Setelah mengantar Grace kembali ke universitas, Harry kembali ke perusahaan. Dia pun tidak menyangka Aryan akan datang, bahkan diikuti seorang pria paruh baya dan gadis muda.Harry sangat familier terhadap pria paruh baya itu. Dia adalah Direktur Rave Entertainment. Menurut senioritas, Harry seharusnya memanggilnya paman.Ketika melihat Harry, Aryan segera menariknya dan berkata, "Cakra, sudah kubilang aku nggak akan membuat keputusan sembarangan. Anakku hanya akan menikahi wanita yang disukainya. Kamu ini malah bersikeras ingin menjumpainya.""Bukannya aku bersikeras, tapi cucu kesayanganku itu terus membujukku. Dia sudah dewasa, tapi nggak pernah menyukai pria sampai seperti ini. Dia terus membuat keributan di rumah, makanya aku terpaksa turun tangan," sahut Cakra.Harry tak kuasa mengernyit. Ternyata ada yang ingin menjodohkannya. Cakra maju dan berkata, "Harry, ini cucuku, Cheria.""Halo, namaku Cheria. Kamu seharusnya pernah melihatku, 'kan? Aku aktris terkenal! Kamu Harry, Tuan K
Cheria berkata, "Aku menyelidiki semuanya dengan jelas. Kamu bisa menikah dengan gadis itu karena ayahmu nggak tahu apa-apa. Dia mengira kamu nggak bisa mendapat istri, jadi membeli seorang istri untukmu. Tapi, aku nggak akan keberatan kalau kamu meninggalkannya sekarang.""Kamu pasti tahu seperti apa Keluarga Lugiman. Greta mungkin masih cukup berkemampuan, tapi kalau Grace ... dia benar-benar nggak berguna. Sementara itu, aku adalah satu-satunya pewaris Rave Entertainment. Latar belakang Grace nggak akan bisa dibandingkan denganku.""Kamu menahan diri selama bertahun-tahun dan mengembangkan kemampuanmu pasti untuk melakukan hal besar, 'kan? Kamu butuh istri yang bisa membantumu dan bukan seorang gadis bodoh yang masih butuh perlindunganmu.""Nggak apa-apa kalau kamu nggak menyukaiku sekarang. Kamu boleh menikahiku dulu, lalu kita bisa pelan-pelan membina hubungan. Aku sangat percaya diri dengan pesonaku. Kamu pasti akan jatuh cinta padaku nanti."Cheria tampak dipenuhi kepercayaan di
"Biarkan saja dia merusak reputasimu. Lagian, mana ada ayah yang merepotkan anaknya seperti ini?" balas Harry."Duh, jangan mengajariku cara bertindak. Aku sudah tahu aku salah. Kamu antar saja Cheria pulang, lalu putus hubungan dengannya. Biar kuperingatkan dulu, jangan karena Cheria cantik dan terkenal, kamu macam-macam dengannya ya!""Ingat, kamu sudah punya Grace! Waktu kamu jelek dan miskin, dia nggak pernah mengabaikanmu, 'kan? Makanya, kamu harus terima kejelekan dan kemiskinannya juga!" nasihat Aryan.Harry seketika tidak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa ayahnya menghina calon istrinya seperti itu? Harry pun menegur, "Ayah, jaga omonganmu!""Pokoknya kalau kamu berani menyakiti Grace dan mencampakkannya, aku akan mengangkatnya menjadi putriku. Nanti anakmu akan memanggilnya 'Mantan Pacar Ayah'!" ancam Aryan."Ya, aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku tahu siapa yang benar-benar tulus padaku. Aku nggak buta kok," sahut Harry."Bagus. Ya sudah, aku nggak bakal mengganggumu lagi
Mobil berhenti di depan vila Keluarga Tedja. Harry tidak berniat untuk turun. Dia bahkan tidak menurunkan sekat mobil.Kaca jendela mobil ini terbuat dari bahan khusus. Orang di luar tidak bisa melihat ke dalam, tetapi orang di dalam bisa melihat ke luar. Cheria pun tidak bisa melihat Harry dan hanya bisa menyaksikan mobil itu melaju pergi.Saking kesalnya, Cheria sampai mengentakkan kaki. Dia ingin sekali mencabik-cabik Harry. Sebagai wanita cantik dan cerdas, dia tidak pernah diperlakukan seperti ini.Cakra keluar dan berkata, "Sudah kubilang, dia bukan orang yang bisa kamu taklukkan. Semua tipu muslihatmu itu cuma permainan anak kecil di matanya!""Kenapa memangnya? Dia memang nggak akan termakan tipu muslihatku, tapi belum tentu Grace akan sama. Aku nggak akan membiarkan gadis itu mengalahkanku!" sahut Cheria dengan murka. Dia mengepalkan tangannya dengan erat, seolah-olah sudah tidak sabar untuk mengalahkan Grace.....Grace sudah pulang dan merasa lapar. Akan tetapi, dia ingin me
"Aku sudah tahu. Ayo makan. Aku bisa mati kelaparan kalau harus menunggu lagi," ujar Grace."Kamu belum makan? Para pelayan nggak masak untukmu ya?" tanya Harry."Aku yang menyuruh mereka jangan masak. Aku ingin makan bersamamu. Ada pangsit di kulkas. Aku ingin makan pangsit," sahut Grace."Oke. Biar kupanaskan untukmu," kata Harry.Harry segera pergi ke dapur untuk memasak. Dia tidak berani berlama-lama karena Grace sudah lapar. Sementara itu, Grace berdiri di depan pintu sambil menatap Harry yang sibuk memasak.Harry sudah melepaskan jas dan dasinya, juga menggulung lengan bajunya dan membuka kancing kemejanya. Penampilannya yang seperti ini terlihat lebih lembut, tetapi kurang cocok di dapur.Grace menghampiri, lalu memeluknya dari belakang. Harry berkata, "Sebentar lagi matang.""Aku nggak begitu lapar lagi, kamu nggak perlu terburu-buru kok," ujar Grace dengan lembut. Dia merasa sangat bahagia karena ada pria yang bersedia memasak untuknya."Sepertinya kamu jadi aneh karena terlal
Mungkin Grace takut jika dia makan kurang banyak, kemungkinan nanti dia akan mati kelaparan.Jadi, Grace bersumpah kelak dia tidak akan pelit saat membeli makanan setelah menghasilkan uang. Namun, dia merasa wanita yang terlalu rakus akan ditertawakan pria.Itulah sebabnya, Grace selalu menahan nafsu makannya di depan orang lain. Terutama saat bersama Harry.Waktu itu, Grace belum tahu Harry kaya. Dia khawatir Harry akan keberatan dengan porsi makannya. Makanya, Grace menyembunyikan hal ini.Grace berujar, "Aku takut kamu nggak suka aku karena terlalu rakus. Bagaimana kalau kamu kabur setelah lihat aku makan terlalu banyak?"Grace melanjutkan dengan ekspresi memelas, "Selain itu, aku merasa tertekan saat makan denganmu. Aku harus memperhatikan etika. Aku sudah cari tahu, orang kaya harus mengunyah sekitar 20 kali waktu makan. Itu baru sopan."Grace menambahkan, "Masih ada banyak etika saat makan dari negara lain.""Siapa suruh kamu hafal etika ini?" tanya Harry.Grace menjawab, "Nanti
Harry berkata, "Um, aku mau telepon dulu. Kamu tunggu makanannya."Grace manyahut, "Oke. Kamu sangat bahagia bisa mendapatkan aku. Mana ada pacar yang begitu baik seperti aku di dunia ini? Aku mengajakmu mencicipi banyak makanan lezat."Harry berjalan ke samping untuk menelepon Robin, "Robin, panggil ambulans atau aku menyetir sendiri lebih cepat?"Robin menceletuk, "Ambulans boleh menerobos lampu merah."Harry menimpali, "Kalau begitu, kamu bantu aku panggil ambulans. Suruh mereka datang ke tempatku setengah jam lagi. Ingat, jangan nyalakan sirene."Robin menanggapi, "Kamu mau mencoba racun lagi? Oh, bukan. Kamu mau mengorbankan diri demi cinta."Harry membalas, "Robin, doakan aku semoga beruntung."Tak lama kemudian, makanan pun sampai. Kurir mengecek pesanan sambil mengamati vila mewah di depannya dengan ekspresi tercengang.Kenapa orang sekaya ini memesan makanan di luar? Apa ada yang salah? Kurir memberanikan diri untuk menekan bel.Grace menjulurkan kepalanya dari dalam rumah. Di
Cheria menegaskan, "Maksudku sudah jelas. Kamu nggak cocok dengan Harry."Grace menimpali, "Kamu nggak berhak tentukan kami cocok atau nggak. Aku mau makan, jadi aku nggak punya waktu untuk meladenimu. Terserah kamu mau lakukan apa."Grace berbalik dan hendak pergi. Namun, Cheria menghentikannya, "Apa kamu nggak ingin tahu sekarang Harry ada di mana dan apa yang dilakukannya?"Grace menyahut, "Harry sedang kerja atau makan.""Harry dirawat di rumah sakit," sergah Cheria.Grace terkejut. Kemudian, dia pergi ke rumah sakit bersama Cheria. Kalaupun ucapan Cheria tidak benar, Grace juga ingin memastikannya sendiri. Dengan begitu, dia baru bisa tenang.Namun, Grace tidak melihat Harry. Dia hanya melihat hasil diagnosis Harry. Ternyata Harry keracunan makanan dan dia mengalami diare.Perasaan Grace menjadi kalut. Kenapa Harry bisa keracunan makanan dan dirawat di rumah sakit? Jelas-jelas semalam Harry masih baik-baik saja. Apa semalam .... Grace tiba-tiba teringat sesuatu. Dia benar-benar k
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k