"Sakitnya parah?" tanya Grace."Kali ini jauh lebih mendingan dari sebelumnya. Sebelumnya dia sempat cuci lambung, kali ini cuma diare. Dilihat dari imun tubuhnya, mungkin sebentar lagi dia bakal kebal sama penyakit apa pun."Grace agak terkejut mendengarnya. Ternyata hal seperti ini pernah terjadi sebelumnya?"Kenapa dia cuci lambung?" tanya Grace."Kamu ingat pernah memberinya banyak camilan saat daki gunung waktu itu?" Robin merasa agak ragu-ragu. Dia mengira Grace mengetahui semuanya karena telah menemui Harry. Namun, sepertinya ... Grace tidak tahu apa pun.Setelah mendengar ucapan Robin, hati Grace jadi semakin berkecamuk. Ternyata ini bukan pertama kalinya Harry dirawat di rumah sakit. Grace merasa dirinya benar-benar hanya sebuah beban. Bukan hanya tidak bisa membantu, dia bahkan membuat Harry dilarikan ke rumah sakit berulang kali.Atas dasar apa dia berhak menjadi tunangan Harry?"Suasana hatimu sepertinya buruk sekali. Apa aku salah ngomong?" tanya Robin."Nggak. Pak Robin,
"Dennis, kamu mau ngapain! Kamu ini Ketua BEM, harus patuh sama aturan!" Dosen itu tidak mengenali Grace, tetapi dia kenal dengan Dennis dan bahkan sangat menghargainya. Namun, Dennis malah tidak peduli dan pergi begitu saja.Setelah keluar dari ruangan, Dennis kebetulan melihat Grace yang berbalik ke sebuah persimpangan koridor. Dia pun mempercepat langkah kakinya."Grace!" teriaknya sambil menarik pergelangan tangan Grace.Grace berbalik melihat Dennis, "Kak Dennis?"Melihat wajahnya yang merona dan matanya yang berkaca-kaca, hati Dennis terasa sedih."Kenapa kamu nangis?" tanyanya sambil mengernyit, "Harry nindas kamu ya?"Saat mengungkit tentang Harry, Grace akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. Semua emosinya langsung meluap. Dia berusaha menggeleng dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi tenggorokannya terasa tercekat. Air mata terus berderai membasahi wajahnya.Hati Dennis bagaikan tersayat-sayat melihat sosok Grace yang menangis tersedu-sedu. Dia menarik Grace ke dalam pelukannya
"Maaf ...." Suara Grace yang teredam, membuat hati Dennis merasa terpukul. Dia tiba-tiba menyadari sesuatu dan ingin berbalik, tetapi telah ditahan oleh Grace."Jangan ... dia ada di belakang," ucap Grace dengan lirih."Kamu mau dia menyerah," ujar Dennis sambil memejamkan matanya dengan getir. Grace memilih untuk melepaskan Harry, tetapi juga tidak mau memberinya kesempatan. Sepatah kata "maaf" itu telah cukup untuk menjelaskan semuanya."Dia bisa dapat wanita yang lebih baik lagi, nggak seharusnya sama aku. Aku nggak bisa beri dia apa pun, tapi aku bisa memberinya kebebasan," balas Grace."Baiklah, kukabulkan permintaanmu." Dennis menunduk, lalu memegang wajah Grace dan mengecupnya dengan perlahan. Grace melihatnya dengan mata terbelalak.Dennis tidak benar-benar menciumnya. Ibu jarinya menekan bibir Grace untuk menghalangi bibir mereka bersentuhan. Meski tidak benar-benar berciuman, Grace tetap bisa merasakan hawa hangat yang terpancar dari tubuh Dennis.Dennis berbeda dengan Harry.
Grace naik bus untuk waktu yang lama dan berjalan kaki cukup jauh. Ketika sampai di vila, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Melihat pintu di hadapannya, Grace malah tidak berani mengetuknya.Tangannya menggenggam gagang pintu dan melepaskan berkali-kali, tetapi dia tetap tidak bisa membulatkan tekad. Saat dia hendak menyerah, Rudi tiba-tiba keluar untuk membuka pintu."Nona Grace, kenapa kamu nggak masuk? Bukannya kamu sudah mendaftarkan sidik jari?""Oh .... Aku baru saja sampai ...," jawab Grace dengan gugup."Masuklah. Jarang-jarang Tuan Harry pulang lebih awal. Dia ingin makan malam denganmu," balas Rudi."Apa?" Grace meragukan pendengarannya. Harry sudah melihatnya bersama Dennis, mana mungkin dia masih ingin makan malam dengan Grace? Apakah ini ... makan malam terakhir?Setelah masuk, Grace sengaja melihat ke cermin. Riasan di wajahnya masih utuh dan tidak ada bekas tamparan yang terlihat. Dia menarik napas dalam-dalam dan akhirnya memberanikan diri untuk melangkah ma
Grace menyelesaikan ucapannya dengan susah payah. Setiap kata yang dilontarkannya bagaikan pisau yang menancap di jantungnya dan menyayat dagingnya.Mendengar perkataan Grace, tubuh Harry bergetar sejenak. Grace tidak pernah mengatakan hal ini padanya sebelumnya. Dia sudah berusaha keras untuk melindungi Grace, tapi Grace masih tetap tidak bahagia."Apa ucapanmu ini tulus dari hatimu?" Harry melepaskan tangannya, langkahnya juga terasa berat, dan punggungnya terasa kaku."Ya," balas Grace."Ternyata aku yang terlalu memaksakan kehendak. Hehe ...." Terdengar suara Harry mentertawakan dirinya sendiri. Tawa yang singkat dan dingin itu mengetuk hati Grace. Di saat itu juga, Grace merasa hatinya benar-benar telah hancur lebur."Pergilah, jangan kembali lagi. Aku akan suruh Rudi untuk membereskan barang-barangmu.""Oke," jawabnya singkat karena takut Harry akan menyadari suaranya yang hampir menangis.Tanpa sepengetahuan Harry, tangan Grace yang tertutup lengan bajunya telah terkepal erat. D
"Kenapa? Mau ngobrol lagi denganku?" tanya Robin dengan nada menggoda."Cepat bilang, apa yang terjadi?" tanya Harry.Robin baru menceritakan semua yang dilihatnya sebelumnya kepada Harry. "Dia takut kamu akan cemas dan menyuruhku jangan beri tahu kamu. Makanya aku merahasiakannya. Dilihat-lihat lagi sekarang, sepertinya bekas tamparan di wajahnya nggak sesederhana itu.""Pagi? Rumah sakit?" Harry tiba-tiba teringat sesuatu, lalu menyuruh Juan untuk mencarikan rekaman kamera pengawas di rumah sakit. Dia melihat sendiri bagaimana Cheria membawa Grace ke rumah sakit dan konflik yang terjadi di koridor itu.Cheria yang duluan mendorongnya hingga terjatuh, kemudian juga menamparnya. Melihat semua kejadian ini, Harry benar-benar marah besar. Tangannya dikepalkan hingga terdengar derakan yang cukup keras. Setelah itu, dia juga melihat rekaman kamera pengawas di jalanan.Terlihat sosok Grace yang menyeberang jalanan dengan kondisi menyedihkan, lalu terjatuh karena hampir tertabrak mobil. Seke
"Lagian, mana bisa dia dibandingkan denganku?" timpal Cheria lagi."Bagiku, dia lebih unggul darimu dari semua aspek!" Harry berkata sepatah demi sepatah, "Keluarga Tedja benar-benar menyedihkan punya keturunan sepertimu. Cheria, kuperingatkan kamu sekali lagi. Kalau kamu berani sentuh dia lagi, aku akan buat hidupmu lebih menderita daripada mati!""Aku nggak mukul wanita, tapi nggak berarti bawahanku nggak bisa bertindak. Apa kamu tahu seberapa kotornya pergaulan antar konglomerat di ibu kota ini? Membunuh satu atau dua orang adalah hal yang wajar."Cheria membalas, "Ka ... kamu mengancamku dan Keluarga Tedja hanya demi wanita murahan itu?""Keluarga Tedja nggak berarti apa pun di mataku!" hardik Harry sambil melepaskan cengkeramannya dan membuat Cheria terjatuh dengan tragis."Kamu ...." Mendengar perkataan Harry, emosi Cheria langsung memuncak. Namun, dia tidak tahu harus bagaimana membalasnya. Keluarga Tedja memang tidak sebanding dengan Keluarga Prayogo. Harry baru saja menunjukka
Melihat kepergian Harry, Cheria masih merasa tidak rela. "Kakek, kamu biarkan dia pergi begitu saja?""Cheria, dia bukan pria yang bisa kamu kendalikan!" sahut Cakra."Lalu kenapa Grace bisa? Memangnya aku nggak sebaik dia? Aku nggak rela. Kakek juga ingin dia jadi cucu menantu dan mengembangkan Keluarga Tedja, bukan?""Kakek memang ingin seperti itu, tapi tetap saja harus tahu diri! Cheria, dengarkan nasihat Kakek kali ini. Pria ini nggak cocok denganmu. Ada banyak pria tampan dan hebat di ibu kota ini, kenapa kamu bersikeras mau sama satu orang?" tanya Cakra."Karena dia adalah yang terbaik! Siapa yang punya prestasi sehebat ini di usia 28 tahun? Aku nggak rela! Aku nggak akan menyerah! Huh!" ucap Cheria dengan kesal.Sejak kecil hingga dewasa, tidak ada satu pun benda yang tidak bisa didapatkannya. Jadi, dia tidak akan menyerah begitu saja!....Harry tiba di sekolah saat Grace baru saja selesai kelas. Semua orang pergi makan, tetapi dia sama sekali tidak berselera. Tugas yang diber
Harry tidak menjawab. Dia hanya mengambil ponsel Grace dan menekan beberapa tombol, lalu mengembalikannya pada Grace.Grace bingung, tetapi dia juga tidak terlalu memikirkannya karena dia sudah lapar dan ingin makan makanan enak. Di lantai bawah pun sudah ada hidangan lezat yang menantinya.Setelah makan malam, Harry langsung meninggalkan meja.Sementara itu, Grace selesai mandi dan berbaring di tempat tidur bersama Kezia. Kezia sedang membaca buku, sedangkan dia terbiasa membuka Instagram karena ingin melihat apa yang sudah terjadi hari ini.Begitu membuka Instagram, Grace melihat banyak pesan pribadi yang masuk. Dia mengira pesan itu karena masalah Nikolas, tetapi itu ternyata adalah komentar netizen tentang hal lain.[ Sekarang memang lebih baik fokus pada pendidikan, abaikan saja orang-orang yang nggak penting. ][ Belajarlah dengan baik. Setelah kamu lulus, baru bahas tentang urusan percintaan. Kamu masih sangat muda, nggak perlu buru-buru. Kami paham kok. ][ Sering-sering bagika
"Kalau Tuan pernah pacaran sama orang lain sebelumnya, apa kamu nggak cemburu?""Nggak, kok.""Kenapa?""Kalau ada yang suka sama dia, membuktikan bahwa dia punya pesona dan pilihanku nggak salah. Nggak tahu juga nggak apa-apa, yang penting ke depannya jadi milikku seorang."Grace mengangkat bahunya dengan santai dan tidak bertanya lebih jauh lagi. Lagi pula, mau ditanya bagaimanapun, Rudi juga tidak tahu. Rudi pergi dari dapur sambil melirik sekilas punggung Grace dan menghela napas lega.Semoga saja mereka tidak akan bertemu. Dia terlalu memahami temperamen Lucia. Sifatnya sangat keras dan punya latar belakang keluarga yang kuat. Dia selalu berada di atas semua orang. Mana mungkin Grace yang baik hati ini bisa menang melawannya?....Tak lama kemudian, waktu makan malam pun tiba. Grace naik ke atas untuk memanggil Harry makan. "Yang Mulia, makan malam sudah siap, apakah Anda ingin turun untuk makan?" Dia mengetuk pintu dan hampir menempelkan telinganya ke pintu karena ingin menguping
Mendengar hal itu, ekspresi Harry langsung menjadi muram dan matanya menatap dengan tajam."Ehm, Bu Grace minta aku untuk bantu di dapur. Aku pergi dulu, ya." Juan buru-buru melarikan diri.Harry memijit pelipisnya karena merasa pusing. Sepertinya memang benar dia sedang cemburu. Dulu, Grace suka mengejeknya soal ini, tetapi dia tidak mau mengakuinya. Sungguh tidak pantas jika seorang pria dewasa cemburu pada hal remeh seperti ini. Namun ... dia tidak bisa menahannya.....Juan pergi ke dapur. Grace sedang belajar memasak bersama Leah. Ketika melihat Juan datang, dia bertanya, "Harry baik-baik saja? Sampai sekarang belum keluar dari ruang baca. Dia itu sebenarnya lagi marah karena apa?""Pak Harry ... cemburu, sekarang lagi diam-diam merajuk!" Juan tidak bisa menahan diri untuk bercanda."Cemburu?""Iya. Melihat ada orang yang menyatakan cinta sama kamu dan membuat keributan sebesar itu, dia jadi merasa terpukul. Aku selalu mengira Pak Harry adalah orang yang berpikiran luas, tapi tern
Meski marah, Harry tetap bisa berpikir rasional. Dia tahu apa yang dilakukannya. Juan mengembuskan napas lega. Yang penting dia tidak dipukul."Kalau begitu, aku akan mengurusnya sekarang," kata Juan. Selesai bicara, dia hendak pergi.Namun, Harry memanggil Juan lagi, "Tunggu dulu.""Pak, ada apa?" tanya Juan yang kebingungan. Dia melihat ekspresi Harry sangat muram. Selain itu, Harry tampak ragu-ragu untuk bicara.Setelah beberapa saat, Harry baru bertanya, "Apa semua wanita menyukai hal romantis seperti itu?""Maksudnya memberi bunga mawar?" tanya Juan."Iya," sahut Harry.Juan menjelaskan, "Tentu saja. Para wanita menyukai bunga, baju, tas, sepatu, perhiasan, boneka, kucing, anjing, hamster, berbagai jenis makanan enak, produk kecantikan dan perawatan kulit ...."Juan melanjutkan, "Barang yang disukai wanita sangat banyak. Walaupun aku nggak pernah pacaran, aku tahu semua wanita suka belanja. Mereka harus dimanjakan dengan uang!""Coba jelaskan lebih detail," ujar Harry.Juan beruca
Grace menimpali, "Kalau kamu tahu aku sengaja, cepat pergi! Jangan cari masalah di sini!"Nikolas membalas, "Kamu ... aku mengungkapkan isi hatiku padamu dengan tulus. Kamu nggak hargai aku, malah bilang aku cari masalah. Kalau bukan karena kamu cantik dan berhubungan dekat dengan Keluarga Adhitama, kamu kira aku akan tertarik padamu?"Nikolas menambahkan, "Ternyata, kamu tetap nggak bisa mengubah sifatmu yang rendahan biarpun sudah menjadi anak angkat Keluarga Adhitama."Orang-orang di sekeliling berkomentar. Tidak disangka, Nikolas yang berpenampilan baik mempunyai sifat buruk.Grace melihat ada yang merekam dengan ponsel. Dia sengaja memanas-manasi, "Kamu memarahi aku karena usahamu gagal? Kamu bilang aku rendahan? Mereka semua sudah mendengar ucapanmu!"Grace melanjutkan, "Kalian semua lihat baik-baik orang ini. Dia mementingkan paras dan latar belakang keluarga saat mencari pasangan. Para wanita harus menghindari pria dangkal seperti ini!"Suara Grace sangat keras sehingga semua o
Tak jauh dari sana, Juan sudah menghentikan mobil di dekat kampus. Harry menunggu di persimpangan jalan dari tadi, tetapi belum melihat Grace. Jadi, dia memutuskan untuk melihat di kampus. Siapa sangka, dia malah melihat kejadian di depan pintu kampus.Harry menyipitkan matanya. Ekspresinya sangat dingin. Dia terus mengamati Nikolas. Suasana di mobil menjadi tegang.Juan yang duduk di kursi pengemudi ketakutan. Dia berkeringat dingin. Gawat, sepertinya Harry yang protektif cemburu. Masalahnya pasti runyam.Harry hendak membuka pintu. Juan segera berkata, "Pak, kamu nggak boleh keluar. Nona Grace harus selesaikan masalah ini sendiri. Kamu nggak berhak menghentikannya!"Juan mempertaruhkan nyawanya untuk melontarkan ucapan itu. Harry memang tidak mempunyai status yang cocok untuk menghentikan Nikolas mengungkapkan isi hati pada Grace."Aku yang menyetir!" ujar Harry dengan dingin."Apa?" tanya Juan yang masih kebingungan."Kamu turun dulu, biar aku yang menyetir," sahut Harry. Dia turun
Harry mencium Grace lagi. Setelah selesai, wajah Grace merah padam dan tubuhnya terasa panas. Jendela balkon terbuka, angin semilir berembus.Grace baru merasa sedikit sejuk. Dia memandang Harry dengan ekspresi polos seraya mengisyaratkan, "Itu ... keras ... rasanya nggak nyaman."Ekspresi Harry menjadi muram. Dia terpaksa berdiri, lalu pergi ke kamar mandi. Sepertinya dia sudah terbiasa.Grace menepuk wajahnya dan mengembuskan napas. Dia ingin menempelkan wajahnya di gelas agar bisa meredakan panas. Kalau terus begini, takutnya dia bisa mimisan.Grace mendengar suara air dari kamar mandi. Tampak siluet Harry dari pintu kaca. Grace masih ingat postur tubuh Harry sangat bagus.Grace mengetuk pintu kamar mandi dan berkata, "Nanti sore aku ada mata kuliah umum. Aku belum selesaikan SKS-ku. Aku mau pergi ke kampus dulu.""Aku antar kamu," balas Harry.Grace menolak, "Nggak usah. Aku bisa naik taksi. Kamu temani Kezia saja, aku pergi dulu.""Kalau begitu, hati-hati di jalan. Telepon aku kal
Kenapa Kezia sangat menyukai kartun ini? Jelas-jelas sebelumnya Kezia tidak tahu kartun ini saat tinggal di luar negeri.Sementara itu, Grace juga menonton dengan asyik. Sebelumnya, Harry seperti seorang ayah yang selalu mengkhawatirkan Grace. Sekarang Kezia tinggal di rumah mereka sehingga Harry makin repot. Mereka tidak terlihat seperti orang tua yang memiliki 1 anak, melainkan seperti seorang ayah yang memiliki 2 putri.Harry memang terus mengingatkan dirinya Grace adalah istrinya. Dia hanya memanjakan Grace seperti anak-anak.Namun, Harry tidak bisa berbaur setiap melihat Grace dan Kezia bermain. Dia tiba-tiba merasa tua. Demi memahami dunia mereka, Harry tidak pergi ke perusahaan dan menonton Peppa Pig."Kamu suka, ya?" tanya Harry kepada Grace."Iya. Apa kamu nggak merasa kartunnya sangat lucu?" sahut Grace.Harry berbicara jujur, "Kamu nggak merasa sangat membosankan?"Grace menanggapi, "Ini cuma kartun, nggak usah begitu serius. Yang penting lucu."Kezia yang sedang asyik menon
Kezia menimpali, "Aku cuma bicara jujur. Kalau Mama tahu kamu berkelahi, dia pasti sangat marah!""Kalau kamu jelek-jelekkan aku lagi, aku akan pukul pantatmu!" ancam Joshua sambil mengangkat tangannya.Siapa sangka, Kezia tiba-tiba memelas, "Paman, apa kamu tega pukul Kezia? Aku tahu Paman sangat menyayangiku. Kalau Paman pukul aku, nanti Paman yang merasa sakit, 'kan?"Grace memelotot setelah mendengar ucapan Kezia. Kenapa ucapan ini terdengar sangat familier? Grace merasakan pandangan seseorang yang galak. Dia melihat Harry dan Harry juga mengamatinya. Grace yang malu mengalihkan pandangannya.Kezia melanjutkan, "Hais, aku tahu aku sudah buat Paman marah. Kalau Paman nggak terima, pukul aku saja ...."Kezia mengangkat pantatnya dan meneruskan, "Paman, kamu nggak tega pukul aku, 'kan? Biarpun Kezia salah bicara, Paman juga nggak akan membuat perhitungan dengan Kezia, 'kan?"Joshua memegang dahinya sembari menanggapi, "Kezia, aku belum bilang apa-apa. Kamu sudah bicara panjang lebar