "Kalau begitu, 3 tahun saja. Setiap perbuatan ada konsekuensinya. Aku juga nggak pernah bersikap lunak saat membantu orang."Robin mengangguk, orang yang kecanduan judi selama bertahun-tahun seperti ini harus diawasi untuk waktu yang lama agar tidak berulah lagi."Oh iya, aku sudah mau pergi,"
Grace menyahut, "Nggak. Aku cuma lewat dan bantu antar mereka ke rumah sakit.""Terima kasih, Bu Grace. Kalau bukan karena kamu, takutnya aku dan anakku ...," ucap menantu pemilik kedai. Sebelum menyelesaikan ucapannya, air matanya mengalir.Grace menghibur, "Jangan menangis, wanita yang baru melahirkan nggak boleh menangis. Nanti aku juga ikut menangis. Dengarkan nasihatku, aku bawa Harry lihat anakmu. Aku akan beri tahu kamu paras anakmu setelah kembali."Bayi menantu pemilik kedai lahir prematur, jadi langsung dimasukkan ke inkubator. Grace membawa Harry untuk melihat bayi itu. Ternyata bayinya berjenis kelamin laki-laki. Dia sangat kecil dan wajahnya berkerut."Apa semua bayi yang baru lahir begitu jelek?" komentar Grace dengan ekspresi sedih.Harry bertanya, "Kenapa di bokongnya ada lebam?"Grace menjawab, "Konon orang mati yang nggak mau bereinkarnasi akan ditendang oleh Dewa Akhirat untuk turun ke dunia fana. Kamu juga punya tanda seperti itu waktu baru lahir."Harry menanggapi
"Lagi pula, nanti dia juga akan kemari saat nggak bisa menemukanmu. Aku nggak akan khawatir lagi," ucap Robin sambil tersenyum. Dia hendak membawa pemilik kedai untuk diobati, tetapi pemilik kedai menolak.Alasannya karena pemilik kedai tidak punya uang dan tidak ingin meninggalkan kamar bersalin. Keluarga menantunya sangat jauh. Sejak hamil sampai sekarang, keluarganya tidak sempat datang berkunjung.Istri pemilik kedai sudah lama meninggal. Hanya tersisa dia sendiri yang menjaga menantunya. Jika menantunya selesai melahirkan dan tidak melihatnya di sana, dia pasti akan sangat sedih.Grace merasa bahwa pemilik kedai adalah ayah mertua yang baik. Dia sangat peduli pada menantunya. Hal ini membuat Grace teringat pada Aryan. Grace merasa sangat beruntung memiliki ayah mertua yang baik."Bos, kamu dan putramu ...," tanya Grace dengan hati-hati."Hais." Begitu mendengar ini, pemilik kedai menghela napas panjang. Dia memukul dadanya sambil mengentakkan kaki. Ekspresinya terlihat sangat meny
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita