Malamnya, semua orang yang mendaki gunung pergi ke pemandian air panas. Grace tidak ikut karena kakinya masih terluka. Hannah tinggal di asrama untuk merawatnya. Sebenarnya dia bisa menanganinya sendirian, tetapi Hannah tetap bersikeras mau merawatnya.Saat pergi makan malam, Grace tidak sengaja mendengar sebuah gosip. Katanya, ada seorang gadis yang tenggelam saat berendam karena penyakit jantungnya kambuh. Semua orang tampak panik dan berteriak minta tolong, tapi orang pertama yang tiba adalah Harry.Harry menolong gadis itu, lalu mengantarkannya ke rumah sakit terdekat. Para wanita yang bergosip menceritakan kejadian itu dengan heboh. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa Harry melakukan pernapasan buatan dan menekan dada gadis itu.Meski Grace paham semua itu adalah pertolongan pertama yang sangat mendasar, tetap saja dia merasa kurang nyaman mendengar hal seperti itu."Dasar Harry sialan!" makinya dengan kesal.Hannah tertawa melihat reaksi Grace. "Kamu cemburu?""Sangat cemburu!" bal
"Aku ini dokter, bukankah sudah seharusnya aku menolong orang?" balas Robin."Ada begitu banyak orang di sana, apa perlu kamu yang turun tangan sendiri?" tanya Hannah."Aku ini dokter, punya etika profesi. Sudahlah, sekarang sudah larut malam. Kamu cepat istirahat," balas Robin dengan tenang sambil menyingkirkan tangan Hannah. Hannah merasa tidak puas dan terus mengejarnya.Grace kebingungan melihat hal itu. Tadinya dia yang merasa kesal, kenapa sekarang malah jadi Hannah yang marah-marah?Saat Grace masih kebingungan, tiba-tiba kedua kakinya terangkat di udara. Dia sontak terkejut dan merangkul leher Harry dengan spontan. Harry malah menggendongnya dengan horizontal."Kamu mau apa? Cepat lepaskan aku! Gimana kalau sampai orang lain melihatnya?" teriak Grace."Jam segini semua orang sudah tidur. Kita juga sudah saatnya tidur." Harry menggendong Grace ke kamarnya sendiri. Meskipun tubuhnya masih agak lemah, menggendongnya masih cukup mudah bagi Harry."Nggak kusangka kamu cemburuan juga
Grace juga kenal gadis itu. Namanya adalah Vicky dan tampangnya juga sangat cantik. Selain itu, dia juga lembut dan menawan. Di departemen keuangan saja ada beberapa pria yang mengejarnya, apalagi di seluruh perusahaan.Hannah pernah bilang, ada karyawan yang iseng membuat kontes kecantikan dan Vicky ada di daftar tersebut. Bahkan sebagai seorang wanita, Grace juga merasa Vicky sangat cantik. Berarti parasnya ini memang cukup memesona.Vicky menatap Harry dengan tersipu, lalu berkata dengan suara manja, "Pak Harry, terima kasih sudah menolongku semalam.""Aku cuma antarin kamu ke rumah sakit. Yang menolongmu itu Pak Robin, seharusnya kamu terima kasih sama dia," balas Harry."Aku akan sampaikan terima kasih langsung padanya nanti. Aku datang ke sini untuk berterima kasih pada Pak Harry dulu, sekalian ... mau bicarakan sesuatu dengan Pak Harry.""Mau bilang apa?" tanya Harry."Pak Harry ... aku suka padamu. Katanya Pak Harry masih belum punya pasangan, jadi aku ingin mendekatimu.""Ngga
Apa mungkin Harry sengaja mempersulitnya karena takut dia berniat buruk?Vicky berkata, "Pak Harry, aku nggak bawa kamera ataupun perekam suara. Aku cuma murni menyukaimu dan rela memberikan keperawananku pada orang hebat sepertimu. Ke depannya juga aku nggak akan mengancammu dengan hal ini. Setelah semua ini selesai, aku akan mengundurkan diri, jadi kamu juga nggak perlu khawatir.""Kamu begitu tertarik padaku?" tanya Harry dengan penasaran."Ya, Pak Harry cocok sekali dengan citra pria idamanku.""Tapi, aku nggak tertarik padamu," balas Harry dengan dingin.Vicky memelototinya dengan heran, mengira dirinya salah dengar. Parasnya sangat cantik dan tubuhnya juga seksi, mana mungkin ada pria yang akan menolaknya?"Pak Harry ... sedang bercanda denganku?" tanyanya dengan suara gemetaran."Kamu sepercaya diri itu ya? Aku suka wanita baik-baik. Kalaupun kamu nggak ajukan surat pengunduran diri nanti, perusahaan ini tetap nggak akan membiarkan orang sepertimu terus bekerja."Wajah Vicky lan
"Jadi, kamu harus beri kompensasi padaku. Seumur hidup ini nggak boleh meninggalkanku. Kalau nggak, aku bakal susah cari istri," pungkas Harry sambil menyentil dahi Grace."Sebenarnya kamu nggak perlu sampai begitu, pengorbanannya terlalu besar, reputasimu jadi jelek. Aku nggak suka orang lain menjelek-jelekkanmu, aku nggak nyaman mendengarnya. Didekati orang itu hal bagus, artinya pacarku memang memesona. Aku yakin kamu ini pria sejati, nggak akan mengkhianatiku!"'Bagaimanapun, kamu ini impoten!' batinnya.Harry tidak menyangka Grace bisa setenang itu terhadap dirinya, padahal semalam dia baru secemburu itu."Kamu nggak khawatir sama sekali?" tanya Harry."Khawatir juga, tapi aku memilih untuk percaya padamu!" balas Grace."Semalam reaksimu bukan begini.""Aku sudah pikirkan baik-baik. Betapa mulianya diriku ini!" ujar Grace dengan bangga.Harry merasa tak berdaya, akhirnya memeluk Grace dengan lembut."Baik yang kamu bilang itu kenyataan atau bukan, aku percaya saja dulu. Kali ini m
Grace pun terhuyung-huyung sesaat. Kalau bukan karena Harry menangkapnya dengan gesit, dia mungkin sudah terjatuh. Harry berkata, "Masuk dulu, aku nyusul nanti.""Harry, jadi orang harus rendah hati. Aku nggak mau masuk berita ya!" ujar Grace dengan panik. Dia khawatir Harry tidak bisa mengendalikan amarahnya."Ya, aku akan berusaha," sahut Harry."Berusaha apanya? Nggak ada kata itu di kamusku!" Begitu Grace melontarkan ucapan ini, Harry langsung mendorongnya masuk.Saat berikutnya, pelayan pun mengelilingi. Grace berkata, "Beri aku segelas yoghurt dulu supaya bisa tenang."Di luar sana, suasana terlihat menegangkan. Harry menyeringai sinis sambil bertanya, "Kamu ingin meniduriku?"Senyuman ini terlihat sangat menawan bagi Enzo. Dia pernah berkencan dengan banyak pria, tetapi tidak ada yang setampan Harry. Dia memuji, "Tampan sekali! Aku akan membawamu pulang tahun baru nanti ya!""Biar kuantar kamu bertemu nenek moyangmu sekarang," ucap Harry dengan nada datar. Kemudian, dia sontak m
Kini, Harry bahkan merasa air lemon itu sangat berharga karena lemonnya baru dipotong. Harry tidak pintar mengamati hal seperti ini, tetapi Grace akan membantunya melakukannya. Ini sudah cukup.Harry mengambil gelas itu, lalu meneguknya dan berkata, "Ternyata memang seenak yang kamu katakan!""Ya, 'kan? Aku sudah minum beberapa gelas sejak tadi!" sahut Grace.'Dasar bodoh, air lemon ini bisa enak karena ada kamu. Kalau nggak ada kamu, rasanya pasti hambar,' batin Harry."Jadi, si gemuk itu menyulitkanmu nggak? Dia pasti akan mencari masalah lagi nanti,' tanya Grace."Aku justru senang kalau dia mencari masalah lagi," timpal Harry."Kenapa?" Grace agak kebingungan mendengarnya."Kamu juga dengar dia bilang ayahnya punya tanah di pinggiran timur. Banyak perusahaan mengincar tanah itu. Semuanya membuka harga tinggi, tapi ayahnya nggak tahu harus menjualnya kepada siapa karena takut menyinggung orang.""Kebetulan sekali, Kak Steven juga menginginkan tanah itu. Kalau dia menjualnya kepada k
Setelah mengantar Grace kembali ke universitas, Harry kembali ke perusahaan. Dia pun tidak menyangka Aryan akan datang, bahkan diikuti seorang pria paruh baya dan gadis muda.Harry sangat familier terhadap pria paruh baya itu. Dia adalah Direktur Rave Entertainment. Menurut senioritas, Harry seharusnya memanggilnya paman.Ketika melihat Harry, Aryan segera menariknya dan berkata, "Cakra, sudah kubilang aku nggak akan membuat keputusan sembarangan. Anakku hanya akan menikahi wanita yang disukainya. Kamu ini malah bersikeras ingin menjumpainya.""Bukannya aku bersikeras, tapi cucu kesayanganku itu terus membujukku. Dia sudah dewasa, tapi nggak pernah menyukai pria sampai seperti ini. Dia terus membuat keributan di rumah, makanya aku terpaksa turun tangan," sahut Cakra.Harry tak kuasa mengernyit. Ternyata ada yang ingin menjodohkannya. Cakra maju dan berkata, "Harry, ini cucuku, Cheria.""Halo, namaku Cheria. Kamu seharusnya pernah melihatku, 'kan? Aku aktris terkenal! Kamu Harry, Tuan K
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa