Lyla sontak merasa panik. Dia sengaja mengajak Harry ke rumah lama supaya ada yang membantu saat Aryan menceramahinya nanti.Jika pergi sendiri, Lyla pasti akan diceramahi habis-habisan. Dia tidak ingin mengalami situasi mengerikan seperti itu.Ketika melihat Harry mengeluarkan ponselnya, Lyla buru-buru menghentikan, "Jangan dong, Kak! Tolong aku! Kamu ingin membunuhku ya?"Grace merasa tidak tega melihatnya. Selain itu, ada beberapa hal yang ingin ditanyakannya kepada Lyla. Jadi, dia berkata, "Eee ... biarkan saja dia. Lagian, aku nggak punya teman di rumah. Aku bosan kalau kamu pergi bekerja di akhir pekan.""Benar! Aku bisa menemanimu secara gratis!" timpal Lyla."Mulutmu itu berbisa sekali! Kamu kira aku bisa percaya padamu?" tanya Harry sambil memelotot."Aku janji akan bersikap patuh kali ini," ujar Lyla dengan serius. Ditambah dengan permintaan dari Grace, Harry pun luluh.Selesai makan, Harry berniat mengantar Grace pulang, tetapi Grace ingin diantar oleh Lyla. Katanya, dia ing
"Oh, rupanya begitu. Gimana gejalanya? Gimana dia bisa tahu kalau dia impoten?" tanya Lyla. Faktanya, dia tahu Grace menipunya. Lyla sudah berusia 26 tahun, jadi jelas lebih berpengalaman daripada Grace.Lyla juga bisa menebak bahwa orang yang dimaksud Grace adalah Harry. Dia tentu merasa heran. Kakaknya itu terlihat tegap dan kekar, tidak seperti orang yang menderita impotensi."Hm ... mereka tidur bersama setiap malam, tapi nggak melakukan apa pun. Pernah juga, pacarnya diberi obat perangsang oleh seseorang. Temanku ingin membantunya, tapi pacarnya menolak," jelas Grace.Grace masih ingat betul kejadian hari itu. Hingga sekarang, dia masih belum paham apa yang terjadi.Begitu mendengarnya, Lyla terbelalak dan menganga. Serius? Kakaknya punya penyakit seperti itu?"Sebenarnya temanku sudah tahu, tapi nggak berani mengatakannya. Dia takut pacarnya nggak bisa menerima pukulan sebesar itu," lanjut Grace."Kalau begitu, kenapa dia nggak meninggalkannya saja?" tanya Lyla."Karena mereka sa
"Apa aku perlu menipumu? Aku benaran baik-baik saja. Kami belum melakukannya karena aku merasa dia masih terlalu muda," ujar Harry."Kak, apa kamu tahu kalau pengalaman pertama sangat berharga bagi para wanita? Mereka nggak akan bisa melupakan pria yang memberi mereka kelembutan pertama," ucap Lyla."Aku tahu. Tapi, cara seperti ini terlalu rendahan. Aku nggak ingin merebut kesuciannya cuma untuk membuatnya nggak bisa melupakanku. Kalau usianya sudah 20 tahun, aku tentu nggak bakal ragu.""Tapi, sekarang dia seperti anak kecil di mataku. Dia harus menikmati indahnya pacaran dulu dan dimanjakan pria. Aku akan berusaha memberikannya yang terbaik supaya dia menikmati usia 18 tahunnya dengan sebahagia mungkin," sahut Harry.Ketika membahas tentang Grace, tatapan Harry tampak lembut. Kedua orang ini benar-benar mirip. Setiap kali membahas tentang satu sama lain, tatapan mereka menjadi berbeda.Tsk, tsk. Lyla yang jomblo sampai merinding melihat ini. Dia menyindir, "Kak, adikmu ini juga pern
Ketika melihat Lyla begitu percaya diri, Harry merasa lega dan berkata, "Aku tetap berharap kalian bisa segera menentukan tanggal pernikahan kalian.""Tenang saja, aku akan membicarakan masalah ini dengannya nanti. Ayo cepat ke rumah lama. Ayah pasti rindu padaku setengah mati!" bujuk Lyla.Lyla awalnya berniat mencari Robin setelah kembali dari rumah lama. Siapa sangka, Aryan malah menceramahinya sepanjang sore. Harry sekalipun tidak bisa menolongnya.Jika bukan karena Harry mengatakan Grace menunggunya, Aryan tidak mungkin mengizinkan mereka pulang.Setibanya di vila, Lyla terduduk di sofa dengan lemas. Dia berkata, "Mantra ayahku makin lama makin hebat saja. Sampai sekarang, kepalaku masih terasa sakit.""Sebaiknya kamu sadar diri sedikit. Aku sampai terlibat gara-gara kamu," balas Harry."Akhirnya kalian pulang. Kalian pasti haus, 'kan? Ayo minum jus dulu," ucap Grace sambil mengambil buah dan jus dari kulkas.Harry bertanya, "Kamu pasti sudah menunggu lama, 'kan? Aku ganti baju du
Ketika mendengar teriakan histeris Lyla, Grace langsung keluar dari kamarnya. Namun, sebelum berjalan beberapa langkah, tiba-tiba terdengar bentakan Harry. "Masuk ke kamar dan ganti bajumu! Ngerti?"Galak sekali! Grace sampai bergidik ketakutan. Dia tidak berani membantu Lyla lagi dan langsung kembali ke kamar untuk mengganti piama dengan motif kartun.Setelah melihat mobil yang mengantar Lyla pergi jauh, Harry baru merasa lega. Dia kembali ke kamar, lalu mendapati Grace yang duduk seperti anak anjing yang patuh. Lyla sudah gugur, Grace harus bisa melindungi diri sendiri."Ka ... kamu mandi sana. Aku masih mau kerjain PR-ku," ujar Grace."Lain kali jangan dengar omong kosongnya lagi. Aku lebih suka kamu pakai piama ini. Cantik," ucap Harry."Ya, ya, ya. Aku cuma akan menuruti perkataanmu." Grace mengangguk berulang kali."Anak baik." Seperti memberi hadiah, Harry mengecup kening Grace sebelum pergi mandi.Grace pun merasa lega. Untung saja, dia tidak dihabisi Harry. Setelah Harry seles
Dalam sekejap, Lyla membalas pesannya.[ Bodoh! Kakakku nggak sakit sama sekali! ]Kalau tidak sakit ... kenapa Harry tidak menyentuhnya? Saat kakeknya menaruh obat di minumannya waktu itu, padahal Harry sudah sangat menderita. Namun, dia tetap berusaha menahan diri. Mengapa?Grace merasa bingung. Dia menatap pintu kaca buram yang tertutup itu dengan linglung. Setelah beberapa saat, sosok itu keluar lagi dan bertemu dengan tatapan Grace yang penuh kebingungan.Tatapan Grace sangat jernih dan polos. Harry tidak tega melihat tatapan yang begitu indah ternodai oleh buruknya dunia."Masih nggak paham?" tanya Harry dengan tak berdaya.Grace menggelengkan kepalanya dengan wajah polos. "Kata Lyla kamu normal, nggak ada penyakit. Tapi kalau nggak sakit, kenapa ....""Kenapa nggak menghabisimu?" timpal Harry melanjutkan ucapannya.Grace mengangguk bagai seorang anak kecil yang menunggu jawaban dari gurunya dengan sabar. Harry menyentil kepalanya dengan kesal. Grace kesakitan, lalu bergerak mund
"Pfftt!!" Kopi yang baru diseruput Lyla hampir saja disemburkannya. Dia menatap Grace dengan kaget dan bertanya, "Kenapa kamu nanya begini?""Sudah jelas sekali, apa kamu nggak bisa lihat?" Grace berusaha membusungkan dadanya."Sudah, sudah. Mau dibusungkan juga nggak kelihatan." Lyla melambaikan tangannya. Ucapan Grace ini membuatnya kaget."Sebenarnya ... kalau dipaksakan sedikit masih kelihatan ...," ucap Grace yang masih berusaha menolak kenyataan.Lyla kehabisan kata-kata sejenak. Kemudian, dia membalas, "Kalau kamu mau pilih cara kedokteran, bisa disumpal dengan silikon.""Hah? Apa nggak ada cara alami untuk membuatnya tumbuh?""Ini ...." Lyla ingin mengatakan bahwa cara untuk memperbesar payudara secara alami biasanya butuh usaha dari pihak wanita dan pria. Namun, untuk Grace yang jelas sekali masa pubernya tidak terlalu bagus, terpaksa harus berusaha lebih keras ke depannya.Bukan hanya harus diakali dari segi pola makan, juga harus sering dipijat. Jika tidak, Grace terpaksa ha
Hannah kesal karena mencintai orang yang salah dan tidak seharusnya dicintainya."Lyla, sini bantu aku," kata Robin."Oke." Saat hendak pergi, Lyla menghentikan langkahnya di depan pintu kamar, lalu berkata, "Kakakmu sangat peduli padamu dan selalu mengungkit soalmu padaku. Dalam ingatanku, kamu ini gadis yang nggak dewasa.""Kamu nggak akan pernah bisa sadar seberapa banyak pengorbanan kakakmu untukmu. Seluruh isi hati kakakmu ini hanya ada kamu. Tapi, kamu malah nggak mikirin dia sama sekali.""Aku nggak pernah lihat fotomu. Kakakmu bilang, kamu sudah ambil semua foto-fotomu dan nggak mau berikan dia satu pun. Saat itu aku sudah diam-diam memutuskan, aku pasti akan memberimu pelajaran kalau suatu saat ketemu. Semoga jangan sampai ada kesempatan seperti itu. Kalau nggak, aku nggak akan sungkan."Usai bicara, Lyla hendak pergi, tetapi langsung dihentikan oleh Hannah."Lalu apa kamu tahu? Kalau aku nggak setuju kamu bersama kakakku, kakakku juga pasti nggak akan melanjutkan hubungan den
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa