Sakit Grace tidak parah kali ini. Dia hanya demam sehingga cukup istirahat dengan baik. Ketika bangun keesokan pagi, dia tidak sengaja menabrak tubuh seseorang.Sebelum sempat bereaksi, Harry sudah mendekapkannya ke pelukan. Aroma yang menyegarkan ini bukan dari parfum, tetapi seperti aroma daun mint.Hati Grace bergetar. Dia hendak bangkit, tetapi dipeluk Harry erat-erat. Harry berkata, "Jangan bergerak. Dokter bilang demammu baru reda, jadi harus istirahat dengan baik. Aku lelah sekali dibuatmu semalam.""Hah? Memangnya apa yang kulakukan?" tanya Grace."Kamu terus mengingau, menolak disuntik ataupun disentuh. Aku baru bisa tidur tengah malam, makanya aku lelah sekali," sahut Harry.Hati Grace seketika luluh. Dia mendongak menatap Harry yang memejamkan mata. Dari wajahnya, Harry memang terlihat sangat lelah.Grace pun tidak melawan lagi dan hanya berbaring dengan tenang. Sesaat kemudian, Harry tertidur, tetapi alisnya berkerut.Grace merasa tidak tega melihatnya sehingga menjulurkan
Harry tahu tingkat kecerdasan calon istrinya. Dia bisa membuat Grace tunduk dengan mudah."Latar belakangku kurang bagus. Meskipun aku putri Keluarga Lugiman, aku nggak punya status apa pun di keluargaku," jelas Grace."Kebetulan sekali, statusku juga rendah. Aku putra Keluarga Prayogo, tapi nggak punya status penting di keluargaku," balas Harry.Grace membelalakkan matanya dan tidak bisa berkata-kata. Sesaat kemudian, dia akhirnya berkata, "Sebentar! Aku memang nggak jelek, tapi aku bukan wanita tercantik.""Sama. Aku juga nggak jelek, tapi aku bukan pria tertampan di dunia ini," sahut Harry."Aku ... aku pendek. Payudara dan bokongku juga tepos!" lanjut Grace."Aku juga sama. Masih ada pria yang lebih tinggi dan kekar dariku," timpal Harry dengan santai."Aku ...." Grace berusaha memeras otaknya untuk mencari kesenjangan di antara mereka. Namun, Harry terus membuatnya kehabisan kata-kata.Ketika Grace masih kebingungan, Harry sontak mengetuk kepalanya dan berujar, "Kapasitas otakmu k
"Katakan saja, aku akan mendengarkanmu," ujar Harry."Kamu nggak akan memberiku kesempatan untuk mengatakannya," balas Grace."Bukannya tadi kamu bilang kamu bodoh? Aku justru merasa kamu cerdas. Kamu terus memikirkan cara untuk meninggalkanku. Besar sekali nyalimu," ucap Harry dengan ekspresi agak suram.Melihat ini, Grace pun bergidik ngeri. Dia buru-buru menjelaskan, "Aku melakukan semua itu karena cemas padamu!""Aku sudah sangat berterima kasih kalau kamu nggak membuatku cemas. Kamu nggak perlu cemas padaku. Aku justru senang kalau kamu menimbulkan kerepotan untukku. Oke?" Harry tampak serius.Grace kalah telak kali ini. Dia baru tahu Harry begitu pintar bersilat lidah. Grace hanya melontarkan 1 kalimat, tetapi pria ini membalasnya dengan 10 kalimat! Harry ingin menindasnya ya?"Sudahlah! Aku makin kesal kalau berdebat denganmu! Aku mau gosok gigi saja!" ujar Grace sambil mengambil sikat giginya dengan kesal. Harry pun merasa lega melihatnya.Selesai mencuci wajah dan menyikat gig
"Aku akan membawamu melihatnya lain kali. Nanti kamu akan tahu," ujar Harry."Serius? Oke, oke!" Grace tampak bersemangat."Besok para karyawan akan pergi tamasya. Aku bawa staf departemen keuangan. Kamu ikut ya. Izin saja dari kuliah. Lagi pula, aku yang selalu mengajarimu," tutur Harry."Tamasya? Kamu yakin? Nggak ada yang tahu tentang hubungan kita, 'kan? Masa aku ikut?" Grace menggaruk kepalanya dengan cemas.Grace merasa sangat tertekan! Calon suaminya adalah pria tampan yang kaya raya! Grace tidak ingin mengekspos hubungannya supaya Harry tidak diincar wanita lain!Harry mencubit hidung Grace, lalu tersenyum sambil berkata, "Staf boleh membawa keluarga. Kamu ikut Hannah saja."Harry sengaja memilih departemen keuangan, bahkan mengizinkan pekerja magang ikut agar Grace bisa bertamasya. Begitu mendengar Hannah ikut, Grace langsung mengangguk dengan bersemangat.....Keesokan hari, Grace yang sudah selesai berkemas bersiap-siap untuk berangkat. Dia akan bertemu Hannah dulu. Mereka a
Mereka tiba di onsen. Bagian tengahnya adalah batu besar dan sekat. Setelah mengganti jubah mandi, mereka pun masuk ke air.Di sini juga disediakan anggur. Kadar alkoholnya tidak terlalu tinggi, jadi Grace meminumnya. Wanita paling suka bergosip. Itu sebabnya, suasana di onsen menjadi sangat bising."Ya ampun! Ternyata bos kita jauh lebih tampan dari yang terlihat di TV ya! Dia tampan sekali waktu duduk di barisan depan bus!""Andai saja aku bisa menikah dengannya! Pasti bahagia sekali! Sudah tampan, kaya lagi! Cuma beberapa wanita yang pantas bersanding dengannya! Tapi, dia pasti bisa menemukan banyak wanita cantik di ibu kota! Sebaiknya kita nggak ikut-ikutan deh!""Belum tentu! Gimana kalau Pak Harry suka wanita seperti Cinderella?""Hah? Masa Pak Harry menyukai wanita miskin yang berdada kecil sepertimu?"Beberapa orang itu pun tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Sementara itu, Grace bersembunyi di pojok sambil menunduk menatap payudaranya. Dia tak kuasa menghela napas. Menyebalka
Begitu mendengarnya, hati Harry seketika luluh. Ternyata Grace begitu peduli padanya. Harry bertanya, "Kalau begitu, nanti malam kamu memelukku waktu tidur ya?""Ya, ya. Kita akan tidur bersama malam ini!" sahut Grace yang merasa gembira kembali.Harry khawatir dirinya tidak bisa menahan hasrat sehingga berpesan, "Kamu tidur yang benar. Aku mandi dulu."Suara Harry terdengar seperti tertahan. Dia mengepalkan tangan dengan erat supaya dirinya tetap tenang.Sesudah mandi, Harry keluar dengan ekspresi agak lelah. Semua ini karena siksaan yang diberikan Grace. Namun, hatinya sontak dipenuhi kehangatan saat melihat Grace tidur dengan tenang.Grace terlihat seperti seekor kucing. Dia meringkuk sambil memeluk selimut. Harry pun mendekat dengan hati-hati karena takut membangunkannya.Namun, Grace tetap bisa merasakan pergerakannya. Dia berbalik, lalu masuk ke pelukan Harry dan menggosokkan kepalanya.Harry tersenyum puas dan mengelus kepala Grace. Grace tampak sangat nyaman dengan perlakuan in
Hari ini ada aktivitas mendaki gunung. Setelah beristirahat semalaman, semuanya terlihat penuh semangat.Semuanya berkumpul di meja makan. Begitu selesai makan, Grace langsung menerima pesan dari Harry. Pria itu menyuruhnya datang ke kamar dan membawa uangnya.Grace tak kuasa mengernyit. Meskipun sangat menyayangkan uangnya, dia tidak berani membantah perintah Harry.Grace melirik sekilas meja makan. Semuanya masih sibuk mengobrol sehingga tidak ada yang memperhatikannya. Dia menuju ke toilet, lalu kabur dari pintu belakang layaknya seorang pencuri.Dengan napas terengah-engah, Grace tiba di kamar Harry. Karena pintu tidak dikunci, dia langsung masuk.Harry baru selesai mandi. Dia tampak berjalan keluar dari kamar mandi dengan bagian bawah tubuh yang dibungkus handuk. Begitu melihat Harry telanjang dada, Grace sontak terkejut dan berbalik. "Kenapa kamu mandi lagi?""Untuk menenangkan diri," sahut Harry dengan kesal. Untung saja tubuhnya kuat. Jika tidak, dia mungkin sudah mati karena d
"Aku suka kamu yang seperti ini," jawab Harry tanpa ragu sedikit pun."Jawabanmu ini jelas melanggar aturan!" bentak Grace."Kenapa bicara begitu? Kalau kamu bersikap manja, aku akan membujukmu. Kalau kamu bersikap lugas, aku akan mengalah padamu. Nggak ada yang salah, 'kan?" balas Harry.Mendengar ini, Grace seketika tidak tahu harus bagaimana membantah. Dia berkata, "Menurut tebakanku, kamu pasti sangat pintar bernegosiasi dengan mitramu, 'kan? Dengan mulutmu ini, bukan masalah bagimu untuk melawan 10 orang sekaligus!""Kamu kira manfaat mulutku cuma itu saja?" tanya Harry."Selain makan, minum, dan bicara, memangnya apa lagi manfaat mulut?" tanya Grace balik dengan heran.Saat berikutnya, Harry memberinya jawaban dengan praktik langsung. Pria itu mencondongkan badannya, lalu menahan belakang kepala Grace untuk membuatnya tidak bisa menghindar.Bibir dan bibir saling bersentuhan. Harry menggigit setengah bagian kue yang ada di mulut Grace. Kemudian, dia berujar, "Ini juga manfaat dar
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa