Beberapa hari setelah mengetahui Mila hamil, Waldi pun memutuskan untuk menggelar tasyakura kecil-kecilan sebagai rasa syukur karena sudah diberi kepercayaan oleh Allah untuk menjaga calon malaikat kecil mereka. Ke dua orang tua Waldi pun juga sudah tahu, seperti biasa respon mereka tidak sama yang antusias hanyakah Jeff—papa Waldi.Sekarang rumah Waldi di penuhi oleh orang-orang yang merupakan tetangga yang sudah menghadiri acara yang yang digelar Waldi.“Mau kemana sayang?” tanya Waldi saat melihat Mila ingin keluar dari kamar. Setelah tahu Mila hamil, Waldi menjadi sangat hati-hati dan memperhatikan setiap langkah istrinya. Sampai-sampai acara mau pergi keluar kota karena ingin membuka cabang perusahaan baru pun Waldi memilih tidak ikut dan digantikan oleh tangan kanannya.“Mau keluar ambil minum,” jawab Mila berjalan dengan sangat pelan. Sejak tadi tenggorokannya terasa sangat kering, wajar saja hampir seharian penuh Mila di dalam kamar dan semua orang sedang sibuk menyiapkan acar
Zoya terlihat sedang santai di pinggir kolam renang yang ada di rumahnya. Perempuan itu hanya memakai bikini untuk menutupi area sensitifnya seluruh tubuhnya sudah basah karena baru selesai berenang. Hari kosong seperti ini memang sering Zoya habiskan untuk berenang di temani segelas jus jeruk yang menyegarkan.“Ya ampun anak satu ini.” Karmila menggelengkan kepalanya saat melihat putrinya sedang duduk santai dengan pakaian yang sangat minim. Untung saja di rumah hanya ada dirinya dan juga Zoya.“Kenapa, Mah?” tanya Zoya sambil meletakkan gelas yang berisi jus jeruk itu ke atas meja.“Sudah berkali-kali Mama bilang kalau habis selesai berenang dibalut handuk tubuhnya.” Karmila mengonel sambil berjalan ke arah Zoya.“Mama ini tidak tahu definisi pakaian berenang.”“Mama ke sini Cuma mau bilang kalau kita satu keluarga dapat undangan.”“Undangan apa? Pernikahan? Siapa yang menikah Mah?”“Bukan undangan pernikahan, tapi kita di undang ke acara tasyakuran kehamilan Mila istri Waldi.”Zoya
Ke esokan harinya ….Zoya masih terlihat sedih setelah menghadiri acara tasyakuran di rumah Waldi, gadis itu lebih banyak diam tidak seperti biasa seperti pagi ini. Di saat sarapan biasanya Zoya akan heboh dengan menu makanan yang dibuat sang mama selalu sama setiap hari, tapi kali ini mulutnya bungkam bahkan makan pun tidak selera.“Kamu ini lagi mikirin beban hidup apa sih, Zoya? Suami belum ada, anak apa lagi. hidup kamu masih sepenuhnya Papa dan Mama yang menanggung bahkan cuci baju pun kamu tidak pernah melakukannya,” celetuk Kasen gemas sendiri melihat putrinya sejak tadi diam.Zoya berdecak kesal mendengar ucapan sang papa yang tidak pernah mengerti di posisinya.“Namanya juga anak muda, Pah, pasti ada galau-galaunya gitu,” sahut Karmila sambil duduk di samping suaminya yang sedang sibuk menyantap sarapan pagi.Zoya masih sibuk mengaduk nasi gorengnya sampai-sampai nasi berubah tekstur menjadi lembek.“Dimakan itu sarapannya nanti kelaparan baru tahu rasa.” Heros terus saja ber
“Lo ngapain sih pake acara ngajak jalan gue,” omel Zoya pada saat gadis itu masuk ke mobil Kevin.Kevin yang kena omel hanya bisa cengar cengir menampilkan deretan giginya yang tersusun rapih dan putih.“Ketawa lo?” Zoya menatap Kevin sinis. Ketika berada di dekat Kevin membuat Zoya naik darah sehingga bawaannya selalu saja emosi.“Ya ampun emosi banget, Mbak, lagi PMS, ya?” meskipun sudah melihat Zoya sangat kesal tetapi tidak membuat Kevin mengurungkan niatnya untuk menggoda. Wajah Zoya yang ditekuk membuat Kevin gemas sendiri saking gemasnya ingin mencubit pipi Zoya yang cukup gembul.“Lo akhir-akhir ini banyak makan ya?” tanya Kevin.“Emangnya kenapa?” Zoya langsung melihat kearah perutnya ia hanya memakai tanktop di atas pusar dan di tambah jaket untuk menutupi bahunya. Pantas saja Kevin tanya seperti itu ternyata perut Zoya terlihat bergelambir. Buru-buru Zoya menutupi perutnya.“Iya tau kok gue gemukan,” kata Zoya, sewot. “Emangnya kenapa sih kalo gue gemukan? Masalah buat hidu
“Kemana perginya laki-laki menyebalkan itu?”Zoya berdiri di depan pintu kamar hotel yang baru saja ia dapatkan kuncinya dari resepsionis, namun sejak makan siang tadi Kevin tidak kelihatan batang hidungnya pikiran buruk Zoya mulai berkeliaran. Apakah Kevin sengaja meninggalkan dirinya di hotel ini karena telah menjualnya kepada pria hidung belang? Sontak Zoya langsung menggelengkan kepala menghilangkan pikiran buruk itu dari otaknya. Zoya kembali berpikir mencari ide cerdik untuk melumpuhkan pria hidung belang yang sudah membelinya. Ia harus kabur dan membalaskan dendam karena Kevin sudah menjualnya.“Memangnya dia pikir gue ini perempuan seperti apa? Seenaknya ninggalin gue sendirian di sini. Awas saja, kalau memang benar dia menjual gue ke lelaki hidung belang, siap-siap saja dia akan gue jual ke Tante-Tante dengan harga murah.” Zoya terus mengomel wajahnya semakin ditekuk sehingga menyita perhatian orang-orang di sekitar yang melihatnya.Zoya menatap bimbang kunci kamar hotel yang
“WHAT! Maksudnya apa ini?” tanya Zoya sambil memperlihatkan isi berkas yang ada di dalamnya.“Tinggal pilih aja mana yang lo suka. Masalah harga nggak usah dipikirin, itu biar jadi urusan gue,” kata Kevin, santai.“Dekorasi pernikahan? Maksudnya apa?” Zoya masih bertanya-tanya dengan mata yang melotot. Melihat contoh gambar dekorasi pernikahan membuat gadis itu semakin bingung.“Iya, tinggal pilih aja, sayang, apa susahnya sih?”Zoya tidak segan segan melempar lembaran gambar itu ke wajah Kevin. Zoya tidak terima karena Kevin seperti mempermainkannya.“Udah berapa kali gue bilang, gue nggak sudi nikah sama lo! Gue harus bilang ke Papa.” buru-buru Zoya mengambil ponselnya untuk menelpon sang papa.“Halo, Pah, ini maksudnya apa ya? Kenapa Zoya disuruh buat milih dekorasi pernikahan? Memangnya sejak kapan Zoya setuju kalau mau nikah sama Kevin?” Zoya langsung marah-marah sama papanya melampiaskan rasa kecewa di hatinya.“Apa sih sayang, kenapa marah-marah begitu? Kan bisa baik-baik bicar
“Woy, bangun! Lo nggak laper?” Kevin mengguncang punggung Zoya yang sedang tidur lelap. Sontak gadis itu langsung terbangun dari mimpi indahnya saat merasakan guncangan yang cukup keras kepada tubuhnya.Zoya menoleh lalu berdecak kesal saat mengetahui siapa manusia yang sudah berani mengganggu jam tidurnya.“Enak lo ya bisa tidur nyenyak di sini sementara calon suami lo lagi sibuk panas-panasan buat mempersiapkan pernikahan kita,” sindir Kevin sambil duduk di kursi yang ada di dekat candela.Zoya menatap Kevin penuh kebencian. “Siapa juga yang mau nikah sama lo? Lonya aja yang kurang kerjaan udah tahu gue nggak mau nikah sama lo, dipaksa terus.”“Nggak usah bawel, makan tuh gue udah bawain lo makan.”Zoya menatap ke arah meja di mana makanan itu berada. Melihat bungkusan yang berisi makanan itu membuat cacing-cacing di perut Zoya meronta minta diisi.“Nggak usah gengsi, laper tinggal makan dari pada perut lo sakit,” kata Kevin, masih memperhatikan Zoya yang menatap makanan itu tanpa b
Pukul 22.00Guncangan pesawat membuat para penumpang panik dan kebingungan. Semua orang mencoba untuk menyelamatkan diri sendiri, memakai pengaman yang sudah di sediakan oleh pihak maskapai. Begitu juga dengan Waldi, namun pesawat yang semakin tidak bisa di kendalikan membuat semuanya berantakan. Badan terhantam ke sana ke mari. Teriakan minta tolong, takbir, tangis, dan jeritan seakan memekakkan telinga.Pagi harinya ….Mila baru saja selesai mandi dan langsung pergi ke dapur untuk membantu umi dan mama mertuanya masak, namun langkah Mila berhenti pada saat wanita itu melihat ke dua wanita paruh baya sedang duduk lemas di kursi meja makan.“Mama sama Umi kenapa kok wajahnya terlihat pucat?” tanya Mila penuh rasa penasaran. Mila duduk di salah satu kursi yang tidak jauh dari ke dua wanita paruh baya itu duduk.“Kami tidak apa-apa kok, Mila, sebaiknya kamu istirahat saja biar sarapan paginya kami yang buatkan,” kata Irana, mencoba tersenyum dan menutupi semua.Mila menggeleng, ia meras