Begitu mendengarnya, hati Harry seketika luluh. Ternyata Grace begitu peduli padanya. Harry bertanya, "Kalau begitu, nanti malam kamu memelukku waktu tidur ya?""Ya, ya. Kita akan tidur bersama malam ini!" sahut Grace yang merasa gembira kembali.Harry khawatir dirinya tidak bisa menahan hasrat sehingga berpesan, "Kamu tidur yang benar. Aku mandi dulu."Suara Harry terdengar seperti tertahan. Dia mengepalkan tangan dengan erat supaya dirinya tetap tenang.Sesudah mandi, Harry keluar dengan ekspresi agak lelah. Semua ini karena siksaan yang diberikan Grace. Namun, hatinya sontak dipenuhi kehangatan saat melihat Grace tidur dengan tenang.Grace terlihat seperti seekor kucing. Dia meringkuk sambil memeluk selimut. Harry pun mendekat dengan hati-hati karena takut membangunkannya.Namun, Grace tetap bisa merasakan pergerakannya. Dia berbalik, lalu masuk ke pelukan Harry dan menggosokkan kepalanya.Harry tersenyum puas dan mengelus kepala Grace. Grace tampak sangat nyaman dengan perlakuan in
Hari ini ada aktivitas mendaki gunung. Setelah beristirahat semalaman, semuanya terlihat penuh semangat.Semuanya berkumpul di meja makan. Begitu selesai makan, Grace langsung menerima pesan dari Harry. Pria itu menyuruhnya datang ke kamar dan membawa uangnya.Grace tak kuasa mengernyit. Meskipun sangat menyayangkan uangnya, dia tidak berani membantah perintah Harry.Grace melirik sekilas meja makan. Semuanya masih sibuk mengobrol sehingga tidak ada yang memperhatikannya. Dia menuju ke toilet, lalu kabur dari pintu belakang layaknya seorang pencuri.Dengan napas terengah-engah, Grace tiba di kamar Harry. Karena pintu tidak dikunci, dia langsung masuk.Harry baru selesai mandi. Dia tampak berjalan keluar dari kamar mandi dengan bagian bawah tubuh yang dibungkus handuk. Begitu melihat Harry telanjang dada, Grace sontak terkejut dan berbalik. "Kenapa kamu mandi lagi?""Untuk menenangkan diri," sahut Harry dengan kesal. Untung saja tubuhnya kuat. Jika tidak, dia mungkin sudah mati karena d
"Aku suka kamu yang seperti ini," jawab Harry tanpa ragu sedikit pun."Jawabanmu ini jelas melanggar aturan!" bentak Grace."Kenapa bicara begitu? Kalau kamu bersikap manja, aku akan membujukmu. Kalau kamu bersikap lugas, aku akan mengalah padamu. Nggak ada yang salah, 'kan?" balas Harry.Mendengar ini, Grace seketika tidak tahu harus bagaimana membantah. Dia berkata, "Menurut tebakanku, kamu pasti sangat pintar bernegosiasi dengan mitramu, 'kan? Dengan mulutmu ini, bukan masalah bagimu untuk melawan 10 orang sekaligus!""Kamu kira manfaat mulutku cuma itu saja?" tanya Harry."Selain makan, minum, dan bicara, memangnya apa lagi manfaat mulut?" tanya Grace balik dengan heran.Saat berikutnya, Harry memberinya jawaban dengan praktik langsung. Pria itu mencondongkan badannya, lalu menahan belakang kepala Grace untuk membuatnya tidak bisa menghindar.Bibir dan bibir saling bersentuhan. Harry menggigit setengah bagian kue yang ada di mulut Grace. Kemudian, dia berujar, "Ini juga manfaat dar
"Hannah, di sana ada warung. Bantu aku beli air dong!" teriak seseorang tiba-tiba."Ya, ya! Aku juga mau. Aku nggak bawa banyak barang karena takut keberatan!""Untung saja ada warung di sekitar sini. Hannah, aku juga mau satu!""Biar kuhitung dulu ya. Totalnya 20 ya? Kamu mau minum apa?" Orang yang pertama bersuara mulai berhitung.Minuman yang mereka pesan beraneka ragam. Wajar kalau mereka memerintahkan Hannah karena Hannah hanya pekerja magang.Namun, warung itu tidak termasuk dekat. Mereka harus menghabiskan 5 menit untuk pergi ke sana. Jadi kalau pulang pergi, totalnya 10 menit. Jika beli kebanyakan, Hannah pun harus bolak-balik.Pekerja magang lainnya pun akan menuruti instruksi para senior itu, tetapi Hannah bukan seorang pecundang. Dia tidak takut sekalipun langit runtuh karena Robin pasti akan melindunginya. Selain itu, calon istri sahabatnya adalah presdir perusahaan.Hannah pun tidak peduli dan hanya makan camilan dengan santai. Orang yang bersuara duluan itu mulai merasa k
Jika Grace memberi tahu semua orang tentang hubungannya dengan Harry, siapa yang berani memerintahkan mereka seperti ini? Orang lain mungkin akan bersikap arogan saat tahu calon suaminya adalah presdir, tetapi Grace tidak seperti itu. Gadis ini tidak akan pernah dikuasai oleh uang."Bos, ini juga. Aku mau beli semuanya," ujar Hannah. Grace cukup terkejut melihatnya. Dia mengira Hannah merasa kesal dan tidak akan membantu membeli.Hannah menatap Grace, lalu tersenyum sambil berkata, "Kamu benar. Aku harus mengandalkan diri sendiri, bukan orang itu.""Siapa? Kamu diam-diam pacaran di belakangku?" tanya Grace."Rahasia," sahut Hannah. Jika itu dulu, Hannah yang keras kepala tidak akan pernah dinasihati. Akan tetapi, sekarang dia merasa perkataan Grace tidak salah.'Robin, kamu nggak bakal bisa mengaturku! Kamu memang kakakku, tapi aku nggak bakal menjadi barangmu! Aku pasti akan menundukkanmu!' batin Hannah.Mereka segera kembali dengan membawa semua minuman itu. Meskipun lelah, yang dida
Grace tahu dirinya hanya akan makin takut jika terus memikirkannya. Namun, dia tidak bisa mengendalikan pikiran sendiri. Dia hanya bisa meringkuk di sudut sambil menunggu Hannah.Segera, rombongan staf yang pergi ke Gua Jodoh tiba di puncak gunung. Harry melirik ke sekeliling, lalu mengernyit. Kenapa dia tidak melihat Grace?Harry kebetulan melihat Hannah, jadi memanggilnya dan bertanya, "Mana Grace?""Dia belum sampai?" tanya Hannah balik. Dia akhirnya menyadari masalah ini. Dia menghampiri staf yang pergi ke Gua Jodoh, tetapi mereka tidak memperhatikan Grace. Bagaimanapun, mereka tidak saling kenal."Mana ponselmu? Dia ada mencarimu nggak?" tanya Harry lagi."Ponselku ... jatuh di kamar mandi tadi ...," sahut Hannah.Alis Harry pun makin berkerut. Bagaimana bisa gadis bodoh seperti Grace berada di pegunungan sendirian? Setelah mencari tahu rute ke Gua Jodoh, Harry pun turun gunung.Grace masih berada di gua itu. Dia terlihat sangat menyedihkan, apalagi sempat turun hujan barusan. Men
"Calon suamimu itu pasti nggak setampan pria yang kuberikan. Pria ini juga kaya dan berkuasa," lanjut Harry."Nggak mau. Sekarang aku sudah sangat kerepotan, aku nggak mau tambah masalah lagi. Kalau kamu memang ingin memberiku hadiah, ubah saja wujud Harry kembali seperti dulu. Buat dia lebih jelek dan miskin sedikit," ujar Grace.Harry tertegun sesaat. Apa sebenarnya isi pikiran gadis ini? Masa berharap calon suaminya jelek dan miskin?"Kalau begitu, aku juga akan membuatmu jadi jelek," ucap Harry."Jangan, jangan. Kamu boleh membuatku bodoh soalnya Harry pintar. Dia bisa mengajariku semua," sahut Grace."Kamu terus menyebut nama Harry. Siapa dia?" tanya Harry."Dia ... dia calon suamiku," jawab Grace."Coba angkat kepalamu. Apa orang di depanmu adalah Harry?" instruksi Harry."Hah? Apa?" Grace segera mendongak, lalu melihat seorang pria familier di hadapannya. Harry pun tersenyum lembut. Di matanya yang tajam seolah-olah hanya ada Grace seorang dan tidak ada ruang untuk orang lain.'
"Jangan marah ya. Padahal aku sudah kesakitan dan butuh dibujuk olehmu. Sekarang kamu jadi marah, malah aku yang harus menahan sakit dan menghiburmu. Aku juga kesulitan ...."Mendengar ucapan ini, hati Harry langsung melunak. Saat ini Grace memang sedang terluka. Bengkak pada pergelangan kakinya memang cukup parah. Jika marah pada Grace sekarang, justru Harry yang terkesan berhati picik."Nanti baru kita buat perhitungan setelah pulang," ujar Harry dengan tak berdaya.Mendengar hal itu, Grace baru menghela napas lega. Harry memeriksa kondisi luka Grace. Tulangnya tidak masalah, hanya saja pergelangan kakinya agak bengkak.Awalnya Harry ingin menggendongnya turun gunung, tetapi cuaca sedang sangat buruk saat ini. Hujan ini sepertinya tidak akan berhenti dalam waktu singkat. Di luar sana juga sedang berkabut. Bagaimana kalau Harry terjatuh karena menggendong Grace?Oleh karena itu, Grace bersikeras menunggu bantuan dari tim profesional. Harry juga tidak berani mengambil risiko, jadi dia
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k