"Calon suamimu itu pasti nggak setampan pria yang kuberikan. Pria ini juga kaya dan berkuasa," lanjut Harry."Nggak mau. Sekarang aku sudah sangat kerepotan, aku nggak mau tambah masalah lagi. Kalau kamu memang ingin memberiku hadiah, ubah saja wujud Harry kembali seperti dulu. Buat dia lebih jelek dan miskin sedikit," ujar Grace.Harry tertegun sesaat. Apa sebenarnya isi pikiran gadis ini? Masa berharap calon suaminya jelek dan miskin?"Kalau begitu, aku juga akan membuatmu jadi jelek," ucap Harry."Jangan, jangan. Kamu boleh membuatku bodoh soalnya Harry pintar. Dia bisa mengajariku semua," sahut Grace."Kamu terus menyebut nama Harry. Siapa dia?" tanya Harry."Dia ... dia calon suamiku," jawab Grace."Coba angkat kepalamu. Apa orang di depanmu adalah Harry?" instruksi Harry."Hah? Apa?" Grace segera mendongak, lalu melihat seorang pria familier di hadapannya. Harry pun tersenyum lembut. Di matanya yang tajam seolah-olah hanya ada Grace seorang dan tidak ada ruang untuk orang lain.'
"Jangan marah ya. Padahal aku sudah kesakitan dan butuh dibujuk olehmu. Sekarang kamu jadi marah, malah aku yang harus menahan sakit dan menghiburmu. Aku juga kesulitan ...."Mendengar ucapan ini, hati Harry langsung melunak. Saat ini Grace memang sedang terluka. Bengkak pada pergelangan kakinya memang cukup parah. Jika marah pada Grace sekarang, justru Harry yang terkesan berhati picik."Nanti baru kita buat perhitungan setelah pulang," ujar Harry dengan tak berdaya.Mendengar hal itu, Grace baru menghela napas lega. Harry memeriksa kondisi luka Grace. Tulangnya tidak masalah, hanya saja pergelangan kakinya agak bengkak.Awalnya Harry ingin menggendongnya turun gunung, tetapi cuaca sedang sangat buruk saat ini. Hujan ini sepertinya tidak akan berhenti dalam waktu singkat. Di luar sana juga sedang berkabut. Bagaimana kalau Harry terjatuh karena menggendong Grace?Oleh karena itu, Grace bersikeras menunggu bantuan dari tim profesional. Harry juga tidak berani mengambil risiko, jadi dia
Begitu menerima kabar dari Harry, Juan langsung mencari bantuan dan bergegas ke lokasi. Saat itu, Harry dan Grace sedang duduk sambil menikmati mi instan. Harry yang tadinya terus bertanya "apa benda seperti ini bisa dimakan?", sekarang malah menikmatinya dengan lahap.Juan membelalak melihat tingkah Harry. Bukankah orang ini adalah bosnya yang tidak makan jajanan dari luar?Kapten tim penyelamat yang berdiri di belakangnya juga ternganga. "Apa perlu bantuan dari kita sekarang? Kenapa rasanya aku malah jadi ganggu mereka kalau masuk ke sana?""Lihat dulu situasinya ...," jawab Juan.Setelah itu, sekelompok tim penyelamat itu menunggu di luar dengan sabar sambil menyaksikan kemesraan kedua orang itu. Dalam sekejap, mereka sudah selesai makan mi. Grace juga sudah puas sekarang dan mulai membersihkan sampah-sampah."Haeh, tadinya masih mau bersamamu di sini. Tapi para tim penyelamat sudah datang, ayo kita turun gunung," ajak Grace."Kalau kamu suka, lain kali kita datang lagi.""Benar jug
"Semuanya harus dilakukan secara bertahap. Pertama kali mungkin harus diopname, kedua kalinya mungkin hanya perlu diinfus sebentar, ketiga kalinya mungkin cukup hanya dengan minum obat. Lama kelamaan akan terbiasa," ujar Harry."Kamu ini benar-benar tahan disiksa ya. Sekali lagi kuperingatkan, usiamu bisa berkurang gara-gara hal ini," kata Robin memperingatkan."Bisa nggak kamu jangan sekaku ini? Kamu nggak merasa ini adalah sebuah hal yang membahagiakan?"Robin berkata, "Bercanda dengan nyawa sama sekali nggak membahagiakan.""Itu karena kamu belum ketemu sama orang yang kamu cintai dan rela mengorbankan semuanya untuk dia," balas Harry.Tangan Robin yang sedang membereskan peralatan medisnya tiba-tiba terhenti. Beberapa detik kemudian, dia baru berkata, "Aku mau cari Hannah dulu, nggak ganggu kebahagiaanmu lagi. Oh ya, Winy sudah mau pulang, dia sudah ambil cut.""Kenapa dia nggak bilang padaku? Semuanya harus lewat kamu ya?" tanya Harry."Kalau masalah itu aku juga kurang jelas, kam
"Bukan, selamanya nggak akan jadi milikku!" ucap Hannah dengan ketus. Sepasang matanya tampak berkaca-kaca. Ucapannya ini bagaikan pukulan dahsyat di hati Robin.Sejak orang tua mereka meninggal, adiknya ini telah mengalami trauma besar dan sifatnya juga jadi berubah. Oleh karena itu, Robin terus bersabar dan memanjakannya. Bisa dibilang, temperamen buruk Hannah sekarang ini adalah karena terlalu dimanjakannya.Dulunya Hannah sangat dekat dengannya dan selalu mengikutinya ke mana-mana. Jika ditindas di kelas, Hannah tidak pernah mengadukannya pada orang tua mereka, melainkan langsung mengadu pada Robin. Robin mengira mereka adalah saudara yang paling dekat dan akan hidup bahagia selamanya.Namun sekarang, Hannah malah jadi benci padanya. Dia menganggap Robin sebagai musuhnya dan berusaha menjauhi Robin. Bahkan Robin sendiri juga tidak mengerti kesalahan apa yang telah dilakukannya sampai membuat Hannah sebenci itu padanya.Robin menundukkan pandangannya dengan tatapan rumit. Setelah be
Grace buru-buru menghiburnya. Ada banyak sekali ucapan penghiburan yang ingin disampaikannya, tetapi dia tidak tahu harus dari mana memulainya. Grace bahkan tidak tahu alasan Hannah menangis.Kehilangan orang yang paling dicintai? Apa maksudnya? Apa Hannah sedang jatuh cinta?"Hannah, aku nggak tahu apa yang terjadi. Tapi bagaimanapun, aku nggak akan meninggalkanmu. Aku akan jadi pelindungmu selamanya."Setelah menangis beberapa saat, suasana hati Hannah juga akhirnya lebih membaik. Dia menyeka air matanya, lalu melepas pelukannya dari Grace. "Kamu saja lebih kurus dariku, mau gimana lindungi aku? Didorong saja sudah jatuh.""Kalau begitu aku bisa jadi alasmu. Dengan begitu, kamu nggak akan sakit kalau jatuh!" balas Grace."Dasar bodoh!" ujar Hannah dengan tak berdaya."Oh ya, kamu kenapa? Bukannya kakakmu datang mencarimu? Kalian nggak ketemu? Kenapa pulang-pulang malah nangis?" tanya Grace."Sudah ketemu. Justru aku nangis karena ketemu dia.""Dia gangguin kamu?" tanya Grace."Grace,
Malamnya, semua orang yang mendaki gunung pergi ke pemandian air panas. Grace tidak ikut karena kakinya masih terluka. Hannah tinggal di asrama untuk merawatnya. Sebenarnya dia bisa menanganinya sendirian, tetapi Hannah tetap bersikeras mau merawatnya.Saat pergi makan malam, Grace tidak sengaja mendengar sebuah gosip. Katanya, ada seorang gadis yang tenggelam saat berendam karena penyakit jantungnya kambuh. Semua orang tampak panik dan berteriak minta tolong, tapi orang pertama yang tiba adalah Harry.Harry menolong gadis itu, lalu mengantarkannya ke rumah sakit terdekat. Para wanita yang bergosip menceritakan kejadian itu dengan heboh. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa Harry melakukan pernapasan buatan dan menekan dada gadis itu.Meski Grace paham semua itu adalah pertolongan pertama yang sangat mendasar, tetap saja dia merasa kurang nyaman mendengar hal seperti itu."Dasar Harry sialan!" makinya dengan kesal.Hannah tertawa melihat reaksi Grace. "Kamu cemburu?""Sangat cemburu!" bal
"Aku ini dokter, bukankah sudah seharusnya aku menolong orang?" balas Robin."Ada begitu banyak orang di sana, apa perlu kamu yang turun tangan sendiri?" tanya Hannah."Aku ini dokter, punya etika profesi. Sudahlah, sekarang sudah larut malam. Kamu cepat istirahat," balas Robin dengan tenang sambil menyingkirkan tangan Hannah. Hannah merasa tidak puas dan terus mengejarnya.Grace kebingungan melihat hal itu. Tadinya dia yang merasa kesal, kenapa sekarang malah jadi Hannah yang marah-marah?Saat Grace masih kebingungan, tiba-tiba kedua kakinya terangkat di udara. Dia sontak terkejut dan merangkul leher Harry dengan spontan. Harry malah menggendongnya dengan horizontal."Kamu mau apa? Cepat lepaskan aku! Gimana kalau sampai orang lain melihatnya?" teriak Grace."Jam segini semua orang sudah tidur. Kita juga sudah saatnya tidur." Harry menggendong Grace ke kamarnya sendiri. Meskipun tubuhnya masih agak lemah, menggendongnya masih cukup mudah bagi Harry."Nggak kusangka kamu cemburuan juga
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa