“Sayang, aku cari ternyata di sini.” Waldi duduk di samping Mila melihat istrinya yang sedang sedih, Waldi langsung membawa Mila ke dalam dekapan.“Kenapa sayang?” tanya Waldi dengan nada lembut. Waldi mengusap puncak kepala Mila dengan penuh kasih sayang.“Setelah pulang dari rumah sakit Abi akan langsung sehat kan, Mas? Nanti kita akan pulang sama-sama kan?” air mata Mila mengalir deras ketika mengatakan isi hatinya.Waldi menghela napas kasar untuk mengusir rasa sesak di dalam dadanya. “Abi akan pulang bersama kita dan Abi akan semakin sehat nantinya.” Waldi menghapus air mata Mila menggunakan dua jempolnya. “Sudah, tidak boleh menangis. Kalau Abi tahu anak perempuannya menangis bisa kena omel nanti aku.”Mila terkekeh pelan. Abinya memang sangat posesif, tapi dibalik itu semua Adra sangat menyayangi dan mencintai putri semata wayangnya.“Nah gitu dong kalau senyum kan semakin cantik,” goda Waldi, sambil mencolek dagu Mila menggunakan telunjuk.“Ih apa sih. Pinter banget kalau gomb
“Zoya, siap-siapnya dipercepat, Nak, nanti Papa kamu ngomel kalau berkasnya datangnya lama.” Karmila berteriak di depan pintu kamar putrinya sambil mengetuk pintu beberapa kali.Zoya yang sedang berhias di depan kaca berdecak kesal. Lagian kenapa papanya itu sangat pikun sekali? Berkas penting yang sudah disiapkan jauh-jauh hari bisa ketinggalan.“Iya, Mah, sebentar lagi Zoya selesai.”Tidak berapa lama Zoya pun keluar dari kamar dalam keadaan sudah rapi. Make up sederhana dan dress abu-abu muda di bawah lutut.“Sudah cepat sana berangkat dari tadi Papa sudah menelepon Mama dan marah-marah karena kamu lama selesai dandannya.”“Lagian kenapa Papa lupa sih, Mah? Yang salah siapa, yang kena omel siapa.”“Sudah jangan marah-marah. Cepat berangkat.” Karmila mendorong pelan tubuh putrinya supaya segera pergi untuk mengantarkan berkas penting yang sudah ditunggu Kasen di kantor.Zoya pun pergi menggunakan mobilnya sendiri. Kali ini Zoya membawa mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi untuk me
Kondisi Adra semakin membaik. Wajahnya pun juga sudah tidak terlihat pucat, wajahnya semakin sumeringah karena sejak berada di rumah sakit Waldi dan Mila selalu berada di sampingnya.“Abi, buburnya tinggal sedikit lagi dihabiskan ya supaya Papa cepat sembuh.” Mila terus merayu sang papa untuk menghabiskan bubur yang dibeli Waldi pagi tadi di depan rumah sakit. namun Adra tetap menggeleng dengan alasan sudah kenyang.“Abi kenyang Mila.” Adra berucap dengan wajah melas.“Satu suap lagi, Bi, biar Papa cepat sembuh. Kalau buburnya tidak dihabiskan Mila ngembek nih.” Terpaksa Mila mengeluarkan jurus ampuh yang selalu ia gunakan supaya sang abi mau menuruti keinginannya. Akhirnya Adra pun mau dan suapan terakhir sudah masuk ke dalam mulut.“Alhamdulillah.” Mila tersenyum saat melihat mangkuk bubur ayam yang sudah kosong.Hoek!Buru-buru Mila lari ke kamar mandi untuk memuntahkan semua isi perutnya.“Waldi, Mila sakit?” tanya Adra kepada menantunya.“Mila kenapa, Waldi?” tanya Yalina.“Waldi
Beberapa hari setelah mengetahui Mila hamil, Waldi pun memutuskan untuk menggelar tasyakura kecil-kecilan sebagai rasa syukur karena sudah diberi kepercayaan oleh Allah untuk menjaga calon malaikat kecil mereka. Ke dua orang tua Waldi pun juga sudah tahu, seperti biasa respon mereka tidak sama yang antusias hanyakah Jeff—papa Waldi.Sekarang rumah Waldi di penuhi oleh orang-orang yang merupakan tetangga yang sudah menghadiri acara yang yang digelar Waldi.“Mau kemana sayang?” tanya Waldi saat melihat Mila ingin keluar dari kamar. Setelah tahu Mila hamil, Waldi menjadi sangat hati-hati dan memperhatikan setiap langkah istrinya. Sampai-sampai acara mau pergi keluar kota karena ingin membuka cabang perusahaan baru pun Waldi memilih tidak ikut dan digantikan oleh tangan kanannya.“Mau keluar ambil minum,” jawab Mila berjalan dengan sangat pelan. Sejak tadi tenggorokannya terasa sangat kering, wajar saja hampir seharian penuh Mila di dalam kamar dan semua orang sedang sibuk menyiapkan acar
Zoya terlihat sedang santai di pinggir kolam renang yang ada di rumahnya. Perempuan itu hanya memakai bikini untuk menutupi area sensitifnya seluruh tubuhnya sudah basah karena baru selesai berenang. Hari kosong seperti ini memang sering Zoya habiskan untuk berenang di temani segelas jus jeruk yang menyegarkan.“Ya ampun anak satu ini.” Karmila menggelengkan kepalanya saat melihat putrinya sedang duduk santai dengan pakaian yang sangat minim. Untung saja di rumah hanya ada dirinya dan juga Zoya.“Kenapa, Mah?” tanya Zoya sambil meletakkan gelas yang berisi jus jeruk itu ke atas meja.“Sudah berkali-kali Mama bilang kalau habis selesai berenang dibalut handuk tubuhnya.” Karmila mengonel sambil berjalan ke arah Zoya.“Mama ini tidak tahu definisi pakaian berenang.”“Mama ke sini Cuma mau bilang kalau kita satu keluarga dapat undangan.”“Undangan apa? Pernikahan? Siapa yang menikah Mah?”“Bukan undangan pernikahan, tapi kita di undang ke acara tasyakuran kehamilan Mila istri Waldi.”Zoya
Ke esokan harinya ….Zoya masih terlihat sedih setelah menghadiri acara tasyakuran di rumah Waldi, gadis itu lebih banyak diam tidak seperti biasa seperti pagi ini. Di saat sarapan biasanya Zoya akan heboh dengan menu makanan yang dibuat sang mama selalu sama setiap hari, tapi kali ini mulutnya bungkam bahkan makan pun tidak selera.“Kamu ini lagi mikirin beban hidup apa sih, Zoya? Suami belum ada, anak apa lagi. hidup kamu masih sepenuhnya Papa dan Mama yang menanggung bahkan cuci baju pun kamu tidak pernah melakukannya,” celetuk Kasen gemas sendiri melihat putrinya sejak tadi diam.Zoya berdecak kesal mendengar ucapan sang papa yang tidak pernah mengerti di posisinya.“Namanya juga anak muda, Pah, pasti ada galau-galaunya gitu,” sahut Karmila sambil duduk di samping suaminya yang sedang sibuk menyantap sarapan pagi.Zoya masih sibuk mengaduk nasi gorengnya sampai-sampai nasi berubah tekstur menjadi lembek.“Dimakan itu sarapannya nanti kelaparan baru tahu rasa.” Heros terus saja ber
“Lo ngapain sih pake acara ngajak jalan gue,” omel Zoya pada saat gadis itu masuk ke mobil Kevin.Kevin yang kena omel hanya bisa cengar cengir menampilkan deretan giginya yang tersusun rapih dan putih.“Ketawa lo?” Zoya menatap Kevin sinis. Ketika berada di dekat Kevin membuat Zoya naik darah sehingga bawaannya selalu saja emosi.“Ya ampun emosi banget, Mbak, lagi PMS, ya?” meskipun sudah melihat Zoya sangat kesal tetapi tidak membuat Kevin mengurungkan niatnya untuk menggoda. Wajah Zoya yang ditekuk membuat Kevin gemas sendiri saking gemasnya ingin mencubit pipi Zoya yang cukup gembul.“Lo akhir-akhir ini banyak makan ya?” tanya Kevin.“Emangnya kenapa?” Zoya langsung melihat kearah perutnya ia hanya memakai tanktop di atas pusar dan di tambah jaket untuk menutupi bahunya. Pantas saja Kevin tanya seperti itu ternyata perut Zoya terlihat bergelambir. Buru-buru Zoya menutupi perutnya.“Iya tau kok gue gemukan,” kata Zoya, sewot. “Emangnya kenapa sih kalo gue gemukan? Masalah buat hidu
“Kemana perginya laki-laki menyebalkan itu?”Zoya berdiri di depan pintu kamar hotel yang baru saja ia dapatkan kuncinya dari resepsionis, namun sejak makan siang tadi Kevin tidak kelihatan batang hidungnya pikiran buruk Zoya mulai berkeliaran. Apakah Kevin sengaja meninggalkan dirinya di hotel ini karena telah menjualnya kepada pria hidung belang? Sontak Zoya langsung menggelengkan kepala menghilangkan pikiran buruk itu dari otaknya. Zoya kembali berpikir mencari ide cerdik untuk melumpuhkan pria hidung belang yang sudah membelinya. Ia harus kabur dan membalaskan dendam karena Kevin sudah menjualnya.“Memangnya dia pikir gue ini perempuan seperti apa? Seenaknya ninggalin gue sendirian di sini. Awas saja, kalau memang benar dia menjual gue ke lelaki hidung belang, siap-siap saja dia akan gue jual ke Tante-Tante dengan harga murah.” Zoya terus mengomel wajahnya semakin ditekuk sehingga menyita perhatian orang-orang di sekitar yang melihatnya.Zoya menatap bimbang kunci kamar hotel yang