“WHAT! Maksudnya apa ini?” tanya Zoya sambil memperlihatkan isi berkas yang ada di dalamnya.“Tinggal pilih aja mana yang lo suka. Masalah harga nggak usah dipikirin, itu biar jadi urusan gue,” kata Kevin, santai.“Dekorasi pernikahan? Maksudnya apa?” Zoya masih bertanya-tanya dengan mata yang melotot. Melihat contoh gambar dekorasi pernikahan membuat gadis itu semakin bingung.“Iya, tinggal pilih aja, sayang, apa susahnya sih?”Zoya tidak segan segan melempar lembaran gambar itu ke wajah Kevin. Zoya tidak terima karena Kevin seperti mempermainkannya.“Udah berapa kali gue bilang, gue nggak sudi nikah sama lo! Gue harus bilang ke Papa.” buru-buru Zoya mengambil ponselnya untuk menelpon sang papa.“Halo, Pah, ini maksudnya apa ya? Kenapa Zoya disuruh buat milih dekorasi pernikahan? Memangnya sejak kapan Zoya setuju kalau mau nikah sama Kevin?” Zoya langsung marah-marah sama papanya melampiaskan rasa kecewa di hatinya.“Apa sih sayang, kenapa marah-marah begitu? Kan bisa baik-baik bicar
“Woy, bangun! Lo nggak laper?” Kevin mengguncang punggung Zoya yang sedang tidur lelap. Sontak gadis itu langsung terbangun dari mimpi indahnya saat merasakan guncangan yang cukup keras kepada tubuhnya.Zoya menoleh lalu berdecak kesal saat mengetahui siapa manusia yang sudah berani mengganggu jam tidurnya.“Enak lo ya bisa tidur nyenyak di sini sementara calon suami lo lagi sibuk panas-panasan buat mempersiapkan pernikahan kita,” sindir Kevin sambil duduk di kursi yang ada di dekat candela.Zoya menatap Kevin penuh kebencian. “Siapa juga yang mau nikah sama lo? Lonya aja yang kurang kerjaan udah tahu gue nggak mau nikah sama lo, dipaksa terus.”“Nggak usah bawel, makan tuh gue udah bawain lo makan.”Zoya menatap ke arah meja di mana makanan itu berada. Melihat bungkusan yang berisi makanan itu membuat cacing-cacing di perut Zoya meronta minta diisi.“Nggak usah gengsi, laper tinggal makan dari pada perut lo sakit,” kata Kevin, masih memperhatikan Zoya yang menatap makanan itu tanpa b
Pukul 22.00Guncangan pesawat membuat para penumpang panik dan kebingungan. Semua orang mencoba untuk menyelamatkan diri sendiri, memakai pengaman yang sudah di sediakan oleh pihak maskapai. Begitu juga dengan Waldi, namun pesawat yang semakin tidak bisa di kendalikan membuat semuanya berantakan. Badan terhantam ke sana ke mari. Teriakan minta tolong, takbir, tangis, dan jeritan seakan memekakkan telinga.Pagi harinya ….Mila baru saja selesai mandi dan langsung pergi ke dapur untuk membantu umi dan mama mertuanya masak, namun langkah Mila berhenti pada saat wanita itu melihat ke dua wanita paruh baya sedang duduk lemas di kursi meja makan.“Mama sama Umi kenapa kok wajahnya terlihat pucat?” tanya Mila penuh rasa penasaran. Mila duduk di salah satu kursi yang tidak jauh dari ke dua wanita paruh baya itu duduk.“Kami tidak apa-apa kok, Mila, sebaiknya kamu istirahat saja biar sarapan paginya kami yang buatkan,” kata Irana, mencoba tersenyum dan menutupi semua.Mila menggeleng, ia meras
Zoya meneteskan air mata saat mengetahui siapa yang datang. Satu persatu orang yang memegangi ke dua tangan Zoya mulai adu jotos dengan Kevin. Sehingga membuat mereka lumpuh dan akhirnya pergi.“Sekali lagi gue tau lo godain calon istri gue, gue nggak akan segan-segan buat penggal kepala kalian satu persatu. Paham?!” Kevin mengancam pemimpin preman itu.“Ampun, Bos, nggak lagi ganggu cewek itu,” katanya.Kevin pun membiarkan mereka semua pergi, namun Kevin tidak akan pernah lupa dengan wajah-wajah mereka yang nyaris membuat Zoya celaka.“Kevin.” Zoya langsung memeluk erat Kevin. Tangisnya langsung pecah, bahkan tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.“Sshhtt, lo udah aman sama gue,” bisik Kevin, dengan penuh kelembutan.Cukup lama mereka di posisi saling berpelukan, Kevin membiarkan itu terjadi karena ia tahu Zoya sangat trauma.“Makasih lo udah mau nolongin gue,” kata Zoya, sambil melepaskan pelukan itu. Zoya sudah tidak takut seperti tadi, namun ia masih trauma bahkan rasanya masi
Waldi kembali dalam keadaan wajah lebam dan beberapa luka gores di bagian tubuhnya. Lelaki itu pulang ke rumah di saat orang rumah sudah tidur semua. Untung saja ia selalu membawa kunci cadangan sehingga ia bisa masuk dan tidur bersama istri tercinta.Sebelum masuk kamar, Waldi harus memastikan tubuhnya bersedih terlebih dahulu. Ia pun membersihkan diri di kamar mandi tamu yang berada di bawah. Setelah selesai mandi, ia pun masuk ke kamar untuk menemui Mila.“Assalamualaikum, istriku.” Hanya bisikan kecil yang keluar dari mulut Waldi pada saat lelaki itu membuka pintu kamar. Dilihatnya Mila sedang tidur pulas menggunakan kerudung dan daster panjang. Waldi sudah berpesan, jika tidak ada dirinya di rumah maka di saat tidur Mila harus menutup seluruh tubuhnya.Waldi berjalan pelan tidak meninggalkan suara, duduk di pinggir kasur dan memandangi wajah Mila yang sangat damai saat tidur. Wajah Mila terlihat sembab, apakah istrinya itu baru selesai menangis sampai pada akhirnya ketiduran?“Pa
Suasana pagi hari di rumah Waldi masih di selimuti rasa haru. Selamat dari tragedi kecelakaan pesawat membuat semua keluarga khawatir termasuk Adra dan Jeff. Sekarang ke dua lelaki itu datang berkunjung, rela meninggalkan pekerjaan untuk menjenguk anak mereka. Sekarang semuanya sedang berkumpul di meja makan melaksanakan sarapan bersama.“Mendengar pesawat kamu terjadi sesuatu Papa tidak bisa tidur semalaman,” kata Jeff, di sela-sela acara sarapan bersama.“Apa lagi Abi, pikiran Abi sudah kemana-mana.” Adra ikut menimpali.Waldi tersenyum. “Alhamdulillah sekarang Waldi bisa ikut sarapan bersama kalian semua.”“Sudah lah Waldi, kalau ada pekerjaan di luar kota dan tidak terlalu penting lebih baik diwakilkan saja oleh sekretaris kamu. Ingat, Mila sedang mengandung, memangnya kamu tidak mau melihat anak kamu lahir ke dunia?” tanya Jeff.“Tentu saja Wadi malu melihat anak Waldi lahir ke dunia, Pah, tapi kan kemarin itu sangat-sangat penting karena pembukaan cabang baru. Tapi memang kemari
Hari ini adalah hari H pernikahan Zoya dan Kevin. Di dalam gedung yang mewah, bernuansa fantasi seperti sedang berada di dunia dongeng. Kevin sangat puas dengan hasilnya karena sesuai keinginan Zoya. Setidaknya tepat di hari pernikahan itu membuat Zoya bahagia karena dekorasi yang sangat sesuai dengan mimpi gadis itu.Saat ini ijab qobul sudah selesai dilakukan, Kevin sudah terbebas dari rasa gugup. Semua para tamu undangan yang hadir sedang menunggu kedatangan mempelai wanita yaitu Zoya.“Zoya, sayang, ayo dong, semua para tamu undangan sudah datang semua.” Berkali-kali Karmila mengetuk pintu kamar mandi karena sejak dua puluh menit yang lalu Zoya tidak juga keluar.“Sabar, Mah, perut Zoya sakit banget. Mungkin gara-gara semalam makan seblak terlalu pedas.” Zoya berteriak dari dalam sana supaya sang mama tidak mengganggunya. Kali ini bukan sandiwara, perut Zoya benar-benar sakit karena ulahnya sendiri.“Sudah Mama beri tahu jangan makan yang pedas-pedas dulu, kamunya ngeyel kalau dib
Setelah selesai acara resepsi, Kevin dan Zoya memutuskan untuk langsung ke kamar agar bisa segera istirahat. Hari yang sangat melelahkan untuk dua orang yang baru saja resmi menjadi sepasang suami istri.“Lo dulu atau gue dulu yang mandi?” tanya Kevin kepada Zoya yang sedang duduk di depan cermin sibuk menghapus makeup.“Lo aja dulu,” jawab Zoya, masih dengan nada yang ketus.Kevin menghela napas kasar. “Ya udah gue duluan mandi ya.” Kemudian lelaki itu masuk ke kamar mandi.Kevin pikir setelah kejutannya tadi akan membuat Zoya berubah pikiran, tapi ini sebaliknya malah semakin memperburuk.Air hangat kuku mulai mengalir di sekujur tubuh Kevin. Lelaki itu mendongak membiarkan air itu menyapu permukaan wajahnya. Rasa lelah dan kecewa masih menyelimuti hari Kevin. Diam-diam lelaki itu menangis, sangat rapuh hatinya ketika menyangkut soal perasaan.“Vin, lo baik-baik aja kan di sana?”Suara ketukan pintu membuat mata Kevin terbuka. Buru-buru lelaki itu mematikan kran shower.“Iya, Zoy, k