Share

Sudah Klik

Author: Najma A
last update Last Updated: 2022-04-27 12:01:13

Ruang tamu senyap di hari Minggu ini, tumben sekali. Rafa, adikku masih bergelut dengan selimutnya saat aku periksa kamarnya tadi. Padahal biasanya, sudah rame dengan kesibukannya mencuci sepatu di pagi Minggu. 

Sedangkan aku, baru saja menyelesaikan acara mencuci baju bertumpukku dan telah usai menjemurnya di belakang rumah. Saat aku menyapu ruang tamu, kulihat Bapak tampak merenung. Membuatku akhirnya mendekat dan ikut duduk, lalu menyalakan televisi.

"Tumben televinya nggak dinyalakan Pak, malah melamun," aku berkomentar sambil memencet remote. Memindah-mindah channel televisi.

"Kamu dan Alvin gimana perkembangannya?" tanya Bapak tiba-tiba tanpa menanggapi perkataan ku. Ah, kenapa sih, Bapak sepertinya sudah kesengsem sama Alvin, sampai terus memikirkan pria itu.

"Loh kok tiba-tiba tanya itu Pak, kemarin kami udah ketemu. Dan ya, aku tetep sama. Nggak bisa," jawabku sekenanya. Karena memang, akan sangat konyol jika aku menerima tawaran Alvin.

Memang bener, mau dipaksa atau diiming-imingi apapun oleh Pak Alvin, aku enggak akan sudi menikahi pria itu. Terlepas dari bagaimana tampannya dia, atau terkenalnya dia, seperti yang dikatakan Tiara kemarin. Tetap saja, keputusanku tidak bisa diganggu gugat. Tolong Pak, jangan membuat anakmu menjadi gamang dan tak nyaman.

"Bapak harap, kamu bisa menikah sama Alvin Nak. Mana laki-laki yang kata kamu mau kamu kenalkan?" tanya Bapak seperti menginterogasi walau tatapan matanya lembut. 

"I-iya aku nggak pengen buru-buru. Lagian, dia belum lulus juga," ucapku sambil membuang pandangan ke arah lain, daripada menatap harapan di mata Bapak.

Aku memang tipe orang yang tidak suka di desak untuk apapun itu. Hanya karena tidak ingin mengambil langkah yang keliru sehingga dikemudian hari, membuatku menyesalinya. 

"Emang, kenapa kamu nggak mau sama Alvin? kurang ganteng? kurang baik? kurang kaya? atau kurang apa?" tanya Bapak lagi. Benar-benar, aku tidak habis pikir lagi. Omongan manis apa yang membuat Bapak sangat klik dengan pria itu.

Aku menggaruk kepala, bukan seperti itu Pak. Alvin itu laki-laki idaman semua wanita kayaknya, di kampus. Tapi, aku masuk dalam salah satu wanita yang tak memimpikannya. 

"Enggak pak, dia itu bagi kebanyakan wanita ya mendekati sempurna. Cuma, aku nggak ada perasaan apapun Pak, nggak lebih dari sekedar mahasiswa dan dosennya," jelasku. Memang begitu, aku tidak ada perasaan apapun padanya, tidak lebih dari sekedar Dosen dan mahasiswanya.

Ditambah, dia itu nyebelin. Dan beraninya ngajak aku nikah kontrak. Dasar oppa!

"Bapak nggak tau kriteria kamu harus setinggi apa. Tapi pesan Bapak, agar kamu jangan berekspektasi untuk dapat pria sempurna, karena itu tak ada. Kelak, sebagus apapun pria di matamu, dia akan kelihatan juga aslinya ketika sudah bersama dalam satu rumah," jelas Bapak dengan mimik serius.

Makanya itu Pak, sebelum nikah aja udah nyebelin, maksa, gitu apalagi setelah nikah. Bukan berarti aku mencari yang sempurna, karena mustahil ada manusia seperti itu. Makanya biasa orang menyebutnya insan, manusia, sifatnya lemah, memiliki banyak keterbatasan. Walau diluar kaya, ganteng, harum, tapi di dalam rumah bisa jadi belekan terus karena jarang mandi, bau karena keringatnya bejibun, dan kalau tidur ngorok terus. Ya 'kan?

"Amel paham Pak, usaha Bapak selama ini untuk bahagiain aku. Memang udah saatnya, aku membalasnya, walau nggak mungkin bisa. Maafkan Amel, yang nggak bisa nururutin apa kata Bapak. Amel harus mempertimbangkan hal besar ini baik-baik, bukan Amel nggak mau nurut Pak," timpalku. Televisi yang menyala sudah tidak fokus lagi aku lihat, malah benda persegi panjang besar itu yang sepertinya mengamati percakapanku dengan Bapak.

"Pikirkan baik-baik. Kamu baru ketemu beberapa kali saja dengan Pak Alvin, mungkin nggak mengenalnya begitu baik. Sedangkan Bapak, sangat mengenalnya." Bapak masih berusaha meyakinkan aku, dengan embel-embel sudah mengenalnya. Sedalam apa emang Bapak mengenal pria bernama Alvin Mahendra itu?

"Aku penasaran, gimana kalian saling mengenal? sampai Bapak kekeh untuk aku nerima Pak Dosenku itu," tanyaku penuh selidik, menatap Bapak dengan tatapn menyipit.

"Biarkan dia cerita sendiri sama kamu. Yang jelas, sebagai laki-laki juga, Bapak dapat melihat bagaimana cara dia nanti memimpin rumah tangga," balas Bapak tenang. Senyuman terbit di wajahnya, membuat aku penasaran saja.

Aku menatap mata Bapak yang penuh keseriusan. Gamang itu akhirnya hadir. Benarkah pendapat Bapak tentang Alvin itu? atau Bapak sebenarnya sudah terkena tipu oleh manipulasi kebaikan yang dilakukan dosen nyebelin itu? Ya Tuhan, semoga Bapak sadar. Kalau aku katakan Alvin akan menikahi ku hanya satu semester, apa yang akan Bapak lakukan? tapi, pertanyaannya, Bapak bakal percaya atau tidak dengan perkataan ku?

Aku menatap gelas yang berisi buah mengkudu yang sudah direbus itu hingga cairannya sedikit keruh. Kebiasaan Bapak kalau sedang merasa lelah fisik, meminum itu. Pagi ini Bapak terlihat kurang sehat juga, aku baru sadar saat ternyata gerobak nasi goreng masih dalam keadaan kosong, saat aku pergi ke halaman rumah untuk menengok si kelinci imutku.

"Bapak nggak jualan hari ini?" tanyaku sembari masuk ke dalam rumah lagi. Bapak masih dalam posisinya, duduk di ruang tamu, dengan sesekali menyeruput ramuan herbalnya.

"Jualan, tapi sore nanti. Pagi ini, Bapak ada agenda sama Alvin," balas Bapak.

"Loh? ngapain Pak? ngedate gitu?" tanyaku terkaget-kaget. Oh no, jangan sampai mereka berdua semakin dekat. Atau memang keduanya sudah dekat sangat lama? ah aku tertingal info ternyata. Bisa-bisa, permintaan Alvin waktu itu, adalah bagian dari rencana mereka. Bukan sekedar nazar doang? atau jangan-jangan Alvin penggemar rahasiaku sedari lama?

Ah tidak mungkin.

"Kamu cemburu Nak?" tanya Bapak dengan senyum.

"Ya bukan, aneh banget bapak dan Pak Alvin tiba-tiba kayak rekan kerja? rapat kah?" tanyaku lagi. Mengulik jawaban.

"Kamu nggak usah tahu. Nanti, tahu sendiri." Seolah Bapak sengaja membuatku penasaran.

"Jangan bilang Bapak lagi carikan penghulu? atau cari gaun pengantin sama Pak Alvin?" Aku menatap curiga sambil melipat tangan di depan dada.

Terlihat deretan gigi Bapak yang masih rapi. Lalu sekian detik kemudian terbatuk.

"Menurutmu?" Bapak malah balik bertanya, membuatku sebal, namun pura-pura saja.

"Ih Bapak."

"Kamu pikirkan baik-baik lagi ya. Kalau kamu nggak percaya, coba kalian saling kenal satu sama lain dulu. Setelah mantap, kamu langsung bilang sama Bapak, karena makin lama, nanti nggak bagus untuk hubungan kalian. Jadi, harus di segerakan."

Pak, aku harap, Bapak tidak menikahkanku secara tiba-tiba. Aku membatin sendiri, khawatir ketika aku membuka mata di pagi lusa, ternyata statusku sudah berubah menjadi istri. Ya enggak sah lah, enggak rela dunia akhirat.

Tanganku masih sibuk mempacking sekitar sepuluh hijab pesanan dari anak-anak kampus. Alhamdulilallah, setelah aku gencar promosi, ada orang-orang yang penasaran dengan produk hijab desain aku sendiri walau apa adanya.

Tapi, notifikasi w******p yang bukan dari konsumen itu, membuatku melirik malas. Pak Alvin, sudah berani mengirim pesan padaku secara pribadi, dan isinya sangat membuat nafasku tersengal.

From : Pak Alvin 

[Angkat telpon saya]

Ponselku berdering, tertera nama dia diatas layarnya. Dengan berat hati aku mengangkat. Sengaja ku loudspeaker, agar telingaku tak dekat-dekat dengan nama yang ada dilayar itu. Khawatir merasa nyaman dengan suaranya, eaak.

[Bapakmu bahkan setuju pernikahan diadakan satu hari setelah kamu bilang acc]

[Apa sih maksud Bapak? acc apaan huh? saya nggak sedang konsul skripsi loh]

[Jangan pura-pura bego. Nanti kebablasan]

[Kasar sekali Bapak] 

Aku berkata dengan sarkas.

[Iya maafkan saya. Tadi, aku ketemu sama Bapak kamu. Dia malah yang minta aku terus bujuk kamu Mel]

[Tetep nggak mau. Pak, tolong jangan jadi toxic ah, mengganggu banget. Maaf loh saya ngomong gini, karena hati saya udah nggak nyaman. Tolong ngertiin]

[Ya saya ngerti. Cuma, apa Bapakmu bisa ngerti? kecuali kamu udah bawain calon yang kamu maksud]

Duh, Bapak pasti cerita semuanya ke Pak Alvin.

[Itu cuma alasan aja, biar Bapak nggak maksa saya untuk nikah sama Pak Alvin]

[Besok matkul saya 'kan? nanti ada yang mau saya bicarakan setelah selesai pembelajaran]

[Kalau tentang nikah, saya berhak menolak dong? ranah pribadi 'kan ya? jadi, saya skip aja].

Aku berkata enteng.

[Jangan di skip, calon istri]

balasnya terdengar meledek. Setelah itu, sambungan di putus secara sepihak. Bukan olehku, tapi olehnya. Kurang ajar nih si dosen.

Aku memencet tombol calling lagi, dan tak lama, Pak Alvin mengangkatnya.

[Apa? Rindu ya, padahal barusan nel-]

Tuuut tuuut! 

Segera saja aku memencet tombol merah di layar, dan panggilan telpon pun berakhir.

"Hahaha, rasakan di putus secara sepihak!" Aku tertawa-tawa karena bahagia bisa membalas kelakuan Pak Alvin itu.

Menjijikan sekali ini dosen, anak siapa sih? oh, jangan-jangan anak salah satu dosen pembimbing yang minta bibir sama anak bimbingannya itu? parah banget sih, enggak ada akhlak. 

komen dong biar otor semangat lanjutin ceritanya😘 komen apa aja dah, yang penting ramein ini ceritaa

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
pak.... mmg bpk knal Alvin... laki2 fave bpk ngajk nikah kontrak k ank Bpk... lKi cam mn itu... mpermainkn ikatan suci... huuufffftttt
goodnovel comment avatar
Weni Yolanda Sari
ceritanya santai abiisss...sukak lah
goodnovel comment avatar
galih pramudya
suka juga.. ceritanya enjoy yaa.. g berat.. siip lanjut yaa thor..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dinikahi Dosen   Deg-deg ser

    Sudah kuduga, berdalih karena tugas yang ditimpakan kepadaku, si dosen itu jelas memanfaatkannya untuk mengobrol tentang 'itu' lagi. "Saya udah bilang, kalau ranah pribadi. Skip, jangan paksa, pelecehan loh." Aku menatap tajam ke arahnya. "Heh, ngomong sembarangan. Saya laki-laki baik, tau etika dan tata krama, bahkan sumpah profesi saja saya hafal. Masa melecehkan mahasiswa, pantang lah." Dia mengibaskan tangan, balas melotot padaku. "Ya habisnya, Bapak maksa sih." Aku menyilangkan tangan di depan dada. Tak lama, waiters datang membawa dua minuman yang sudah kami pesan sebelumnya. "Saya cuma minta tolong kamu, karena minggu depan saya ada dinas keluar kota. Jadi, untuk pengumpulan tugas resume, dikumpulnya di kamu. Harus tulis tangan sendiri, enggak boleh diwakilkan. Mahasiswa itu pinter, tapi suka begoin dosen." Kalau enggak ada maksud, cuma memberi tugas doang, lah kenapa juga harus di cafe seperti ini. Seperti lagi kencan aja. "Iya lagian dosennya mau aja sih di begoin. Udah

    Last Updated : 2022-05-21
  • Dinikahi Dosen   Ngajak Duluan

    Apa dia bilang? otakku mendadak sulit mencerna. Maksudnya, dia mau ngelamar aku gitu?"Saya bisa aja datang ke rumahmu. Untuk tujuannya, silaturahmi atau lebih, nanti saya putuskan," jelasnya, membuat sudut bibirku tertarik mau tak mau. Walau belum pasti kunjungan itu lamaran, tapi rasanya hatiku sudah berdebar-debar kencang mendengarnya."Maksud Kakak, ngelamar aku gitu?" tanyaku memastikan. Jangan sampai aku cuma ngehalu saja, 'kan kalau enggak kesamapaian, sakit."Mungkin." Dia seperti menahan senyum, dan itu sungguh manis. Oh, ini berita gembira bagiku, ternyata selama ini Ramdan memiliki perasaan padaku. Tuhan, terimakasih atas nikmat yang telah engkau beri padaku, bahkan saking sayangnya kau padaku, cintaku saja kau sampaikan pada hatinya Kak Ramdan."Kakak suka sama aku selama ini?" tanyaku dengan nada riang, hampir-hampir gigiku keliatan semua saking senengnya. Untung aja udah sikat gigi dan mandi pagi."Ya pasti suka. Kalau enggak, ya mungkin kita nggak ngobrol senyaman ini."

    Last Updated : 2022-05-21
  • Dinikahi Dosen   Harga Mahar

    Tidak membutuhkan waktu lama untuk menunggu waktunya sidang skripsi. Ramdan dibalik kelembutannya memang memiliki semangat baja, enggak salah aku memilih dia sebagai calon imam masa depan.Sesuai jadwal sidangnya, hari ini aku ikut menjadi salah satu peserta yang akan menonton dan mengamatinya dari kejauhan. Melihat wajahnya yang biasa tersenyum, tampak sedikit berkeringat dan serius mempertahankan argumentasinya di depan para penguji.Ramdan, adalah jurusan pendidikan agama Islam, membuat dia benar-benar seperti tengah berkhotbah di depan sana. Aku semakin dibuat kagum oleh wawasan agamanya itu. Semoga, dia lulus dengan hasil memuaskan."Kak Ramdan udah mirip ustadz aja," komentar Tiara yang juga menatapnya kagum.Aku mengelap wajahnya, memperingatkan dia agar tidak menatapnya begitu. "Awas, tatapanmu nanti bikin wajah dia bolong."Tiara berdecak, mungkin sebal. "Haduh, belum juga jadi istri, udah ngelarang-larang cewek lain liatin Ramdan. Huh.""Lagian, kamu natapnya ala-ala pelakor

    Last Updated : 2022-05-21
  • Dinikahi Dosen   Sudah Mentok

    Akhirnya, aku membiarkan Pak Alvin mengikutiku hingga ke toko kain langgananku. Bodo amatlah sama tingkahnya itu, sepanjang tidak menghambat perjalananku.Sesampainya di tempat, aku langsung bergerak ke dalam toko tanpa menunggu Pak Alvin memarkirkan mobilnya. Mataku langsung cerah rasanya karena disuguhkan berbagai model kain beserta harga terjangkau yang tertera di atasnya. Itulah kenapa, toko ini menjadi langganan ku. Selain kainnya yang berkualitas, dari segi harga juga begitu ramah dikantongku.Terlihat juga ada dua orang ibu-ibu yang sibuk memilih kain sambil berbincang di bagian ruangan 1. Aku langsung bergerak ke bagian ruangan dua, tempatku biasa menemukan kain polos dengan berbagai warna."Oh, jadi ini toko kain langgananmu?" tanya Pak Alvin, entah sejak kapan pria itu sudah berhasil menyusulku hingga kesini.Aku mengangguk tanpa menoleh ke arahnya, karena mataku memindai kain-kain itu. Minggu ini, aku sebenarnya hanya memerlukan kain berwarna pastel dan tosca, namun tak sa

    Last Updated : 2022-05-21
  • Dinikahi Dosen   Terima Lamaran

    Mataku masih setia menatap langit malam. Membuka tutup ponsel tanpa ada yang ku hubungi. Hanya satu harapanku adalah, Ramdan segera mengirim pesan. Kesibukan apa sebenarnya yang membuat pria itu tidak membalas pesan dariku terakhir kali.Sudah dua minggu semenjak pesan itu dikirimkan, bahkan produk hijab pesanan konsumenku sudah hampir jadi. Belum ada tanda-tanda kedatangan tamu ke rumah. Aku mencoba mengingat lagi perkataanya tempo hari, barangkali aku hanya salah menafsirkan. Ramdan, tidak benar-benar akan datang melamar. Tapi, entah mengapa, kesimpulan yang datang adalah dia telah memberi harapan padaku.Ting!Reflek, mataku turun ke layar ponsel. Nama yang membuat jantungku meledak-ledak nampak disana. Akhirnya.[Besok, bisa ketemu?] tanya Kak Ramdan lewat pesan WhatsApp[Bisa Kak, dimana?] tanyaku. Walau sedikit kecewa, mengapa enggak secara langsung saja datang ke rumahku sekalian membicarakan perihal lamaran itu.[Di perpustakaan, maaf ya kemarin enggak sempet balas pesan kamu

    Last Updated : 2022-05-21
  • Dinikahi Dosen   Kesambet

    "Saya terima lamaran Bapak." Aku berkata dengan mantap membuat Pak Alvin terlihat kaget. Ia menatapku seperti mengatakan 'kesambet setan kamu?'"Dari awal saya sudah duga, kalau akhirnya kamu terima saya," ucapnya bangga. Dia tertawa pelan memperlihatkan deretan giginya sambil menyilang tangan di depan dada."Saya memang enggak ingin main-main dalam pernikahan. Kalau Bapak ingin main-main nantinya, jangan sakiti orang-orang di sekitar saya," jelasku serius. Ya, bukan ingin siapapun menikah untuk sementara, lalu cerai dengan membawa luka. Pasti itu, kebanyakan suami dan istri yang cerai, pasti ada masalah didalamnya. Hanya saja, keduanya bisa setidaknya meminimalisir konflik dengan cerai dengan cara baik-baik. Walau aku meragukan 'cara baik-baik' itu yang ternyata 'cerai yang berati pisah'. Seharusnya cara baik-baik dalam menanggulangi masalah di rumah tangga 'kan ya solusi yang baik dan tidak membuat suami istri pisah. Tapi ini kenapa harus cerai yang menjadi cara itu."Saya enggak s

    Last Updated : 2022-05-21
  • Dinikahi Dosen   Tanggal Nikah

    Aku bangun dengan peluh yang membanjir serta dada yang mendadak kesal. Bagaimana tidak sebal, aku bukan sedang mimpi hantu, zombie, apalagi mimpi song jong ki. Tapi, mimpiin Kak Ramdan yang lagi tersenyum bersama cewek lain di pelaminan. Ya, cewek yang berani merebut Kak Ramdan, padahal aku duluan yang memulai garis startnya."Coba temuin aku sama Ibumu Kak," ucapku kemarin sedikit memaksa. Setidaknya, itu menjadi solusi, agar Ibunya Ramdan tahu aku sebenarnya berlian yang tak boleh ditolak. Ya elah kepedean ya."Ibu sudah sangat mengenal Cahyati Mel. Rumah kami itu hampir berdekatan, selisih berapa rumah aja. Sehari-harinya, Cahyati selalu terlihat lewat di depan rumahku dan menyapa Ibuku kalau mau berangkat ke kampus. Ibuku tuh udah lama kagum sama Yati. Dia itu juga sering ngisi di pengajian Ibu-ibu. Makin kagum lah Ibuku."Duh sebenarnya kamu juga kagum 'kan Kak? tanyaku dalam hati."Ya, buat Ibumu kagum sama aku 'kan nggak sulit Kak? dengan aku rajin-rajin berkunjung ke rumahmu,"

    Last Updated : 2022-05-21
  • Dinikahi Dosen   Malam yang Panas

    Pernikahanku dan Pak Alvin tinggal menunggu waktu. Ketika di kelas mata kuliah dia, teman-temanku untunglah tak berani membuly atau menggoda aku maupun Pak Alvin. Karena Pak Alvin sudah mengancam, barangsiapa yang bawa urusan pribadi ke kelas, termasuk membicarakan perihal hubungan antara dirinya dan aku, dijamin nilainya C.Tapi, kabar buruknya adalah dia yang selalu meminta agar aku bersedia menjemput dan mengantarnya pulang saat ada mata kuliahnya. Dan, aku tentu saja tak bisa menolak, karena dia izinnya pada Bapakku. Argh."Hari ini kelompok berapa yang maju makalah?" tanya Pak Alvin sambil matanya menyapu sekeliling kelas."Kelompok 7 Pak," jawab Arie, si ketua di mata kuliah Pak Dosen."Oke, silakan siapkan. Lain kali, kalau Bapak masuk ke kelas, ppt sudah siap dilayar, jadi pas saya ke kelas, tinggal presentasi aja," jelas Pak Alvin."Siyap Pak!""Setelah nikah Pak Alvin lebih cerah ya auranya," ucap Sindy yang duduk di sebelahku. Aku tersenyum saja menanggapi."Pantes aja si R

    Last Updated : 2022-05-21

Latest chapter

  • Dinikahi Dosen   Akad Mendadak (TAMAT)

    Bagi Amel, peristiwa yang ia alami mendadak ini terasa seperti mimpi di sore hari. Setelah hatinya memantapkan untuk kembali melabuhkan hati pada seseorang, akhirnya kini tubuhnya merela untuk duduk sembari mendengar seorang pria mengucap janji suci.Ketika Amel mengatakan pada sang Ayah bahwa ia telah siap kembali menikah dengan Alvin, sepertinya Haris tidak ingin membuang banyak waktu, selain segera menghubungi pihak KUA untuk menikahkan putrinya yang sudah dua kali gagal menikah. Kini, ia percaya dan penuh harap semoga rumah tangga yang akan dibina oleh dua orang yang ia sayangi itu, akan menemukan bahagia.Sedangkan Alvin, ia juga tidak kalah syok karena setelah Haris kembali ke ruangannya tanpa Amel, pria paruh baya itu mengatakan dengan tegas bahwa akad mendadak akan dilaksanakan sore hari, menjelang Maghrib. Tanpa bisa membantah, Alvin hanya mengiyakan walau dadanya berdebar tidak karuan."Secepat itu," batin Alvin. Ia menatap tubuhnya sendiri yang masih dalam keadaan belum pul

  • Dinikahi Dosen   Takut Gagal Lagi

    "Kamu belum bisa melupakan Ramdan?” lirih Haris, wajahnya terlihat sedih. Amel menghela nafas, ia tahu, Ayahnya sedang berusaha membujuknya.“Bukan begitu Pak."“Terus apa alasan kamu? Karena dia kekurangan fisik?” tanya Haris memastikan. Ia tahu, pasti berat bagi putrinya yang tiba-tiba ditawarkan seorang pria yang kekurangan secara fisik.“Bukan itu juga. Begini Pak, walau Pak Haikal itu kekurangan fisik, apa dia mau sama aku? Janda dua kali ini? Ck, aku rasa perjaka semacam dia, enggan. Pasti mencari perawan,” jelas Amel sembari menggelengkan kepalanya. Ia sadar diri, sebagai seorang janda, tentu tidak percaya diri menikahi seorang pria yang benar-benar baru, belum pernah menikah sama sekali. Apalagi, Haikal cukup tampan dan cerdas. Ah, Amel tidak bisa membayangkan bisa bersanding dengan pria itu.“Anak Bapak juga masih perawan. Apa lagi yang diragukan?” tanya Haris yang memang tahu, putrinya masih perawan. Bukankah Amel tempo hari menceritakan jika Ramdan tidak pernah menyentuhnya

  • Dinikahi Dosen   Sebuah foto

    Awalnya Amel hendak melipir dan bersembunyi, walau matanya sudah terlanjur bertemu dengan Wati. Pertemuan ini pasti akan terasa aneh. Amel menghirup nafas dalam-dalam, ia tidak boleh terlihat lemah dihadapan dua orang itu.“Untuk apa aku takut bertemu mereka?” batin Amel. Akhirnya ia memberanikan diri untuk tetap tegap dan berjalan lurus ke depan.“Kamu dari tempat Alvin?” tanya Wati langsung setelah ia berhenti di depan Amel.“Iya. Kalian mau berkujung juga?” tanya Amel dengan wajah ramah, melirik sekilas kepada Ramdan yang tampak canggung. Sedangkan Wati, tersenyum sumir, ketika melihat mantan madunya nampak baik-baik saja.“Mereka memang tampak serasi sebagai suami istri,” batin Amel.Wati menganggukkan kepala, “Apa tidak ada yang aneh? Mantan istri mengunjungi mantan suami. Padahal sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Apalagi, kamu baru saja cerai dari Ramdan, kenapa seolah tidak terjadi apa-apa?” sindir Wati tajam. “Pasti ada sesuatu Jangan bilang, setelah ini kamu akan balikka

  • Dinikahi Dosen   Sebuah Surat

    Mengingat sang Ayah tersenyum penuh arti. Amel menjadi kepikiran jika pria paruh baya itu benar-benar akan menjodohkannya dengan Bos Konveksi itu. Haikal.Selama packing hijab pesanan pelanggannya pun, Amel masih tidak bisa tenang. Jangan sampai Ayahnya menawarkannya pada Haikal. Mau ditaruh dimana muka ini? batin Amel.Akhirnya, karena kegalauannya, ia memutuskan untuk sekedar refreshing ke cafe. Bersama siapa lagi, jika bukan Tiara. "Gimana kabarmu? aku liat, pipimu baik-baik aja?" tanya Tiara sembari menyeruput Americanonya.Amel tersenyum masam. "Haruskah aku kurus gara-gara cerai?"Tiara tertawa. "Ya nggak lah. Tapi, mengingat dia pria yang sangat kamu kagumi. Apa nggak susah lupainnya?" tanya Tiara. Ia turut bersedih ketika Amel bercerita padanya via telpon bahwa rumah tangga wanita itu dengan Ramdan telah kandas gara-gara ada orang ketiga. Dan parahnya, orang ketiganya telah hamil."Susah. Cuma, kalau ingat dia telah menghamili wanita lain, aku menjadi sedikit, gimana gitu. Ent

  • Dinikahi Dosen   Bos Konveksi

    Bagi seorang Ayah, akan sangat tidak tega membiarkan putrinya menyimpan luka sendirian. Haris, terus memantau keadaan Amel yang ia tahu, putrinya berusaha terlihat baik-baik saja. Dan Amel, berusaha keras agar Ayahnya percaya.Hari demi hari terlewati, Amel terlihat semakin ceria. Banyak senyum dan tertawa. Tidak ada rona kecewa dan kesedihan di sana. Dan hal itu, membuat Haris justru makin khawatir, takut anaknya menyembunyikan rasa stress yang dialaminya seorang diri.“Rafa! Sarapan!” teriak Amel sambil menggedor-gedor kamar sang adik.Haris yang melihatnya, hanya menatap nanar putrinya. Tidak mungkin, bagi wanita bercerai akan bangkit secepat itu.“Eh Bapak! Ayo makan, kita tinggalin Rafa!” ucap Amel saat ia menolah mendapati sang Ayah yang tengah berdiri dan menatapnya.Haris tersenyum. “Ayo!”Keluarga kecil itu kembali pada rutinitas seperti biasanya. Seperti sebelum Amel di boyong oleh suami ke rumah mertuanya. Pagi-pagi, Amel yang menyajikan berbagai menu makanan. Haris yang me

  • Dinikahi Dosen   Move On

    “Mau kemana kalian?” tanya Melani yang sedang berbincang dengan suaminya. Amel yang masih menitikkan air mata, menyekanya, mengulas senyum namun tidak kuat untuk mengatakan bahwa dia dan Ramdan telah bercerai.“Nak, kenapa kamu membawa koper?” tanya Melani lagi, kini wanita paruh baya itu menghampiri Amel dan Ramdan yang berdiri. “Ramdan, kenapa Amel menangis?” Melani masih terus bertanya. Ramdan menghela nafas.“Kami sudah bercerai Bu,” lirih Ramdan. Amel tersenyum paksa, ia menggenggam tangan Ibu mertuanya yang dingin. Terlihat raut wajah wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya itu begitu terkejut.“Maafkan Amel Bu,” ujar Amel. “Maaf, karena Amel tidak bisa melanjutkan pernikahan ini.”“Ramdan, apa yang kamu lakukan pada Amel?” tanya pria paruh baya. Ayahnya Ramdan.Ramdan yang mendapat pertanyaan penuh intimidasi itu menundukkan kepala, tidak berani menatap sang ayah. “Ada apa sebenarnya ini? Kenapa kalian bercerai?” tanya Ayah Ramdan.“Nanti. Aku akan jelaskan. Ayo.” Ramdan mem

  • Dinikahi Dosen   Poligami

    Amel tidak kuasa menahan tangis. Ia berteriak dengan cairan bening yang terus menetes."Sama. Laki-laki semuanya sama ketika berbohong," batin Amel walau tidak ia suarakan di hadapan Ramdan. Saat di perjalanan menuju rumah Ramdan. Pria itu tiba-tiba mendapat telpon entah dari siapa."Kenapa nggak diangkat Kak? siapa tau penting," ujar Amel yang penasaran mengapa Ramdan tidak mengangkat."Aku lagi mengemudi, takut nggak fokus, apalagi lagi bawa kamu." Ramdan beralasan.Amel mengangguk saja, ia lebih memilih memejamkan mata. Hingga setelah cukup lama ia di posisi begitu, suara dering telpon, kembali terdengar. Namun, ia tetap berpura-pura tidur."Nanti, aku telpon lagi." Sepertinya Ramdan mengangkat telpon, hanya itu yang terdengar oleh Amel.Sesampainya di rumah. Ramdan menyuruh Amel ke kamar lebih dulu, karena pria itu beralasan akan mengecek sesuatu dulu di mobil. Ada yang tidak beres dalam mesinnya. Amel hanya mengiyakan, walau ia tidak benar-benar pergi dari sana."Kenapa menelpon?

  • Dinikahi Dosen   Pengecut

    Amel kembali ke kamarnya, menyisir rambutnya dengan tenang. Ketukan pintu membuatnya segera memakai kerudung lagi. Ia tahu, yang akan datang pasti suaminya.“Gimana keadaan kamu?” tanya Ramdan yang langsung berjalan mendekat, lalu memeluk Amel dengan erat dan mengelus punggung wanita itu.“Aku sudah baikkan Kak. Tadi habis di lap sama Ibu. Oh ya, Bapakku katanya udah siuman. Yuk, jenguk ke sana dulu,” ajak Amel dengan senyum mengembang, seolah tidak ada apapun yang terjadi. Ia memang pengecut, coba saja tadi langsung melabrak Wati dan Ramdan, namun, itu hanya khayalan di kepalanya. Menegur mereka, bukanlah pilihan yang tepat sementara ini.Ramdan mengangguk, ia lalu menggandeng tangan Amel. “Rafa sekolah ‘kan?” tanya Amel saat mereka berjalan beriringan di lorong rumah sakit. Ramdan mengangguk.“Awalnya dia mau aku boongin kamu, minta izin nggak sekolah. Tapi karena kamu, aku nggak biarin dia,” ucap Ramdan terkekeh mengingat rayuan Rafa padanya, untuk izin tidak masuk sekolah, namun i

  • Dinikahi Dosen   Merasa Bersalah

    "Sedari kami SMA. Aku mengenal dia dengan sangat baik. Entah mengapa dia tidak mengenalkan aku padamu. Kalau saja kita tidak bertemu secara tidak sengaja di tempat konveksi, mungkin kamu tidak bakal tau tentang hubunganku dengan Alvin," jelas Haikal, lalu menatap ke arah Alvin lagi, ia mengerti wanita disampingnya tidak nyaman ditatap olehnya seperti tadi.Bukan tanpa alasan, hanya saja seorang Haikal merasa heran apa sebenarnya keistimewaan seorang Amelia hingga Alvin mau berkorban untuk wanita yang telah bersuami itu."Kamu mungkin dulu bukan orang yang pantas tahu cerita hidupnya. Tapi, melihat fakta perasaannya padamu saat ini, rasanya kamu harus tahu. Dia anak broken home. Bapaknya menikahi wanita lain, saat Ibunya sakit. Dia menjadi anak yang memberontak, sering kena SP sewaktu SMA. Kamu sudah tau cerita ini?" tanya Haikal. Memastikan, jika Amel belum pernah mendengar cerita tentang Alvin.Amel hanya mengangguk. "Dia akan bercerita pada orang yang ia anggap dekat. Berarti, kamu

DMCA.com Protection Status