Grace merasa panik, buru-buru ingin membela dirinya sendiri. Dia bukan beban bagi Harry dan bukanlah orang yang tidak berguna! Kalaupun tidak bisa menyelesaikan masalah Harry, Grace masih tetap bisa memberinya penghiburan dan perlindungan. Dia bukan orang yang sepenuhnya bodoh!Selama Harry memperlakukannya dengan baik, Grace pasti akan membalas kebaikannya ribuan kali lipat!"Justru karena kamu ini Grace, makanya kamu membuatnya kesulitan! Pernah nggak kamu berpikir, Harry sudah menahan diri selama empat tahun menyamar sebagai orang jelek dan mengelabui semua orang. Semua fitnah dan cercaan nggak pernah dipedulikannya, semua itu demi apa?""Dia punya dendam di dalam hatinya, ada hal yang harus dia lakukan. Makanya sekarang ada Grup J.C. Kalau bersamaku, kariernya bisa maju pesat dan mengurangi kesulitannya berjuang selama bertahun-tahun. Selain itu, aku lebih cantik darimu, tubuhku lebih bagus, auraku lebih menonjol.""Aku unggul dalam segala hal darimu. Bukankah seharusnya kamu mundu
Apa yang bisa dilakukan Grace jika Grup J.C benar-benar menghadapi krisis kelak? Selain hanya bisa menyaksikan semuanya, Grace benar-benar tidak berdaya. Dia hanya bisa membiarkan Harry menanggung semuanya sendirian.Grace sendiri juga tidak bisa menghadapi cobaan besar. Dia benar-benar terlalu lemah. Grace hanya bisa menunduk dengan wajah pucat, seolah-olah darah di sekujur tubuhnya telah terkuras habis. Jika bukan karena sedang bersandar di dinding, mungkin Grace sudah jatuh dengan menyedihkan sekarang.Melihat Grace yang hanya terdiam, Cheria berkata, "Aku sudah jelaskan padamu semuanya. Seharusnya kamu sudah ngerti apa yang harus kamu lakukan selanjutnya, 'kan?""Apa yang harus ... kulakukan selanjutnya ...," gumam Grace."Pergi .... pergilah sejauh mungkin. Jauhi dirimu dari pandangan Harry!""Aku mengerti. Bolehkah ... aku melihatnya sekali lagi ...," tanya Grace."Kamu masih mau celakain dia ya? Kalau bersamamu, dia cuma akan terus-menerus terluka! Orang sehebat dia memang sehar
"Sakitnya parah?" tanya Grace."Kali ini jauh lebih mendingan dari sebelumnya. Sebelumnya dia sempat cuci lambung, kali ini cuma diare. Dilihat dari imun tubuhnya, mungkin sebentar lagi dia bakal kebal sama penyakit apa pun."Grace agak terkejut mendengarnya. Ternyata hal seperti ini pernah terjadi sebelumnya?"Kenapa dia cuci lambung?" tanya Grace."Kamu ingat pernah memberinya banyak camilan saat daki gunung waktu itu?" Robin merasa agak ragu-ragu. Dia mengira Grace mengetahui semuanya karena telah menemui Harry. Namun, sepertinya ... Grace tidak tahu apa pun.Setelah mendengar ucapan Robin, hati Grace jadi semakin berkecamuk. Ternyata ini bukan pertama kalinya Harry dirawat di rumah sakit. Grace merasa dirinya benar-benar hanya sebuah beban. Bukan hanya tidak bisa membantu, dia bahkan membuat Harry dilarikan ke rumah sakit berulang kali.Atas dasar apa dia berhak menjadi tunangan Harry?"Suasana hatimu sepertinya buruk sekali. Apa aku salah ngomong?" tanya Robin."Nggak. Pak Robin,
"Dennis, kamu mau ngapain! Kamu ini Ketua BEM, harus patuh sama aturan!" Dosen itu tidak mengenali Grace, tetapi dia kenal dengan Dennis dan bahkan sangat menghargainya. Namun, Dennis malah tidak peduli dan pergi begitu saja.Setelah keluar dari ruangan, Dennis kebetulan melihat Grace yang berbalik ke sebuah persimpangan koridor. Dia pun mempercepat langkah kakinya."Grace!" teriaknya sambil menarik pergelangan tangan Grace.Grace berbalik melihat Dennis, "Kak Dennis?"Melihat wajahnya yang merona dan matanya yang berkaca-kaca, hati Dennis terasa sedih."Kenapa kamu nangis?" tanyanya sambil mengernyit, "Harry nindas kamu ya?"Saat mengungkit tentang Harry, Grace akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. Semua emosinya langsung meluap. Dia berusaha menggeleng dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi tenggorokannya terasa tercekat. Air mata terus berderai membasahi wajahnya.Hati Dennis bagaikan tersayat-sayat melihat sosok Grace yang menangis tersedu-sedu. Dia menarik Grace ke dalam pelukannya
"Maaf ...." Suara Grace yang teredam, membuat hati Dennis merasa terpukul. Dia tiba-tiba menyadari sesuatu dan ingin berbalik, tetapi telah ditahan oleh Grace."Jangan ... dia ada di belakang," ucap Grace dengan lirih."Kamu mau dia menyerah," ujar Dennis sambil memejamkan matanya dengan getir. Grace memilih untuk melepaskan Harry, tetapi juga tidak mau memberinya kesempatan. Sepatah kata "maaf" itu telah cukup untuk menjelaskan semuanya."Dia bisa dapat wanita yang lebih baik lagi, nggak seharusnya sama aku. Aku nggak bisa beri dia apa pun, tapi aku bisa memberinya kebebasan," balas Grace."Baiklah, kukabulkan permintaanmu." Dennis menunduk, lalu memegang wajah Grace dan mengecupnya dengan perlahan. Grace melihatnya dengan mata terbelalak.Dennis tidak benar-benar menciumnya. Ibu jarinya menekan bibir Grace untuk menghalangi bibir mereka bersentuhan. Meski tidak benar-benar berciuman, Grace tetap bisa merasakan hawa hangat yang terpancar dari tubuh Dennis.Dennis berbeda dengan Harry.
Grace naik bus untuk waktu yang lama dan berjalan kaki cukup jauh. Ketika sampai di vila, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Melihat pintu di hadapannya, Grace malah tidak berani mengetuknya.Tangannya menggenggam gagang pintu dan melepaskan berkali-kali, tetapi dia tetap tidak bisa membulatkan tekad. Saat dia hendak menyerah, Rudi tiba-tiba keluar untuk membuka pintu."Nona Grace, kenapa kamu nggak masuk? Bukannya kamu sudah mendaftarkan sidik jari?""Oh .... Aku baru saja sampai ...," jawab Grace dengan gugup."Masuklah. Jarang-jarang Tuan Harry pulang lebih awal. Dia ingin makan malam denganmu," balas Rudi."Apa?" Grace meragukan pendengarannya. Harry sudah melihatnya bersama Dennis, mana mungkin dia masih ingin makan malam dengan Grace? Apakah ini ... makan malam terakhir?Setelah masuk, Grace sengaja melihat ke cermin. Riasan di wajahnya masih utuh dan tidak ada bekas tamparan yang terlihat. Dia menarik napas dalam-dalam dan akhirnya memberanikan diri untuk melangkah ma
Grace menyelesaikan ucapannya dengan susah payah. Setiap kata yang dilontarkannya bagaikan pisau yang menancap di jantungnya dan menyayat dagingnya.Mendengar perkataan Grace, tubuh Harry bergetar sejenak. Grace tidak pernah mengatakan hal ini padanya sebelumnya. Dia sudah berusaha keras untuk melindungi Grace, tapi Grace masih tetap tidak bahagia."Apa ucapanmu ini tulus dari hatimu?" Harry melepaskan tangannya, langkahnya juga terasa berat, dan punggungnya terasa kaku."Ya," balas Grace."Ternyata aku yang terlalu memaksakan kehendak. Hehe ...." Terdengar suara Harry mentertawakan dirinya sendiri. Tawa yang singkat dan dingin itu mengetuk hati Grace. Di saat itu juga, Grace merasa hatinya benar-benar telah hancur lebur."Pergilah, jangan kembali lagi. Aku akan suruh Rudi untuk membereskan barang-barangmu.""Oke," jawabnya singkat karena takut Harry akan menyadari suaranya yang hampir menangis.Tanpa sepengetahuan Harry, tangan Grace yang tertutup lengan bajunya telah terkepal erat. D
"Kenapa? Mau ngobrol lagi denganku?" tanya Robin dengan nada menggoda."Cepat bilang, apa yang terjadi?" tanya Harry.Robin baru menceritakan semua yang dilihatnya sebelumnya kepada Harry. "Dia takut kamu akan cemas dan menyuruhku jangan beri tahu kamu. Makanya aku merahasiakannya. Dilihat-lihat lagi sekarang, sepertinya bekas tamparan di wajahnya nggak sesederhana itu.""Pagi? Rumah sakit?" Harry tiba-tiba teringat sesuatu, lalu menyuruh Juan untuk mencarikan rekaman kamera pengawas di rumah sakit. Dia melihat sendiri bagaimana Cheria membawa Grace ke rumah sakit dan konflik yang terjadi di koridor itu.Cheria yang duluan mendorongnya hingga terjatuh, kemudian juga menamparnya. Melihat semua kejadian ini, Harry benar-benar marah besar. Tangannya dikepalkan hingga terdengar derakan yang cukup keras. Setelah itu, dia juga melihat rekaman kamera pengawas di jalanan.Terlihat sosok Grace yang menyeberang jalanan dengan kondisi menyedihkan, lalu terjatuh karena hampir tertabrak mobil. Seke
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa