"Katakan saja, aku akan mendengarkanmu," ujar Harry."Kamu nggak akan memberiku kesempatan untuk mengatakannya," balas Grace."Bukannya tadi kamu bilang kamu bodoh? Aku justru merasa kamu cerdas. Kamu terus memikirkan cara untuk meninggalkanku. Besar sekali nyalimu," ucap Harry dengan ekspresi agak suram.Melihat ini, Grace pun bergidik ngeri. Dia buru-buru menjelaskan, "Aku melakukan semua itu karena cemas padamu!""Aku sudah sangat berterima kasih kalau kamu nggak membuatku cemas. Kamu nggak perlu cemas padaku. Aku justru senang kalau kamu menimbulkan kerepotan untukku. Oke?" Harry tampak serius.Grace kalah telak kali ini. Dia baru tahu Harry begitu pintar bersilat lidah. Grace hanya melontarkan 1 kalimat, tetapi pria ini membalasnya dengan 10 kalimat! Harry ingin menindasnya ya?"Sudahlah! Aku makin kesal kalau berdebat denganmu! Aku mau gosok gigi saja!" ujar Grace sambil mengambil sikat giginya dengan kesal. Harry pun merasa lega melihatnya.Selesai mencuci wajah dan menyikat gig
"Aku akan membawamu melihatnya lain kali. Nanti kamu akan tahu," ujar Harry."Serius? Oke, oke!" Grace tampak bersemangat."Besok para karyawan akan pergi tamasya. Aku bawa staf departemen keuangan. Kamu ikut ya. Izin saja dari kuliah. Lagi pula, aku yang selalu mengajarimu," tutur Harry."Tamasya? Kamu yakin? Nggak ada yang tahu tentang hubungan kita, 'kan? Masa aku ikut?" Grace menggaruk kepalanya dengan cemas.Grace merasa sangat tertekan! Calon suaminya adalah pria tampan yang kaya raya! Grace tidak ingin mengekspos hubungannya supaya Harry tidak diincar wanita lain!Harry mencubit hidung Grace, lalu tersenyum sambil berkata, "Staf boleh membawa keluarga. Kamu ikut Hannah saja."Harry sengaja memilih departemen keuangan, bahkan mengizinkan pekerja magang ikut agar Grace bisa bertamasya. Begitu mendengar Hannah ikut, Grace langsung mengangguk dengan bersemangat.....Keesokan hari, Grace yang sudah selesai berkemas bersiap-siap untuk berangkat. Dia akan bertemu Hannah dulu. Mereka a
Mereka tiba di onsen. Bagian tengahnya adalah batu besar dan sekat. Setelah mengganti jubah mandi, mereka pun masuk ke air.Di sini juga disediakan anggur. Kadar alkoholnya tidak terlalu tinggi, jadi Grace meminumnya. Wanita paling suka bergosip. Itu sebabnya, suasana di onsen menjadi sangat bising."Ya ampun! Ternyata bos kita jauh lebih tampan dari yang terlihat di TV ya! Dia tampan sekali waktu duduk di barisan depan bus!""Andai saja aku bisa menikah dengannya! Pasti bahagia sekali! Sudah tampan, kaya lagi! Cuma beberapa wanita yang pantas bersanding dengannya! Tapi, dia pasti bisa menemukan banyak wanita cantik di ibu kota! Sebaiknya kita nggak ikut-ikutan deh!""Belum tentu! Gimana kalau Pak Harry suka wanita seperti Cinderella?""Hah? Masa Pak Harry menyukai wanita miskin yang berdada kecil sepertimu?"Beberapa orang itu pun tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Sementara itu, Grace bersembunyi di pojok sambil menunduk menatap payudaranya. Dia tak kuasa menghela napas. Menyebalka
Begitu mendengarnya, hati Harry seketika luluh. Ternyata Grace begitu peduli padanya. Harry bertanya, "Kalau begitu, nanti malam kamu memelukku waktu tidur ya?""Ya, ya. Kita akan tidur bersama malam ini!" sahut Grace yang merasa gembira kembali.Harry khawatir dirinya tidak bisa menahan hasrat sehingga berpesan, "Kamu tidur yang benar. Aku mandi dulu."Suara Harry terdengar seperti tertahan. Dia mengepalkan tangan dengan erat supaya dirinya tetap tenang.Sesudah mandi, Harry keluar dengan ekspresi agak lelah. Semua ini karena siksaan yang diberikan Grace. Namun, hatinya sontak dipenuhi kehangatan saat melihat Grace tidur dengan tenang.Grace terlihat seperti seekor kucing. Dia meringkuk sambil memeluk selimut. Harry pun mendekat dengan hati-hati karena takut membangunkannya.Namun, Grace tetap bisa merasakan pergerakannya. Dia berbalik, lalu masuk ke pelukan Harry dan menggosokkan kepalanya.Harry tersenyum puas dan mengelus kepala Grace. Grace tampak sangat nyaman dengan perlakuan in
Hari ini ada aktivitas mendaki gunung. Setelah beristirahat semalaman, semuanya terlihat penuh semangat.Semuanya berkumpul di meja makan. Begitu selesai makan, Grace langsung menerima pesan dari Harry. Pria itu menyuruhnya datang ke kamar dan membawa uangnya.Grace tak kuasa mengernyit. Meskipun sangat menyayangkan uangnya, dia tidak berani membantah perintah Harry.Grace melirik sekilas meja makan. Semuanya masih sibuk mengobrol sehingga tidak ada yang memperhatikannya. Dia menuju ke toilet, lalu kabur dari pintu belakang layaknya seorang pencuri.Dengan napas terengah-engah, Grace tiba di kamar Harry. Karena pintu tidak dikunci, dia langsung masuk.Harry baru selesai mandi. Dia tampak berjalan keluar dari kamar mandi dengan bagian bawah tubuh yang dibungkus handuk. Begitu melihat Harry telanjang dada, Grace sontak terkejut dan berbalik. "Kenapa kamu mandi lagi?""Untuk menenangkan diri," sahut Harry dengan kesal. Untung saja tubuhnya kuat. Jika tidak, dia mungkin sudah mati karena d
"Aku suka kamu yang seperti ini," jawab Harry tanpa ragu sedikit pun."Jawabanmu ini jelas melanggar aturan!" bentak Grace."Kenapa bicara begitu? Kalau kamu bersikap manja, aku akan membujukmu. Kalau kamu bersikap lugas, aku akan mengalah padamu. Nggak ada yang salah, 'kan?" balas Harry.Mendengar ini, Grace seketika tidak tahu harus bagaimana membantah. Dia berkata, "Menurut tebakanku, kamu pasti sangat pintar bernegosiasi dengan mitramu, 'kan? Dengan mulutmu ini, bukan masalah bagimu untuk melawan 10 orang sekaligus!""Kamu kira manfaat mulutku cuma itu saja?" tanya Harry."Selain makan, minum, dan bicara, memangnya apa lagi manfaat mulut?" tanya Grace balik dengan heran.Saat berikutnya, Harry memberinya jawaban dengan praktik langsung. Pria itu mencondongkan badannya, lalu menahan belakang kepala Grace untuk membuatnya tidak bisa menghindar.Bibir dan bibir saling bersentuhan. Harry menggigit setengah bagian kue yang ada di mulut Grace. Kemudian, dia berujar, "Ini juga manfaat dar
"Hannah, di sana ada warung. Bantu aku beli air dong!" teriak seseorang tiba-tiba."Ya, ya! Aku juga mau. Aku nggak bawa banyak barang karena takut keberatan!""Untung saja ada warung di sekitar sini. Hannah, aku juga mau satu!""Biar kuhitung dulu ya. Totalnya 20 ya? Kamu mau minum apa?" Orang yang pertama bersuara mulai berhitung.Minuman yang mereka pesan beraneka ragam. Wajar kalau mereka memerintahkan Hannah karena Hannah hanya pekerja magang.Namun, warung itu tidak termasuk dekat. Mereka harus menghabiskan 5 menit untuk pergi ke sana. Jadi kalau pulang pergi, totalnya 10 menit. Jika beli kebanyakan, Hannah pun harus bolak-balik.Pekerja magang lainnya pun akan menuruti instruksi para senior itu, tetapi Hannah bukan seorang pecundang. Dia tidak takut sekalipun langit runtuh karena Robin pasti akan melindunginya. Selain itu, calon istri sahabatnya adalah presdir perusahaan.Hannah pun tidak peduli dan hanya makan camilan dengan santai. Orang yang bersuara duluan itu mulai merasa k
Jika Grace memberi tahu semua orang tentang hubungannya dengan Harry, siapa yang berani memerintahkan mereka seperti ini? Orang lain mungkin akan bersikap arogan saat tahu calon suaminya adalah presdir, tetapi Grace tidak seperti itu. Gadis ini tidak akan pernah dikuasai oleh uang."Bos, ini juga. Aku mau beli semuanya," ujar Hannah. Grace cukup terkejut melihatnya. Dia mengira Hannah merasa kesal dan tidak akan membantu membeli.Hannah menatap Grace, lalu tersenyum sambil berkata, "Kamu benar. Aku harus mengandalkan diri sendiri, bukan orang itu.""Siapa? Kamu diam-diam pacaran di belakangku?" tanya Grace."Rahasia," sahut Hannah. Jika itu dulu, Hannah yang keras kepala tidak akan pernah dinasihati. Akan tetapi, sekarang dia merasa perkataan Grace tidak salah.'Robin, kamu nggak bakal bisa mengaturku! Kamu memang kakakku, tapi aku nggak bakal menjadi barangmu! Aku pasti akan menundukkanmu!' batin Hannah.Mereka segera kembali dengan membawa semua minuman itu. Meskipun lelah, yang dida
Grace menimpali, "Kalau kamu tahu aku sengaja, cepat pergi! Jangan cari masalah di sini!"Nikolas membalas, "Kamu ... aku mengungkapkan isi hatiku padamu dengan tulus. Kamu nggak hargai aku, malah bilang aku cari masalah. Kalau bukan karena kamu cantik dan berhubungan dekat dengan Keluarga Adhitama, kamu kira aku akan tertarik padamu?"Nikolas menambahkan, "Ternyata, kamu tetap nggak bisa mengubah sifatmu yang rendahan biarpun sudah menjadi anak angkat Keluarga Adhitama."Orang-orang di sekeliling berkomentar. Tidak disangka, Nikolas yang berpenampilan baik mempunyai sifat buruk.Grace melihat ada yang merekam dengan ponsel. Dia sengaja memanas-manasi, "Kamu memarahi aku karena usahamu gagal? Kamu bilang aku rendahan? Mereka semua sudah mendengar ucapanmu!"Grace melanjutkan, "Kalian semua lihat baik-baik orang ini. Dia mementingkan paras dan latar belakang keluarga saat mencari pasangan. Para wanita harus menghindari pria dangkal seperti ini!"Suara Grace sangat keras sehingga semua o
Tak jauh dari sana, Juan sudah menghentikan mobil di dekat kampus. Harry menunggu di persimpangan jalan dari tadi, tetapi belum melihat Grace. Jadi, dia memutuskan untuk melihat di kampus. Siapa sangka, dia malah melihat kejadian di depan pintu kampus.Harry menyipitkan matanya. Ekspresinya sangat dingin. Dia terus mengamati Nikolas. Suasana di mobil menjadi tegang.Juan yang duduk di kursi pengemudi ketakutan. Dia berkeringat dingin. Gawat, sepertinya Harry yang protektif cemburu. Masalahnya pasti runyam.Harry hendak membuka pintu. Juan segera berkata, "Pak, kamu nggak boleh keluar. Nona Grace harus selesaikan masalah ini sendiri. Kamu nggak berhak menghentikannya!"Juan mempertaruhkan nyawanya untuk melontarkan ucapan itu. Harry memang tidak mempunyai status yang cocok untuk menghentikan Nikolas mengungkapkan isi hati pada Grace."Aku yang menyetir!" ujar Harry dengan dingin."Apa?" tanya Juan yang masih kebingungan."Kamu turun dulu, biar aku yang menyetir," sahut Harry. Dia turun
Harry mencium Grace lagi. Setelah selesai, wajah Grace merah padam dan tubuhnya terasa panas. Jendela balkon terbuka, angin semilir berembus.Grace baru merasa sedikit sejuk. Dia memandang Harry dengan ekspresi polos seraya mengisyaratkan, "Itu ... keras ... rasanya nggak nyaman."Ekspresi Harry menjadi muram. Dia terpaksa berdiri, lalu pergi ke kamar mandi. Sepertinya dia sudah terbiasa.Grace menepuk wajahnya dan mengembuskan napas. Dia ingin menempelkan wajahnya di gelas agar bisa meredakan panas. Kalau terus begini, takutnya dia bisa mimisan.Grace mendengar suara air dari kamar mandi. Tampak siluet Harry dari pintu kaca. Grace masih ingat postur tubuh Harry sangat bagus.Grace mengetuk pintu kamar mandi dan berkata, "Nanti sore aku ada mata kuliah umum. Aku belum selesaikan SKS-ku. Aku mau pergi ke kampus dulu.""Aku antar kamu," balas Harry.Grace menolak, "Nggak usah. Aku bisa naik taksi. Kamu temani Kezia saja, aku pergi dulu.""Kalau begitu, hati-hati di jalan. Telepon aku kal
Kenapa Kezia sangat menyukai kartun ini? Jelas-jelas sebelumnya Kezia tidak tahu kartun ini saat tinggal di luar negeri.Sementara itu, Grace juga menonton dengan asyik. Sebelumnya, Harry seperti seorang ayah yang selalu mengkhawatirkan Grace. Sekarang Kezia tinggal di rumah mereka sehingga Harry makin repot. Mereka tidak terlihat seperti orang tua yang memiliki 1 anak, melainkan seperti seorang ayah yang memiliki 2 putri.Harry memang terus mengingatkan dirinya Grace adalah istrinya. Dia hanya memanjakan Grace seperti anak-anak.Namun, Harry tidak bisa berbaur setiap melihat Grace dan Kezia bermain. Dia tiba-tiba merasa tua. Demi memahami dunia mereka, Harry tidak pergi ke perusahaan dan menonton Peppa Pig."Kamu suka, ya?" tanya Harry kepada Grace."Iya. Apa kamu nggak merasa kartunnya sangat lucu?" sahut Grace.Harry berbicara jujur, "Kamu nggak merasa sangat membosankan?"Grace menanggapi, "Ini cuma kartun, nggak usah begitu serius. Yang penting lucu."Kezia yang sedang asyik menon
Kezia menimpali, "Aku cuma bicara jujur. Kalau Mama tahu kamu berkelahi, dia pasti sangat marah!""Kalau kamu jelek-jelekkan aku lagi, aku akan pukul pantatmu!" ancam Joshua sambil mengangkat tangannya.Siapa sangka, Kezia tiba-tiba memelas, "Paman, apa kamu tega pukul Kezia? Aku tahu Paman sangat menyayangiku. Kalau Paman pukul aku, nanti Paman yang merasa sakit, 'kan?"Grace memelotot setelah mendengar ucapan Kezia. Kenapa ucapan ini terdengar sangat familier? Grace merasakan pandangan seseorang yang galak. Dia melihat Harry dan Harry juga mengamatinya. Grace yang malu mengalihkan pandangannya.Kezia melanjutkan, "Hais, aku tahu aku sudah buat Paman marah. Kalau Paman nggak terima, pukul aku saja ...."Kezia mengangkat pantatnya dan meneruskan, "Paman, kamu nggak tega pukul aku, 'kan? Biarpun Kezia salah bicara, Paman juga nggak akan membuat perhitungan dengan Kezia, 'kan?"Joshua memegang dahinya sembari menanggapi, "Kezia, aku belum bilang apa-apa. Kamu sudah bicara panjang lebar
Hannah menarik napas dalam-dalam, lalu berusaha melupakan masalahnya dan keluar. Saat berada di dalam lift, dia kebetulan bertemu dengan Joshua.Joshua hendak pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan masak. Dia sangat senang saat melihat Hannah.Joshua berucap, "Aku ... mau pergi ke supermarket ... untuk membeli bahan masak. Kamu ... belum makan malam, 'kan? Mau ... makan bersama? Biar aku masak lebih banyak.""Nggak bisa, aku mau keluar," tolak Hannah."Oh, begitu," sahut Joshua.Hannah mengangguk sebagai ungkapan terima kasih atas niat baik Joshua. Lift terus bergerak turun dan berhenti 2 kali. Orang lain masuk ke lift.Hannah dan Joshua terpaksa berdiri di sudut. Seorang pria melirik Hannah. Semua pria tentu tertarik pada wanita cantik.Joshua menyadari pandangan pria itu. Dia tanpa sadar maju untuk melindungi Hannah dan menghalangi pria itu mengamati Hannah.Hannah terkejut melihat sosok Joshua di depannya. Meski terlihat lemah, Joshua cukup tinggi. Kemungkinan tinggi badanny
Joshua melihat Hannah masih terdiam setelah menutup telepon. Dia merasa agak khawatir. "Kamu ada urusan malam ini? Butuh bantuan?" tanyanya."Nggak apa-apa, cuma makan malam sama teman. Ayo kita pulang," jawab Hannah."Oke ... aku ... aku akan ambil mobil." Mereka segera masuk ke mobil. Namun, sebelum mengemudi, Joshua mengambil botol minyak obat yang tadi mereka beli."Ta ... tanganmu ...," ujarnya.Barulah Hannah menyadari bahwa punggung tangannya sudah merah dan bengkak. Dia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri sampai tidak menyadarinya, malah Joshua yang memperhatikannya. Benar juga, Joshua memang tipe pria seperti itu."Aku sendiri saja," kata Hannah sambil mengambil botol minyak obat. Namun, pikirannya masih terpaku pada percakapan telepon tadi, sehingga tidak sengaja dia menuang terlalu banyak minyak obat hingga menetes ke bajunya.Dia tersentak, lalu buru-buru meletakkan botol itu dan mengambil tisu basah untuk mengelapnya."Biar aku saja," kata Joshua dengan suara lembut. D
"Nggak, aku cuma mengandalkan serangan mendadak. Lagi pula, tadi mereka menyerang satu per satu. Kalau mereka menyerang bersamaan, aku pasti kewalahan dan nggak bisa menang. Kali ini aku cuma beruntung saja," kata Hannah dengan jujur."Jadi kali ini kamu menang. Tapi sebelumnya, kamu nggak bisa menghadapi tiga orang sekaligus, ya?" tanya Joshua."Iya. Apalagi waktu itu mereka bawa senjata dan aku juga harus melindungi diriku sendiri sambil mencoba menyelamatkan orang lain. Aku bukan orang suci yang akan mempertaruhkan segalanya. Kalau situasinya sampai membahayakan nyawaku, bahkan kalau seribu atau sepuluh ribu orang harus mati di depan mataku, aku nggak akan mengambil risiko.""Nyawa mereka memang penting, tapi nyawaku juga penting. Aku nggak suka terjebak dalam moralitas yang memaksaku harus menyelamatkan orang lain. Aku cuma ingin hidup dengan baik dan melakukan apa yang aku mampu," lanjutnya."Jadi, soal kejadian kita sebelumnya, anggap saja selesai. Aku menyelamatkanmu, kamu juga
Satria mengepalkan tinjunya dan menggerakkan lehernya hingga terdengar suara tulang yang berderak. Suara itu terdengar sangat menakutkan, sehingga membuat atmosfer menjadi tegang.Meskipun gemetaran, Joshua tetap mencoba berdiri di depan Hannah untuk melindunginya. Namun, Hannah mendorong Joshua ke samping dengan tegas."Jangan halangi aku! Mereka sudah mukul kamu sampai begini, hari ini aku akan balas dendam dan buat mereka babak belur! Mereka pikir, dengan badan berlemak gitu bisa menakutiku?" seru Hannah dengan penuh semangat.Hannah yang memang pernah belajar seni bela diri dan teknik penguncian sendi, langsung bersiap menghadapi Satria. Dulunya, dia memohon kepada seorang veteran militer selama berminggu-minggu untuk belajar teknik bela diri sebagai perlindungan diri. Sebagai wanita, dia tahu kekuatan fisik dan ukuran tubuhnya tidak akan sebanding dengan pria, jadi dia mengandalkan kecepatan dan strategi.Dengan lincah, Hannah menghindari pukulan Satria yang berbahaya dan menyeran