Share

Wanita Jalang

Penulis: Najma A
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sonia berjalan mondar-mandir dengan bibir merahnya yang ia gigit. Wajahnya seperti menahan sesuatu. Sesekali kakinya ia hentakkan ke lantai.

 

“Setan apa yang merasuki keponakanku, sampai dia mengatakan hal seperti tadi?” tanyanya geram.

 

“Safir, awas saja wanita jalang itu, nggak akan aku biarkan hidup bahagia di sini.”

 

Sonia mengambil ponselnya di atas nakas, tangannya bergulir mencari kontak seseorang. Dengan cepat, ia menekan tombol Calling, hingga terdengar suara dari seberang.

 

“Cepet ke kamar Ibu!” titahnya. Ternyata Sonia menelpon anaknya sendiri. Ia terlalu malas untuk memanggil langsung ke kamar putrinya yang berada di lantai dua paling ujung itu.

 

“Apa sih Bu? Aku udah ngantuk ini, mau tidur,” keluh Emira yang sudah memakai piyama tidurnya. Wajahnya putih seperti tepung karena masker wajah yang ia kenakan.

“Kei mengusir Ibu.”

 

“Hah? Mas Kei, ngusir Ibu? Gimana bisa?” Emira memelototkan matanya. 

 

“Gara-gara jalang itu. Dia pasti ngadu sama Kei.”

 

“Astaga Bu, kita nggak bisa biarin dia terus di sini.”

 

“Kamu bener, kita harus buat rencana agar dia minggat. Kamu bilang, dia hamil anak El?”

 

“Iya, aku dengar percakapan dia sama Mas Kei. Pasti, itu alasan Mas Kei menikahinya.”

 

“Ck, dasar murahan. Kita singkirkan aja kandungannya, gimana?”

 

“Gimana caranya Bu?”

 

Sonia menyeringai, tentu sangat mudah untuk menghilangkan janin yang ada di rahim Safir. Bahkan ide berlian itu sudah terbesit dalam benaknya saat ini. 

 

Di tempat lain. Seorang pria dengan jaket hitam dan wajah datarnya berjalan ke arah ruangan kerjanya. Sesekali, ia memijat pelipisnya pelan dan langsung mendudukkan diri di kursi kebanggaan bagi sebagian orang sepertinya. Karena dirinya merasa biasa saja jika duduk disana.

 

Ia membaca beberapa dokumen, lantas tangannya mencoret-coretnya. Kembali  beralih ke dokumen lain dan melakukan hal yang sama.

 

Tidak lama, seorang pria berjas hitam dengan rambut gaya udercut masuk ke ruangannya. Wajahnya telihat kuyu, namun garis wajahnya menujukkan bahwa ia tengah memikirkan sesuatu yang berat.

 

“Sean di bunuh, tapi seolah-olah dibuat bunuh diri.”

 

“Sudah aku duga.” Kei menyandarkan punggungnya. Ia lelah dengan semua kerumitan ini, tapi mau tidak mau ia harus menuntaskan semuanya.

 

“Berkas-berkas itu, hilang tanpa jejak. Tapi, dari cctv yang ada, dua orang pria bertubuh besar mengambil alih dokumen itu dari Sean. Dan, kita kehilangan jejaknya.”

 

Habis sudah jalan terakhir untuk membongkar kejahatan dari salah satu kompetitor perusahaannya. Apalagi, musuhnya itu selalu melakukan banyak cara untuk menjatuhkan perusahaan Yamamoto Grup, milik keluraga Yamamoto, Kakeknya Kei.

 

Berkas penting itu, padahal ia dapatkan dengan susah payah dari salah satu perusahaan yang nasibnya sudah di ujung tanduk. Meminta batuan kepada Yamamoto Grup untuk menolong perusahaan mereka yang hampir gulung tikar, namun dengan syarat harus menyerahkan kartu As Alexander Grup. Tapi nyatanya, hal tersebut tidak berjalan lancar. Alexander Grup, memang sudah lama mengincar dokumen itu, namun tidak kunjung mendapatkannya. Hingga, mungkin saja rencana Kei terendus oleh orang-orang mereka dan akhirnya, orang kepercayaan Kei yang harus menanggung kehilangan nyawa.

 

“Aku yakin, berkasnya udah berpindah ke tangan Alexander grup,” lirih Kei. Ia menatap sekretaisnya yang tampak lesu walau berusaha untuk tetap berdiri tegak.

 

“Kamu udah makan malam Sam?” tanya Kei membuat pria yang bernama lengkap Samsuri itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia malu karena tertangkap basah dengan wajah yang telrihat sekali kelaparan. Bagaimana tidak, seharian ini ia menyelidiki seseorang sekaligus harus mengurus jenazah orang kepercayaannya.

 

“Sudah Pak,” balas Sam lirih. “Kemarin,” lanjutnya dengan jujur, membuat Kei menggelengkan kepala.

 

“Sebelum saya izinkan kamu pergi, gimana penyelidikan kamu tentang El?”

 

“Pak El sedang berada di Skotlandia Pak.”

 

“Sedang apa dia di sana?”

 

“Lagi menangani proyek terbaru dengan Alexander grup.” 

 

“Ya udah, kamu boleh pergi.”

 

Pukul dua belas malam, Kei kembali ke tempat kediamannya. Ruang keluarga sudah sepi, semua jendela pun sudah tertutup. Langkahnya pasti menuju kamar miliknya. Saat ia masuk ke dalam, tentu ia mendapati istrinya yang ternyata sudah tertidur tapi dalam posisi tengkurap di bantal. Rambut wanita itu acak-acakan.

 

“Ya, hanya sampai anak ini lahir,” ucap Kei lirih sambil membenarkan posisi kepala sang istri. Setelahnya, ia melepas jaket lalu memposisikan dirinya berbaring di samping wanita yang sebelumnya ia pun tidak pernah terpikirkan untuk mempersuntinnya. Apalagi, wanita itu telah ternoda, oleh saudaranya sendiri.

 

Sebelum subuh tiba, Safir sudah terbangun dari tidurnya. Ia mnengucek pelan matanya dan mendapati sang suami tertidur membelakanginya. Ia menatap punggung itu lama, lalu beralih kepada janin yang kini tumbuh di rahimnya. Air matanya mengalir deras.

 

“Gimana kalau kamu lahir? Siapa Bapakmu Nak?” tanyanya. “Bahkan warisan suamiku saat ini nggak akan pernah jatuh ke tanganmu.”

 

“Jadi, kamu pengen anak itu dapat warisan dariku?” suara berat dan serak itu terdengar. Safir berjengit sesaat.

 

“E-e bukan itu maksudku Mas. Aku hanya—“

 

“Nggak usah naif, semua manusia cinta harta, apalagi wanita sepertimu.”

 

“Mas, jangan samakan aku dengan Tantemu.” Nada suara Safir terdengar tidak terima dengan tuduhan Kei.

 

“Kamu ada masalah apa dengan Tanteku tadi malam?” Tanpa menanggapi perkataan Safir, Kei justru bertanya.

 

“Dia menghinaku.”

 

“Lawan.”

 

"E-eh?"

 

Safir terdiam, ia tidak menyangka jawaban itu keluar dari mulut Kei. Ia kira, suaminya akan memarahi dan membela Tantenya yang bermulut pedas dan gila harta itu.

 

“Kamu nggak marah Mas?”

 

“Untuk apa?”

 

“Aku udah membuat Tantenmu marah-marah.”

“Aku hanya bakal marah, kalau kamu gugurin kandunganmu.”

 

Kei berbalik, netranya menatap Safir dengan tajam, membuat si empu yang ditatap segera membuang wajah. Ia selalu merasa terintimidasi ketika Kei menatapnya begitu. Dengan cepat, ia beranjak dan langsung ke kamar mandi untuk berwudhu. 

 

Ketika basuhan air suci itu sampai ke wajahnya, ia kembali mengingat kejadian malam itu bersama El. Air matanya kembali jatuh, sungguh ia telah menjadi wanita bodoh sampai kapanpun. Menggadaikan ketaatan pada Tuhan untuk menuruti nafsu pria bejat model Elan. Wajarlah, jika Kei pun memandang rendah dirinya. Ya, wanita murahan itulah julukan yang cocok bagi dirinya. 

 

Meja makan itu penuh dengan menu sarapan berbagai jenis roti dan selai yang bervariasi. Tertata begitu rapi bersama deretan gelas susu baik yang putih maupun yang cokelat. Safir sebenarnya tidak ingin satu meja lagi bersama Tante Kei dan anak-anaknya tapi Kei menyuruhnya untuk ikut sarapan bersama.

 

“Apa ada kabar dari El Kei?” tanya Sonia sambil tangannya mengambil seiris roti tawar lalu menabur selai keju di atasnya.

 

“Dia lagi di Skotlandia.”

 

“Benarkah kamu ingin menjual lagi salah satu cabang Yamamoto Grup Kei?”

 

Kei yang sedang menikmati rotinya mendongak menatap Sonia. Ia paling tidak suka membicarakan bisnis di meja makan. Menurutnya, hanya mengganggu rasa dan suasana. Mendadak ia mual.

 

“Nanti kita bicarakan Tante.” 

 

Kei memang menempatkan posisi Sonia di perusahaan sebagai salah satu petinggi di divisi Personalia. Sehingga, tantenya itu selalu ingin tahu perkembangan hubungan antar Yamamoto Grup dengan perusahaan lain atau keadaan cabang-cabang perusahaan Yamamoto yang selama satu dekade, sudah dua yang lepas. Dan, itu ulah dirinya. Betapa murkanya sang Kakek waktu itu saat mengetahui dirinya telah merugikan banyak pihak. Bukan karena apa, Kei melakukan itu tentu ada alasannya.

 

“Kamu belum berangkat ke kantor Mas?” tanya Safir karena setelah sarapan, Kei justru kembali ke kamar.

 

“Jadwal cek kandunganmu kapan?”

 

“Hari ini Mas.”

 

“Siap-siaplah, aku antar.”

 

“Aku bisa sendiri Mas.” 

 

Kei yang tadi menghadap ke kaca lemari berbalik, lalu menatap tajam wanita yang kini tengah menatap ke arahnya juga. “Percayalah, aku nggak bakal hilangin dia,” ucap Safir dan melihat ke arah perutnya. Sebenarnya, ia menolak tawaran Kei karena ingin berkunjung lebih dulu ke rumah temannya yang entah dengan alasan apa, Kei tidak menyukai Fika saat mereka bertemu di acara pernikahan.

Kei berjalan mendekat, membuat Safir memundurkan langkahnya. “Tolong, pakaiakan ini,” katanya sambil menjulukan dasi pada sang istri. 

 

Safir dibuat terkejut, ia kira Kei bakal marah atau memukulnya, ternyata tidak. Hanya meminta tolong memakaikan dasi. “Sudah berapa lama kamu kerja di perusahaan Mas? Masa makai dasi aja nggak bisa.”

 

“Jangan bawel.”

 

“Aku sendiri aja ya Mas.”

 

“Nggak terima bantahan apapun.”

 

“Mas Kei!”

 

“Kenapa? Kamu mau menemui seseorang?”

Safir menghentikan kegiatannya melilit dasi, karena mendadak kesal, ia menarik kasar hingga Kei mengerang karena tercekik. “Kamu mau coba bunuh aku?” sindir Kei tajam.

 

“Aku nggak sengaja, tadi reflek.”

 

Kei menyentl pelan dahi istrinya. “Reflek.” 

Safir hanya mengaduh, lalu mendelik menatap suaminya, tapi ekspresi datar Kei mampu membuatnya hanya diam tak membalas lagi. Sepertinya, jika dilanjut akan panjang urusannya.

 

Rencana bertemu Fika akhirnya gagal. Kei menemani Safir hingga ke rumah sakit untuk chek up kondisi kandungan istrinya yang sudah menginjak dua minggu.

 

“Ada keluhan lain Bu?” tanya dokter saat Safir hanya mengatakan dirinya sering mual di pagi hari. Dan ia sangat benci rasanya melihat nasi yang tersaji di piring. Entah karena makan bersama tante Sonia, atau pengaruh dari janinnya. Tapi, mendengar pernyataan dokter bahwa hal itu adalah salah satu bagian dari syndrom ibu hamil, akhirnya ia hanya bisa pasrah.

 

“Nggak ada dok,” ucapnya. Beda dengan Kei yang sedari tadi terdiam, akhirnya membuka suara.

 

“Udah dua malam dia gelisah terus Dok. Miring kiri, miring kana, terletang dan segala macamnya, sampai saya nggak bisa tidur.”

Safir terlonjak di tempatnya, benarkah dirinya demikian? Tapi, memang ia merasakan juga tidurnya kurang nyaman. 

 

Dokter dengan jambang tidak terlalu lebat itu tersenyum simpul. “Tandanya pengen di belai anaknya Pak.”

 

Safir melotot, sepertinya diagnosa dokter salah. Siapa yang ingin di belai? Anaknya? Oleh siapa? Kei?

 

Kei mengangguk paham dengan wajah biasa aja. “Baik Dok.”

 

Jangan lupa berlangganan ceritanya yaa, komen2 juga hihi

Oh ya pembaca Hijrah Cinta Bryan, cek bab baru tuh, udh aku up

Bab terkait

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Awas Kamu Safir!

    Safir terus terngiang perkataan dokter tadi. Ia melirik ke arah sang suami yang masih fokus menyetir. Namun, kembali ke arah lain saat menyadari Kei menoleh ke arahnya.“Kenapa?” tanya Kei.Safir menggeleng. Ia tidak ingin membahas apapun dengan suaminya. Tiba-tiba ia merasa malu. Jangan sampai, anaknya meminta hal aneh-aneh dan membuat dirinya mati kutu di depan Kei.“Ya Allah, ngiler aku ngeliat rujak.” Safir menggigit bibirnya begitu melewati deretan penjual di pingir jalan. Dan yang menjadi fokus perhatiannya adalah penjual rujak.“Kenapa berhenti?” tanya Safir begitu Kei menghentikan laju kendaraannya.“Kamu pengen rujak?”“Hah? sejak kapan? Nggak.” Safir berkilah, ia membuang wajah ke samping. “Kamu mau ngajarin anakmu pinter bohong huh?” pertanyaan tajam dan pedas itu mengusik Safir, ia menoleh dengan cepat ke arah Kei. “Ibu mana yang tega ngajarin anaknya yang nggak baik?” sentaknya dengan suara naik satu oktaf. Kei mengerti, sang istri mendadak emosi.“Aku cuma tanya tadi.

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pemainan

    Sonia menggeram seperti kerbau yang kebelet buang air. Bibirnya tampak menggerutu. Kejadian beberapa menit lalu membuat wajahnya benar-benar malu, apalagi Kei mengabaikannya. “Emira, kenapa kamu cuma diam aja tadi huh?”“Habisnya Emira takut, kalau ada Mas Kei," cicit Emira dan langsung duduk di ranjang sang Ibu.“Tapi ‘kan setidaknya kamu cari cara biar Safir yang disalahkan. Ini, Ibu yang malu dan Kei pasti benar-benar akan mengusir kita.”“Tenang aja Bu, nggak bakal. Kita berlindung di bawah Mas El.”“Ini rumah Kei, bukan rumah El.”“Tapi ‘kan, siapa yang tau di masa depan rumah ini akan jatuh ke tangan Mas El.”“Aku harap gitu. Tapi nyatanya, pria playboy itu sibuk dengan wanita-wanita di luar sana. Bagaimana bisa ngelola perusahaan. Aku udah sakit kepala rasanya. Em, kapan kamu selesaikan tesismu? Cepatlah terjun ke perusahaan."“Masih proses Bu. Sabar, hanya menunggu waktu aku bisa menduduki posisi menejer perusahaan.”“Iya kalau Kei ngasih kamu jabatan itu.”“Mas Kei pasti nga

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Ternoda

    Safir meringis sendiri saat melihat tampilan Mie kuah buatan suaminya. Padahal, beberapa menit lalu dirinya merasa menggebu-gebu ingin menikmati makanan yang terbuat dari adonan tepung dan tanpa serat sama sekali itu. Tapi kini, entah mengapa selera makannya hilang.“Makan.” Suara baritone Kei terdengar memerintah. Pria itu bersidekap dan menatap mangkok Mie dan istrinya bergantian.“Tiba-tiba aku kenyang,” aku Safir jujur. Ia tidak ingin jika memaksakan makan, khwatirnya malah menuangkan isi perutnya keluar.“Aduh anakku, ayolah. Jangan buat Ibu malu,” batin Safir dalam hati. Ia menunduk saja karena ia merasa benar-benar tidak ada minat lagi. Mungkin dedek yang didalam tengah mencoba membuatnya malu.Sedangkan Kei menggeram tertahan. Matanya memicing ke arah istrinya.

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Rencana Jahat

    Safir termenung di halaman belakang yang memperlihatkan betapa luas hamparan rumput nan hijau yang bisa di gunakan sebagai lapangan golf. Juga kolam renang yang tidak jauh dari tempatnya duduk. Suara merdu air mancur menenangkan telinganya. Aroma anggrek bulan menyeruak melalui hidung mancungnya. Perlahan, tangannya mengusap perut. Ketika sendiri, selalu saja penyesalan datang. Hatinya tak pernah urung menangisi masa lalu. Jika saja, dirinya tidak bertemu El. Jika saja, dirinya tidak mudah percaya pada Edward. Jika saja, ah sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur. Rintik gerimis terlanjur jatuh. Semuanya, tidak akan pernah bisa berbalik lagi.Safir berdiri dari posisi duduknya. Kakinya terasa gatal untuk menyentuh air kolam yang membiru. “Wah, enak ya. Serasa jadi nyonya besar di rumah. Cuma santai-santai, dapat duit, makan enak, nggak usah kerja.” Suara seseorang yang muak untuk ia dengarkan. Safir abai saja membuat Sonia mengepalkan lengan.“Heh!” Sonia membalik tubuh Safir dengan kasa

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Tenggelam

    Sebuah ruangan berpendingin itu semakin panas, saat seorang wanita dengan rambut blonde miliknya mencoba menggoda seorang pria. Tangan nakal wanita itu menjulur dan mengusap pelan wajah sang pria, namun dengan segera pria yang tak lain adalah Keiji Salim Yamamoto menepis lengan Fika, wanita yang rela menjajakan dirinya kepada seorang pengusaha kaya.Padahal, rencananya ia tidak ingin datang ke kantor. Tapi, laporan dari Sam membuatnya terpaksa harus ke sana dan menemui seseorang yang –ah jika boleh menyebutnya ular genit- mungkin Kei akan menjulukinya demikian.“Hehe.” Fika meringis karena tangannya di tepis dengan kasar. “Kamu nggak rindu belaianku Mas?” tanyanya.Kei tersenyum dingin, mata elangnya menatap tajam ke arah Fika – yang katanya teman Safir, walau ia meragukannya- melihat kelakuannya yang berani saat ini.“Jangan hinakan dirimu di hadapan seorang pria Fika!” gertak Kei. “Ka

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pulpen

    Wajah Safir sudah memucat, bahunya bergetar. Ia takut, jika yang tengah berdiri di belakangnya adalah Edward atau Elan, dua pria yang sangat dibencinya hingga ubun-ubun. Ia menoleh, mulutnya sedikit terbuka begitu melihat siapa yang tengah menatapnya tajam.“M-mas, gimana bisa kamu?” Safir mengernyit bingung, ia tidak memberitahu pria ini bahwa dirinya berkunjung ke Bogor. “Disini?” lanjutnya.“Bodoh,” umpat Kei hingga telinganya begitu peka mendengar derap langkah mendekat ke rumah yang pantas di sebut gubuk tua itu. Dengan gerakan cepat, ia merengsek ke arah istrinya lalu membekap mulut itu dan seketika menyeretnya ke pintu belakang.“Mas, siapa tadi?” tanya Safir sedikit khawatir dan juga takut. Ia melihat wajah suaminya begitu tegang, walau sekian detik kemudian meluruhkan ekspresi itu.“Diem!” titahnya tak terbantah. Safir mengatupkan mulut, menahan nafas, dan mengatur detak jantung. Ya, saat ini organ tubuh yang letaknya di dada itu seperti tengah mengejeknya karena bergetar tak

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Rujak

    “Nggak ada lagi yang berharga. Semuanya cukup terekam di sini,” ucap Safir mengelus dada, dengan nada melankolis. Membuat Kei berdecak.“Kamu bukan aktris, jelek akting kayak gitu.” Safir hampir saja memaki mulut yang sepertinya sudah di campur dengan Boncabe level tinggi itu. Tapi, ia sadar, itulah suaminya. Jadi-jadian entahlah. Semoga bukan jelman setan saja, karena kemarin Safir sempat mengira Kei adalah ustadz.“Kamu tau apa yang di cari Elan?” tanya Kei dengan tatapan mengintimidasi. Safir yang mengerti raut penasaran itu, segera membuang wajah dan berjalan ke arah kamarnya. Mengulur waktu untuk menjawab.“Mana ku tau. Aku aja kaget, dia datang ke sini. Untuk apa juga.” Safir berucap sambil membuka lemarinya alih-alih berkilah dengan kata-kata.Kei tidak bertanya lagi, memb

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Spy

    Dua hari terlewati oleh dua orang pasangan suami istri itu di Bogor dengan Safir yang merasa sangat bosan karena harus tinggal sendirian di hotel. Bagaimaana tidak, Kei lebih sibuk diluar daripada menghabiskan waktu bersama istrinya. Maklum, memang itulah tujuan pria itu ke kota ini. “Aku nggak bisa langsung pulang ke rumah,” ucap Kei begitu mobilnya berhenti tepat dihalaman rumah besar miliknya. Safir hanya mengangguk, tidak ingin menanyakan apapun. Lalu membuka seatbelt dengan kondisi wajah di tekuk. Saat hendak membuka pintu, lengannya ditahan. “Kamu kenapa?” tanya Kei. “Nggak papa Mas," balas Safir. Namun, wajahnya tampak di tekuk. “Jangan ajarin anakmu untuk bermuka masam," hardik Kei. “Emang kamu nggak?” Safir menaikkan satu aslinya, kini menatap sang suami kesal. Selalu saja yang jelek-jelek ditimpakan padanya “Emang iya?” Kei memindai wajahnya sendiri di spion tengah, mengusap-usap jambangnya yang tidak terlalu lebat. Safir tertawa melihat wajah polos Kei saat ini.

Bab terbaru

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Akhir

    Negeri Jiran menjadi tempat yang kini dipilih oleh Kei dan juga Safir untuk melanjutkan hidup. Keduanya memilih meninggalkan segala kenangat pahit, walau ada juga diselingi kenangan indah disana, namun semuanya hanya ingin mereka kenang dan berharap tidak akan terulang lagi selamanya.Sejarah memang selalu terulang, tapi harapan keduanya adalah mengulangi sejarah yang indah. Terutama untuk keluarga mereka. Kei memulai bisnisnya kembali dari nol, ia sekarang bekerja di sebuah perusahaan di Malaysia dan mendapat posisi sebagai menejer.Safir juga hidup layak disebuah rumah yang tidak semewah rumah Kei terdahulu, namun ia merasa tenang dan tentram tanpa gangguan siapapun. Bahkan, kini ia sudah memiliki seorang putra yang tampan, mirip sekali dengan suaminya, Keiji. Putranya ia beri nama Anggara Putra Keiji. Nama yang juga sangat disukai suaminya.“Pekan depan Elan mau berkunjung ke rumah kita, katanya mau lihat keponakannya, gimana menurutmu sayang? apa aku n

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Keluarga

    “Insyaa allah, Evan kuat Mas, dia pasti akan bertahan untuk berbaikan sama kamu lagi, kembali seperti dulu,” ujar Safir lembut ia duduk tepat disamping suaminya yang menutup wajahnya dengan tangan dan sikunya yang terpangku dikedua lututnya. Ini bukan kali pertama Kei merasa kehilangan, setelah Ayah, kemudian disusul Ibunya dan kini adiknya.Ia kira dengan mengikuti semua titah dari Kakeknya dan dengan berkuasanya ia di dalam perusahaan, kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi. Namun tetap saja, semua terjadi dan inilah takdir untuk keluarganya. Elan adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.Aoshi berdiri tidak jauh dari dua orang suami istri itu. Ia menatap prihatin kearah Kei, ia juga turut sedih karena tindakan Elan yang bebahaya dan membahayakan nyawa, ia bahkan tidak menduga pria bajingan itu akan memberikan nyawanya untuk melindungi Kei. Padahal, setahunya hubungan Elan dan Kei sedang tidak baik-baik saja.“Safir, dia keluar

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Terbunuh

    “Seorang Alexander tidak benar-benar mempercayaimu Edward, mereka akan membunuhmu perlahan. Seharusnya yang kau hancurkan adalah mereka,” ucap Elan berjalan mendekat ke arah Edward agar pria itu mengurunkan niatnya dan tidak buta karena ambisi pribadinya. Sementara pria dengan jas hitam dan bergaya rambut top knot itu terkekeh, bahkan meringis senang karena bisa mengubah posisi antara dirinya dan atasannya dimasa lampau. Dunia memang berputar, ia sudah percaya dari sejak lama pepatah itu, hanya saja ia perlu sabar dan terus berusaha.“Apa kamu tahu Elan, kakakmu bukan hanya pembunuh berdarah dingin, tapi dia binatang yang tidak seharusnya hidup di dunia ini. Dia telah membunuh banyak orang dengan tangannya. Sekarang, apa kamu membelanya karena Alex sudah tidak percaya padamu lagi Elan?” sindir Edward dengan nada meremehkan. Matanya menyalang dengan kaca-kaca, ia merasakan betapa pahitnya kehidupannya selama ini dikejar-kejar rentenir, dikejar polisi pu

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pelabuhan

    “Jadi, kamu benar mau menipuku Safir?” Edward menyeringai, dalam sedetik ia sudah menyudutkan Safir ke dinding dan menatapnya tajam.“Kenapa kamu berubah pikiran hah? apa kini kamu sudah mencintai suamimu yang jahat itu? atau kini kamu sudah bermimpi untuk menguasai hartanya?” geram Edward. Tangan pria itu merembet untuk mencekik Safir.Brak!Pintu besar yang terbuat dari kayu itu terbuka, Elan berada disana dan langsung mengeluarkan tinjunya kearah Edward.“Bos, kenapa kamu disini?” Edward terkejut.“Safir, pergilah.” Elan menatap Safir menyuruh wanita itu pergi. Sedangkan Safir yang masih terkejut menggeleng tidak percaya, bagaimana bisa Elan berada disini dan malah memihak padanya?“Safir! tunggu apa lagi, cepat bawa dokumen-dokumen itu dan pergi dari sini!” teriak Elan menggema diruangan kedap suara itu. Edward yang hendak menarik tangan Safir, tidak mampu karena Elan mendorongn

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pertemuan Safir dan Edward

    "Kei kamu mau pergi?" Mata Sonia berkaca-kaca, tangannya mengelus lengan keponakannya yang selama ini telah menampungnya.Kei mengangguk, "iya, aku minta maaf jika selama ini, belum bisa menjadi anak yang baik bagimu. Belum bisa menjadi Kakak yang baik untuk Emira dan Nania."Sonia menatap lekat-lekat wajah Kei, tangannya kini menangkup wajah pria itu. Laki-laki kecil yang dulu pernah ia rawat setelah kepergian saudaranya. Kini ternyata sudah menjelma menjadi pria dewasa. Namun, kehidupannya tidak berjalan selalu mulus. Sonia sangat tahu, Kei selalu berurusan dengan dunia hitam yang tidak tahu kapan akan berakhir.Sedari awal, ia mendukung semua apapun yang dilakukan Kei. Selama dirinya bisa mendapat perlindungan dan tumpangan. Ia tidak ingin bernasib sama dengan Ayah maupun Ibu Kei yang menentang Kakeknya, Sugi Yamamoto. Ia ingin hidup kaya dan bahagia. Wajar, jika dirinya selama ini, sangat tidak suka dengan kedatangan Safir yang bisa jadi merebut harta yang selama ini ia idamkan da

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Saudara Sedarah

    Safir yang sudah terbebas dari Edward, menghela nafas lega. Bukti yang kini di tangannya ia apit kuat-kuat, jangan sampai ada yang mengambil, karena ia takut justru akan berakibat fatal nantinya.Baru saja keluar dari kantor polisi, saat ia hendak mencari taksi, tangannya ada yang mecekal tiba-tiba. Bahunya dipeluk dari belakang, sebuah lengan kekar, melingkar di lehernya. "Jangan banyak gerak, ikuti aja kemana aku membawamu.""Siapa kamu?!" sentak Safir, berusaha melepaskan diri. Namun, kungkingan pria itu terlalu kuat. Akhirnya dengan jantung berdegup, ia pasrah saja."Berani berteriak, aku akan memenggal lehermu disini," ancamnya. Safir mengangguk, mencari aman sementara, juga ia ingin tau siapa pria yang kini menyeretnya ke dalam mobil."Kamu..." Safir kehabisan kata. Pria itu, adalah pria bertopi coboi yang pernah menemuinya di atas balkon. Kei sudah menceritakan padanya, jika pria bermata tajam dan berkulit vampir itu bernama Aoshi, tema

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pelaku 7 Tahun Silam

    Safir menutup mulutnya sendiri begitu rekaman yang di dapat dari daschcam mobil seseorang menangkap beberapa kejadian termasuk kecelakaan orang tuanya. Mobil itu terlihat bergerak hingga terdengar pecakapan pengemudinya.“Aku akan membunuh direkturnya, dengan tanganku sendiri.”Lalu kemudian mobil bergerak dengan kecepatan diatas rata-rata. “Aku akan mengahancurkan kalian semua!” geram seorang pria yang wajahnya terlihat jelas di kamera.Pria itu adalah Keiji Salim Yamamoto. Wajahnya masih khas asia timur. Matanya masih terlihat sedikit sipit dan tidak ada jambang yang menghiasi wajahnya. Potret pria itu ketika masih muda. Terlihat, Kei mengambil minuman beralkohol dengan botol mini, lalu meneguknya beberapa kali.Mobil itu semakin dilajukan dan secepat kilat menabrak sebuah mobil di depannya dengan sengaja. Namun sepertinya karena mabuk keseimbangan Kei terganggu begitu pula mobil yang ditumpanginya, hingga ketika a

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Bukti

    Kei menyugar rambutnya sendiri bisa-bisanya iaupa jika di apartemen yang ditinggali olehnya tersimpan bukti-bukti mengenai kecelakaan orang tua Safir. Ia belum sempat memindahkan bukti-bukti itu ke tempat yang aman.Sepulang dari kediaman Sugi Yamamoto yang berakhir dengan dirinya yang mendapat ancaman bahwa semakin Kei memberontak, Sugi akan benar-benar melenyapkan orang-orang terdekatnya. Ia bergegas untuk segera sampai ke apartemennya.Setelah membuat laju kendarannya di atas rata-rata membelah jalanan kota. Kei akhirnya sampai di apartemen mewah bak hotel bintang lima tempat dimana ia tinggal sementara itu. Ia segera menaiki lift dengan dada bergemuruh dan pikiran yang berkecamuk. Berharap Safir tidak menemukan apa-apa di tempat tinggalnya.Saat Kei memeriksa laci di dekat ranjang, matanya membelalak. Dokumen-dokumen termasuk flashdisk yang ia simpan sudah menghilang. Semuanya. “Safir!” pekik Kei dengan suara berat.Ia segera menelpon Soni

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Dada yang Bergetar

    Tidak membutuhkan waktu lama bagi Edward untuk mendapatkan bukti rekaman yang menunjukkan Elan telah membunuh seseorang. Pulpen mini itu ia masukkan ke dalam saku celana, memberi kecupan sebentar ke dahi Emira lalu berpamitan pergi dari kediaman Keiji Salim Yamamoto.Safir dan Kei yang tengah berada di apartemen namun terasa seperti hotel, kini mereka sedang menikmati makan malam mereka. “Mas, kira-kira kenapa ya Mas El ingin tahu target kamu selanjutnya?” tanya Safir.Kei yang sedang fokus dengan makanannya mendongak, ia memang cenderung sangat diam dan tenang jika sudah berhadapan dengan makanan. “Kamu lupa Fir? Aku nggak suka bicarain bisnis di meja makan,” ucap Kei datar. Safir hampir saja tersedak, pria itu tetaplah seorang Keiji Salim Yamamoto yang sedari awal ia temui bersikap dingin dan tidak suka terganggu.“Maaf,” ujar Safir, menunduk.“Bicarakanlah hal lain,” ucap Kei, bukan berarti ia

DMCA.com Protection Status