"Aku ini dokter, bukankah sudah seharusnya aku menolong orang?" balas Robin."Ada begitu banyak orang di sana, apa perlu kamu yang turun tangan sendiri?" tanya Hannah."Aku ini dokter, punya etika profesi. Sudahlah, sekarang sudah larut malam. Kamu cepat istirahat," balas Robin dengan tenang sambil menyingkirkan tangan Hannah. Hannah merasa tidak puas dan terus mengejarnya.Grace kebingungan melihat hal itu. Tadinya dia yang merasa kesal, kenapa sekarang malah jadi Hannah yang marah-marah?Saat Grace masih kebingungan, tiba-tiba kedua kakinya terangkat di udara. Dia sontak terkejut dan merangkul leher Harry dengan spontan. Harry malah menggendongnya dengan horizontal."Kamu mau apa? Cepat lepaskan aku! Gimana kalau sampai orang lain melihatnya?" teriak Grace."Jam segini semua orang sudah tidur. Kita juga sudah saatnya tidur." Harry menggendong Grace ke kamarnya sendiri. Meskipun tubuhnya masih agak lemah, menggendongnya masih cukup mudah bagi Harry."Nggak kusangka kamu cemburuan juga
Grace juga kenal gadis itu. Namanya adalah Vicky dan tampangnya juga sangat cantik. Selain itu, dia juga lembut dan menawan. Di departemen keuangan saja ada beberapa pria yang mengejarnya, apalagi di seluruh perusahaan.Hannah pernah bilang, ada karyawan yang iseng membuat kontes kecantikan dan Vicky ada di daftar tersebut. Bahkan sebagai seorang wanita, Grace juga merasa Vicky sangat cantik. Berarti parasnya ini memang cukup memesona.Vicky menatap Harry dengan tersipu, lalu berkata dengan suara manja, "Pak Harry, terima kasih sudah menolongku semalam.""Aku cuma antarin kamu ke rumah sakit. Yang menolongmu itu Pak Robin, seharusnya kamu terima kasih sama dia," balas Harry."Aku akan sampaikan terima kasih langsung padanya nanti. Aku datang ke sini untuk berterima kasih pada Pak Harry dulu, sekalian ... mau bicarakan sesuatu dengan Pak Harry.""Mau bilang apa?" tanya Harry."Pak Harry ... aku suka padamu. Katanya Pak Harry masih belum punya pasangan, jadi aku ingin mendekatimu.""Ngga
Apa mungkin Harry sengaja mempersulitnya karena takut dia berniat buruk?Vicky berkata, "Pak Harry, aku nggak bawa kamera ataupun perekam suara. Aku cuma murni menyukaimu dan rela memberikan keperawananku pada orang hebat sepertimu. Ke depannya juga aku nggak akan mengancammu dengan hal ini. Setelah semua ini selesai, aku akan mengundurkan diri, jadi kamu juga nggak perlu khawatir.""Kamu begitu tertarik padaku?" tanya Harry dengan penasaran."Ya, Pak Harry cocok sekali dengan citra pria idamanku.""Tapi, aku nggak tertarik padamu," balas Harry dengan dingin.Vicky memelototinya dengan heran, mengira dirinya salah dengar. Parasnya sangat cantik dan tubuhnya juga seksi, mana mungkin ada pria yang akan menolaknya?"Pak Harry ... sedang bercanda denganku?" tanyanya dengan suara gemetaran."Kamu sepercaya diri itu ya? Aku suka wanita baik-baik. Kalaupun kamu nggak ajukan surat pengunduran diri nanti, perusahaan ini tetap nggak akan membiarkan orang sepertimu terus bekerja."Wajah Vicky lan
"Jadi, kamu harus beri kompensasi padaku. Seumur hidup ini nggak boleh meninggalkanku. Kalau nggak, aku bakal susah cari istri," pungkas Harry sambil menyentil dahi Grace."Sebenarnya kamu nggak perlu sampai begitu, pengorbanannya terlalu besar, reputasimu jadi jelek. Aku nggak suka orang lain menjelek-jelekkanmu, aku nggak nyaman mendengarnya. Didekati orang itu hal bagus, artinya pacarku memang memesona. Aku yakin kamu ini pria sejati, nggak akan mengkhianatiku!"'Bagaimanapun, kamu ini impoten!' batinnya.Harry tidak menyangka Grace bisa setenang itu terhadap dirinya, padahal semalam dia baru secemburu itu."Kamu nggak khawatir sama sekali?" tanya Harry."Khawatir juga, tapi aku memilih untuk percaya padamu!" balas Grace."Semalam reaksimu bukan begini.""Aku sudah pikirkan baik-baik. Betapa mulianya diriku ini!" ujar Grace dengan bangga.Harry merasa tak berdaya, akhirnya memeluk Grace dengan lembut."Baik yang kamu bilang itu kenyataan atau bukan, aku percaya saja dulu. Kali ini m
Grace pun terhuyung-huyung sesaat. Kalau bukan karena Harry menangkapnya dengan gesit, dia mungkin sudah terjatuh. Harry berkata, "Masuk dulu, aku nyusul nanti.""Harry, jadi orang harus rendah hati. Aku nggak mau masuk berita ya!" ujar Grace dengan panik. Dia khawatir Harry tidak bisa mengendalikan amarahnya."Ya, aku akan berusaha," sahut Harry."Berusaha apanya? Nggak ada kata itu di kamusku!" Begitu Grace melontarkan ucapan ini, Harry langsung mendorongnya masuk.Saat berikutnya, pelayan pun mengelilingi. Grace berkata, "Beri aku segelas yoghurt dulu supaya bisa tenang."Di luar sana, suasana terlihat menegangkan. Harry menyeringai sinis sambil bertanya, "Kamu ingin meniduriku?"Senyuman ini terlihat sangat menawan bagi Enzo. Dia pernah berkencan dengan banyak pria, tetapi tidak ada yang setampan Harry. Dia memuji, "Tampan sekali! Aku akan membawamu pulang tahun baru nanti ya!""Biar kuantar kamu bertemu nenek moyangmu sekarang," ucap Harry dengan nada datar. Kemudian, dia sontak m
Kini, Harry bahkan merasa air lemon itu sangat berharga karena lemonnya baru dipotong. Harry tidak pintar mengamati hal seperti ini, tetapi Grace akan membantunya melakukannya. Ini sudah cukup.Harry mengambil gelas itu, lalu meneguknya dan berkata, "Ternyata memang seenak yang kamu katakan!""Ya, 'kan? Aku sudah minum beberapa gelas sejak tadi!" sahut Grace.'Dasar bodoh, air lemon ini bisa enak karena ada kamu. Kalau nggak ada kamu, rasanya pasti hambar,' batin Harry."Jadi, si gemuk itu menyulitkanmu nggak? Dia pasti akan mencari masalah lagi nanti,' tanya Grace."Aku justru senang kalau dia mencari masalah lagi," timpal Harry."Kenapa?" Grace agak kebingungan mendengarnya."Kamu juga dengar dia bilang ayahnya punya tanah di pinggiran timur. Banyak perusahaan mengincar tanah itu. Semuanya membuka harga tinggi, tapi ayahnya nggak tahu harus menjualnya kepada siapa karena takut menyinggung orang.""Kebetulan sekali, Kak Steven juga menginginkan tanah itu. Kalau dia menjualnya kepada k
Setelah mengantar Grace kembali ke universitas, Harry kembali ke perusahaan. Dia pun tidak menyangka Aryan akan datang, bahkan diikuti seorang pria paruh baya dan gadis muda.Harry sangat familier terhadap pria paruh baya itu. Dia adalah Direktur Rave Entertainment. Menurut senioritas, Harry seharusnya memanggilnya paman.Ketika melihat Harry, Aryan segera menariknya dan berkata, "Cakra, sudah kubilang aku nggak akan membuat keputusan sembarangan. Anakku hanya akan menikahi wanita yang disukainya. Kamu ini malah bersikeras ingin menjumpainya.""Bukannya aku bersikeras, tapi cucu kesayanganku itu terus membujukku. Dia sudah dewasa, tapi nggak pernah menyukai pria sampai seperti ini. Dia terus membuat keributan di rumah, makanya aku terpaksa turun tangan," sahut Cakra.Harry tak kuasa mengernyit. Ternyata ada yang ingin menjodohkannya. Cakra maju dan berkata, "Harry, ini cucuku, Cheria.""Halo, namaku Cheria. Kamu seharusnya pernah melihatku, 'kan? Aku aktris terkenal! Kamu Harry, Tuan K
Cheria berkata, "Aku menyelidiki semuanya dengan jelas. Kamu bisa menikah dengan gadis itu karena ayahmu nggak tahu apa-apa. Dia mengira kamu nggak bisa mendapat istri, jadi membeli seorang istri untukmu. Tapi, aku nggak akan keberatan kalau kamu meninggalkannya sekarang.""Kamu pasti tahu seperti apa Keluarga Lugiman. Greta mungkin masih cukup berkemampuan, tapi kalau Grace ... dia benar-benar nggak berguna. Sementara itu, aku adalah satu-satunya pewaris Rave Entertainment. Latar belakang Grace nggak akan bisa dibandingkan denganku.""Kamu menahan diri selama bertahun-tahun dan mengembangkan kemampuanmu pasti untuk melakukan hal besar, 'kan? Kamu butuh istri yang bisa membantumu dan bukan seorang gadis bodoh yang masih butuh perlindunganmu.""Nggak apa-apa kalau kamu nggak menyukaiku sekarang. Kamu boleh menikahiku dulu, lalu kita bisa pelan-pelan membina hubungan. Aku sangat percaya diri dengan pesonaku. Kamu pasti akan jatuh cinta padaku nanti."Cheria tampak dipenuhi kepercayaan di
Mendengar hal itu, ekspresi Harry langsung menjadi muram dan matanya menatap dengan tajam."Ehm, Bu Grace minta aku untuk bantu di dapur. Aku pergi dulu, ya." Juan buru-buru melarikan diri.Harry memijit pelipisnya karena merasa pusing. Sepertinya memang benar dia sedang cemburu. Dulu, Grace suka mengejeknya soal ini, tetapi dia tidak mau mengakuinya. Sungguh tidak pantas jika seorang pria dewasa cemburu pada hal remeh seperti ini. Namun ... dia tidak bisa menahannya.....Juan pergi ke dapur. Grace sedang belajar memasak bersama Leah. Ketika melihat Juan datang, dia bertanya, "Harry baik-baik saja? Sampai sekarang belum keluar dari ruang baca. Dia itu sebenarnya lagi marah karena apa?""Pak Harry ... cemburu, sekarang lagi diam-diam merajuk!" Juan tidak bisa menahan diri untuk bercanda."Cemburu?""Iya. Melihat ada orang yang menyatakan cinta sama kamu dan membuat keributan sebesar itu, dia jadi merasa terpukul. Aku selalu mengira Pak Harry adalah orang yang berpikiran luas, tapi tern
Meski marah, Harry tetap bisa berpikir rasional. Dia tahu apa yang dilakukannya. Juan mengembuskan napas lega. Yang penting dia tidak dipukul."Kalau begitu, aku akan mengurusnya sekarang," kata Juan. Selesai bicara, dia hendak pergi.Namun, Harry memanggil Juan lagi, "Tunggu dulu.""Pak, ada apa?" tanya Juan yang kebingungan. Dia melihat ekspresi Harry sangat muram. Selain itu, Harry tampak ragu-ragu untuk bicara.Setelah beberapa saat, Harry baru bertanya, "Apa semua wanita menyukai hal romantis seperti itu?""Maksudnya memberi bunga mawar?" tanya Juan."Iya," sahut Harry.Juan menjelaskan, "Tentu saja. Para wanita menyukai bunga, baju, tas, sepatu, perhiasan, boneka, kucing, anjing, hamster, berbagai jenis makanan enak, produk kecantikan dan perawatan kulit ...."Juan melanjutkan, "Barang yang disukai wanita sangat banyak. Walaupun aku nggak pernah pacaran, aku tahu semua wanita suka belanja. Mereka harus dimanjakan dengan uang!""Coba jelaskan lebih detail," ujar Harry.Juan beruca
Grace menimpali, "Kalau kamu tahu aku sengaja, cepat pergi! Jangan cari masalah di sini!"Nikolas membalas, "Kamu ... aku mengungkapkan isi hatiku padamu dengan tulus. Kamu nggak hargai aku, malah bilang aku cari masalah. Kalau bukan karena kamu cantik dan berhubungan dekat dengan Keluarga Adhitama, kamu kira aku akan tertarik padamu?"Nikolas menambahkan, "Ternyata, kamu tetap nggak bisa mengubah sifatmu yang rendahan biarpun sudah menjadi anak angkat Keluarga Adhitama."Orang-orang di sekeliling berkomentar. Tidak disangka, Nikolas yang berpenampilan baik mempunyai sifat buruk.Grace melihat ada yang merekam dengan ponsel. Dia sengaja memanas-manasi, "Kamu memarahi aku karena usahamu gagal? Kamu bilang aku rendahan? Mereka semua sudah mendengar ucapanmu!"Grace melanjutkan, "Kalian semua lihat baik-baik orang ini. Dia mementingkan paras dan latar belakang keluarga saat mencari pasangan. Para wanita harus menghindari pria dangkal seperti ini!"Suara Grace sangat keras sehingga semua o
Tak jauh dari sana, Juan sudah menghentikan mobil di dekat kampus. Harry menunggu di persimpangan jalan dari tadi, tetapi belum melihat Grace. Jadi, dia memutuskan untuk melihat di kampus. Siapa sangka, dia malah melihat kejadian di depan pintu kampus.Harry menyipitkan matanya. Ekspresinya sangat dingin. Dia terus mengamati Nikolas. Suasana di mobil menjadi tegang.Juan yang duduk di kursi pengemudi ketakutan. Dia berkeringat dingin. Gawat, sepertinya Harry yang protektif cemburu. Masalahnya pasti runyam.Harry hendak membuka pintu. Juan segera berkata, "Pak, kamu nggak boleh keluar. Nona Grace harus selesaikan masalah ini sendiri. Kamu nggak berhak menghentikannya!"Juan mempertaruhkan nyawanya untuk melontarkan ucapan itu. Harry memang tidak mempunyai status yang cocok untuk menghentikan Nikolas mengungkapkan isi hati pada Grace."Aku yang menyetir!" ujar Harry dengan dingin."Apa?" tanya Juan yang masih kebingungan."Kamu turun dulu, biar aku yang menyetir," sahut Harry. Dia turun
Harry mencium Grace lagi. Setelah selesai, wajah Grace merah padam dan tubuhnya terasa panas. Jendela balkon terbuka, angin semilir berembus.Grace baru merasa sedikit sejuk. Dia memandang Harry dengan ekspresi polos seraya mengisyaratkan, "Itu ... keras ... rasanya nggak nyaman."Ekspresi Harry menjadi muram. Dia terpaksa berdiri, lalu pergi ke kamar mandi. Sepertinya dia sudah terbiasa.Grace menepuk wajahnya dan mengembuskan napas. Dia ingin menempelkan wajahnya di gelas agar bisa meredakan panas. Kalau terus begini, takutnya dia bisa mimisan.Grace mendengar suara air dari kamar mandi. Tampak siluet Harry dari pintu kaca. Grace masih ingat postur tubuh Harry sangat bagus.Grace mengetuk pintu kamar mandi dan berkata, "Nanti sore aku ada mata kuliah umum. Aku belum selesaikan SKS-ku. Aku mau pergi ke kampus dulu.""Aku antar kamu," balas Harry.Grace menolak, "Nggak usah. Aku bisa naik taksi. Kamu temani Kezia saja, aku pergi dulu.""Kalau begitu, hati-hati di jalan. Telepon aku kal
Kenapa Kezia sangat menyukai kartun ini? Jelas-jelas sebelumnya Kezia tidak tahu kartun ini saat tinggal di luar negeri.Sementara itu, Grace juga menonton dengan asyik. Sebelumnya, Harry seperti seorang ayah yang selalu mengkhawatirkan Grace. Sekarang Kezia tinggal di rumah mereka sehingga Harry makin repot. Mereka tidak terlihat seperti orang tua yang memiliki 1 anak, melainkan seperti seorang ayah yang memiliki 2 putri.Harry memang terus mengingatkan dirinya Grace adalah istrinya. Dia hanya memanjakan Grace seperti anak-anak.Namun, Harry tidak bisa berbaur setiap melihat Grace dan Kezia bermain. Dia tiba-tiba merasa tua. Demi memahami dunia mereka, Harry tidak pergi ke perusahaan dan menonton Peppa Pig."Kamu suka, ya?" tanya Harry kepada Grace."Iya. Apa kamu nggak merasa kartunnya sangat lucu?" sahut Grace.Harry berbicara jujur, "Kamu nggak merasa sangat membosankan?"Grace menanggapi, "Ini cuma kartun, nggak usah begitu serius. Yang penting lucu."Kezia yang sedang asyik menon
Kezia menimpali, "Aku cuma bicara jujur. Kalau Mama tahu kamu berkelahi, dia pasti sangat marah!""Kalau kamu jelek-jelekkan aku lagi, aku akan pukul pantatmu!" ancam Joshua sambil mengangkat tangannya.Siapa sangka, Kezia tiba-tiba memelas, "Paman, apa kamu tega pukul Kezia? Aku tahu Paman sangat menyayangiku. Kalau Paman pukul aku, nanti Paman yang merasa sakit, 'kan?"Grace memelotot setelah mendengar ucapan Kezia. Kenapa ucapan ini terdengar sangat familier? Grace merasakan pandangan seseorang yang galak. Dia melihat Harry dan Harry juga mengamatinya. Grace yang malu mengalihkan pandangannya.Kezia melanjutkan, "Hais, aku tahu aku sudah buat Paman marah. Kalau Paman nggak terima, pukul aku saja ...."Kezia mengangkat pantatnya dan meneruskan, "Paman, kamu nggak tega pukul aku, 'kan? Biarpun Kezia salah bicara, Paman juga nggak akan membuat perhitungan dengan Kezia, 'kan?"Joshua memegang dahinya sembari menanggapi, "Kezia, aku belum bilang apa-apa. Kamu sudah bicara panjang lebar
Hannah menarik napas dalam-dalam, lalu berusaha melupakan masalahnya dan keluar. Saat berada di dalam lift, dia kebetulan bertemu dengan Joshua.Joshua hendak pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan masak. Dia sangat senang saat melihat Hannah.Joshua berucap, "Aku ... mau pergi ke supermarket ... untuk membeli bahan masak. Kamu ... belum makan malam, 'kan? Mau ... makan bersama? Biar aku masak lebih banyak.""Nggak bisa, aku mau keluar," tolak Hannah."Oh, begitu," sahut Joshua.Hannah mengangguk sebagai ungkapan terima kasih atas niat baik Joshua. Lift terus bergerak turun dan berhenti 2 kali. Orang lain masuk ke lift.Hannah dan Joshua terpaksa berdiri di sudut. Seorang pria melirik Hannah. Semua pria tentu tertarik pada wanita cantik.Joshua menyadari pandangan pria itu. Dia tanpa sadar maju untuk melindungi Hannah dan menghalangi pria itu mengamati Hannah.Hannah terkejut melihat sosok Joshua di depannya. Meski terlihat lemah, Joshua cukup tinggi. Kemungkinan tinggi badanny
Joshua melihat Hannah masih terdiam setelah menutup telepon. Dia merasa agak khawatir. "Kamu ada urusan malam ini? Butuh bantuan?" tanyanya."Nggak apa-apa, cuma makan malam sama teman. Ayo kita pulang," jawab Hannah."Oke ... aku ... aku akan ambil mobil." Mereka segera masuk ke mobil. Namun, sebelum mengemudi, Joshua mengambil botol minyak obat yang tadi mereka beli."Ta ... tanganmu ...," ujarnya.Barulah Hannah menyadari bahwa punggung tangannya sudah merah dan bengkak. Dia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri sampai tidak menyadarinya, malah Joshua yang memperhatikannya. Benar juga, Joshua memang tipe pria seperti itu."Aku sendiri saja," kata Hannah sambil mengambil botol minyak obat. Namun, pikirannya masih terpaku pada percakapan telepon tadi, sehingga tidak sengaja dia menuang terlalu banyak minyak obat hingga menetes ke bajunya.Dia tersentak, lalu buru-buru meletakkan botol itu dan mengambil tisu basah untuk mengelapnya."Biar aku saja," kata Joshua dengan suara lembut. D