Share

Awas Kamu Safir!

Penulis: Najma A
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Safir terus terngiang perkataan dokter tadi. Ia melirik ke arah sang suami yang masih fokus menyetir. Namun, kembali ke arah lain saat menyadari Kei menoleh ke arahnya.

 

“Kenapa?” tanya Kei.

 

Safir menggeleng. Ia tidak ingin membahas apapun dengan suaminya. Tiba-tiba ia merasa malu. Jangan sampai, anaknya meminta hal aneh-aneh dan membuat dirinya mati kutu di depan Kei.

 

“Ya Allah, ngiler aku ngeliat rujak.” Safir menggigit bibirnya begitu melewati deretan penjual di pingir jalan. Dan yang menjadi fokus perhatiannya adalah penjual rujak.

“Kenapa berhenti?” tanya Safir begitu Kei menghentikan laju kendaraannya.

“Kamu pengen rujak?”

 

“Hah? sejak kapan? Nggak.” Safir berkilah, ia membuang wajah ke samping. 

 

“Kamu mau ngajarin anakmu pinter bohong huh?” pertanyaan tajam dan pedas itu mengusik Safir, ia menoleh dengan cepat ke arah Kei. 

 

“Ibu mana yang tega ngajarin anaknya yang nggak baik?” sentaknya dengan suara naik satu oktaf. Kei mengerti, sang istri mendadak emosi.

 

“Aku cuma tanya tadi. Ya sudah, kalau kamu mau, beli aja rujaknya.”

Safir tetap menggeleng, ia sudah kelewat gengsi karena tadi sudah menolak. Kalau mengiyakan, sama saja menjilat ludah sendiri. Dan semakin membuat Kei mudah mengejeknya.

 

Kei yang kesal akhirnya keluar dari mobil dan dengan berlari-lari kecil, ia mendekati penjual rujak. Ia memesan dua porsi sekaligus. Setahunya, wanita hamil biasanya tidak puas jika hanya sedikit. Ia mendapat pengetahuan itu dari Sam yang terkadang bisa mengeluh karena proses ngidam istrinya yang aneh-aneh.

 

“Nerima ini nggak bakal menurunkan harga dirimu,” ucap Kei dingin seraya menyerahkan satu buah plastik berisi dua porsi rujak. 

“Kalau masih ngeh dengan harga diri, kenapa juga mau ngelayanin dia,” sindir Kei yang kelewat geram karena Safir begitu jual mahal dan tetap kekeh dengan pendiriannya.

Safir jelas tersindir, hatinya sakit mendengarnya. Tapi, ia berusaha untuk tidak terlihat lemah lagi di hadapan Kei.

 

“Kamu pasti ngeliat aku nggak lebih dari seonggok sampah ‘kan Mas?” tanya Safir dengan nada dingin. Matanya menatap lurus ke depan.

“Kalau kamu anggapnya gitu, ya berarti begitu.”

“Kamu kejam.”

 

“Kamu yang nebak-nebak duluan.”

 

“Ck, aku memang wanita hina. Nggak pantas di muliakan. Bahkan, hijab yang aku kenakan jauh sekali dari akhlak aku.”

 

Kei menghela nafas pelan, ternyata ia harus memiliki stok sabar untuk menghadapi emosional istri hamil yang mudah berubah. “Nggak ada hubungan hijab dengan akhlak. Hijab itu kewajiban kamu, akhlak lain lagi. Akhlak bisa nyusul nanti, karena perubahan itu nggak harus langsung sempurna ‘kan?”

Safir menoleh, mendapati tatapan mata Kei yang teduh. Dalam hati, ia menjadi bertanya-tanya, pria macam apa yang sebenarnya ia nikahi? Apakah diam-diam Kei adalah seorang ustadz? Tapi dari penampilannya lebih mirip seorang mafia. Jangan dikira, Kei itu wajahnya imut-imut seperti oppa korea. Walau keturunan Jepang, terlihat dari marga yang tertera di belakang namanya, tapi wajah pria itu begitu sangar. Matanya sipit, rahangnya tegas, garis wajahnya bercorak Eropa. Bulu-bulu jambang yang menghiasinya, membuatnya terlihat seperti pria-pria Turki yang maskulin dan keren.

 

Mata Safir beralih ke kresek yang terletak di atas Dashboard mobil. Sepertinya jika tidak ia rapatkan bibirnya, cairan saliva sudah menetes-netes dari ujung sana.

 

“E-em, ini bukan aku yang pengen. Tapi dia,” tunjuk Safir ke arah perutnya dengan tangan kanan. Tangan kirinya meriah kresek, lalu membukanya. Sekian detik, matanya berbinar. Kei hanya menggeleng melihat itu,

“Nak, kamu pasti nggak sabar ‘kan? Bentar ya,” ocehnya sendiri tanpa mempedulikan Kei yang meliriknya sambil menjalankan mobil.

Setelah kenyang dan sesuai perkiraan Kei, Safir menghabiskan semua rujaknya dan langsung tertidur pulas setelahnya. 

“Safir, bangun.” Kei menggoncang pelan lengan istrinya. Safir mengerjap pelan, ia melihat ke sekeliling, ternyata mobil sudah berada di halaman yang begitu luas tepat di depan rumah Kei.

 

“Maaf aku ketiduran,” ucap Safir sambil membetulkan kerudungnya. Lalu keluar dari dalam mobil. Ia tak melihat Kei melambaikan tangan atau apapun, laki-laki itu melenggang begitu saja.

 

Baru saja langkahnya sampai di ambang pintu yang besar itu. Seseorang sudah berkacak pinggang di sana. “Dari mana?” tanyanya. Emira pelakunya.

 

“Aku lebih tua dari kamu Em, sopan sedikit!” sindir Safir dan berjalan melalui Emira. Namun, bahunya tertarik, karena tangan gadis yang lebih muda umurnya dari Safir itu mencekalnya.

 

“Heh, ditanya malah nyelonong masuk. Dasar lonte!” 

 

“Ulangi?” Safir pura-pura tidak mendengar.

 

“Semakin berani ya kamu?!”

 

“Ngapain takut sama kamu. Siapa emang kamu huh? Benalu di hidup Kei ‘kan? Oh, tau nggak, kamu bakal di tendang dari rumah ini loh kalau berani macam-macam sama aku,” ancam Safir, sambil melepaskan cekalan tangan Emira. 

Lagi-lagi, ia hampir tersungkur karena kaki jenjang Emira menghalangi langkahnya. “Jangan pernah berharap, kamu bisa kuasain Mas Kei, ingat itu!” ancam Emira yang sebenarnya tidak berlaku bagi Safir. 

 

Ia melenggang pergi, malas berdebat dengan wanita gila harta itu. Tak lama, ia mendengar deru mesin mobil. Saat, sudah dikamar, Safir mengintip siapa yang datang. Ternyata seorang laki-laki. Dari interaksi mereka, ia sudah bisa menyimpulkan bahwa pria asing itu adalah pacar Emira. Tapi tunggu, itu bukannya Edward?

 

Edward, satu kampung dengan Safir dan laki-laki itu pula yang mengenalkannya dengan pria bernama Elan Yamamoto. Bagaimana bisa, Edward ternyata pacar Emira? Jika mengingat hidupnya ke belakang, ia merasa semuanya ulah Edward sehingga ia bisa terjatuh pada lubang kelam hari itu.

“Hallo Fika, siang ini bisa kah kita ketemu?”

 

“Bisa, tumben Fir.”

 

“Aku pengen ngobrol aja."

 

“Oke, ketemuan di café biasa ya?”

 

“Sip.”

 

Safir mengamati sekeliling, ia sebenarnya masih was-was jika tiba-tiba bertemu Elan. Siapa yang tahu, jika laki-laki itu sudah balik dari Skotlandia? Bagaimana Safir akan bersikap di depan pria bejat itu? di lubuk hatinya, ia mendendam pada Elan, tapi itu tidak mungkin. Siapa dia? Siapa Elan? Tapi yang ia khawatirkan Elan akan kembali melecehkannya.

“Safir,” panggil seseorang seraya menepuk bahu Safir pelan.

“Fika, wa’alaikumussalam.”

“Hehe, lupa. Assalamualaikum.” Fika cengengesan, ia sudah kebiasaan lupa salam. “Sekarang dah jadi IRT, jadi nggak sibuk lagi ya?”

“Ya begitulah. Tetep aja, aku nanti pengen kerja, biar nggak suntuk. Eh, kamu emang nggak kerja ya Fik?”

“Hari ini aku ambil off. Jadi, santai aja di apartemen.”

“Oh. Pesan minum dulu Fik.”

Wanita dengan syle rambut blonde warna merah itu manggut-manggut. Lalu memanggil seorang waiters dan menyampaikan pesanannnya.

“Fik, Edward itu bukannya lagi deket sama kamu?” tanya Safir yang sebenarnya sudah sangat penasaran dengan hubungan antara Fika dan Edward.

 

“Iya deket. Temen aja tapi.”

 

“Oh, dia punya pacar ya?”

 

“Kok tahu? Darimana?”

 

“Aku liat dia, sama keponakan suamiku.”

 

“Emira namanya.” Fika menjawab malas.

 

“Kamu kenal Emira juga?” tanya Safir.

 

“Ya kenal lah. Siapa yang nggak tau keponakan dirut Yamamoto Grup itu.”

 

“Seterkenal itu?”

 

“Dia juga putri kampus, banyak laki-laki yang tergila-gila. Eh, jatuhnya malah sama Edward, laki-laki dari kampung.” Fika tertawa, namun seketika berhenti saat melihat Safir terdiam. “Eh bukan ngejek kamu loh ya. Kalian ‘kan dari kampung yang sama ya?”

 

“Ya, tapi aku nggak terlalu kenal juga sama Edward. Dia kakak kelasku waktu SMA.”

 

“Kamu nggak merasa curiga dengan Edward yang tiba-tiba mendekati keponakan dari dirut Yamamoto?"

 

“Kenapa curiga?”

 

“Bukannya aneh, saat memacari keponakan dirut Yamamoto Grup? Apa nggak ada sangkut pautnya sama perusahaan? Bisa jadi Edward memanfaatkan Emira? Kamu 'kan udah aku ceritakan gimana Edward."

 

“Apanya yang aneh? Ya nggak ada hubungannya lah Fir, Kamu tuh lulusan SMA doang, ngerti apa sih soal perusahaan.” Fika berkata nyeblak, membuat Safir tersindir. Memang betul, dirinya siapa? Hanya seorang lulusan SMA yang sama sekali tidak paham dengan perusahaan. Tapi, ia mendengar pembicaraan Kei mengenai Alexander grup dan Yamamoto Grup yang tidak bersahabat. Ah, tidak seharusnya ia mencari tahu sejauh itu. Untuk apa? balas dendam kepada Edward? Atau berusaha menjatuhkan Alexander Grup karena kepemilikan paksa atas tanah sekian hektar milik neneknya yang ada di kampung?

 

Seorang waiters menyajikan pesanan di meja. Safir terdiam menikmati minumannya. Fika memang lebih berpengetahuan dari dirinya, sehingga gadis itu akan sangat mudah mengelak jika ia merasa aneh dengan hubungan Edward dan Emira.

 

“Gimana kandunganmu?” tanya Fika yang menyeruput Thai Tea miliknya. Matanya memicing ke arah perut Safir yang masih rata.

“Alhamdulillah sehat.”

 

“Kamu senang ‘kan dinikahi oleh dirut Yamamoto grup?” tanya Fika, matanya menelisik.

 

“Entah.”

 

“Aku penasaran, alasan dia nikahin kamu apa? masa cuma gara-gara anak itu? laki-laki normal mana yang mau menikahi wanita hamil yang jelas-jelas bukan dia pelaku yang menghamilinya.”

 

Safir kembali merasa sesak. Bahkan, temannya sendiri pun menganggapnya sehina itu. Apa tadi, laki-laki normal mana yang mau menikah dengan wanita hamil? Oh serendah itu kah dirinya sehingga tak pantas untuk dinikahi? 

 

“Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu dan Mas Kei?” 

 

Pertanyaan mendadak dari Safir membuat Fika tersedak. Ia memijat tenggorokannya yang nyeri. “Bukannya suamimu itu emang nggak ramah sama orang? Wajarlah pertemuan kita pas di acara pernikahanmu itu nggak baik-baik aja.”

 

“Aneh aja, kalian ‘kan baru ketemu, kok udah saling menyindir. Terus, Mas Kei juga ngelarang aku ketemu kamu.”

“Dia ngelarang kamu ketemu aku?” beo Fika dengan mata memicing. Safir terlalu jujur padanya, sehingga ia bisa mengetahui fakta baru. Ternyata Kei diam-diam berusaha menjauhkannya dari Safir. 

 

“Iya, aku nggak tau penyebabnya.” Safir menghela nafas. “Kita juga temenan baru dua tahun terakhir, aku nggak tau ada apa dengan masa lalu kalian berdua.”

 

Fika meneguk lagi minumannya, lantas tertawa renyah entah apa yang membuatnya merasa lucu. “Nggak usah capek-capek nyari tau Fir. Intinya, suamimu ya memang gitu.”

“Kamu ‘kan dari Alexander grup, apa mungkin kalian?”

 

“Udah Fir, kamu itu nggak bakal ngerti persoalan perusahaan. Mungkin, perusahaan tempatku bekerja dan perusahaan suamimu memang bermusuhan, tapi ingat, di luar, kita tidak seperti itu. Pekerjaan ya pekerjaan, nggak usah di bawah ranah pribadi, begitu pula sebaliknya.”

 

Safir menghela nafas, pertemuannya dengan Fika pun tidak membuat perasaannya terpuaskan. Rasa penasaran itu masih ada. Semua kejadian seolah-olah mulai saling terhubung sejak kedatangan Elan ke kampungnya, dengan diperkenalkan oleh Edward yang ternyata partner Fika, temannya. Lalu, kejadian di hari pernikahannya dengan Kei, saat Kei menyindir Fika dengan dingin dan pedas.

 

“Ternyata ada jongosnya Alex di sini.” Saat itu, Kei dan Safir tengah berdiri menyambut tamu undangan. Dan Fika dengan senyuman memeluk Safir, namun harus melepaskan pelukannya saat terdengar suara baritone itu.

 

Fika tertawa pelan. “Selamat kepada dirut Yamamoto Grup atas pernikahan anda,” ucapnya, lalu menyeringai. “Dirumah sendiri terusik, untuk apa bertahan?”

 

Safir hanya saling memandang kedua orang itu bergantian. Ia bingung, mengapa Fika begitu berani kepada suaminya bahkan terkesan menantang. Tapi, ia menepis semua hal yang bermunculan di kepalanya saat Fika sekali lagi, menyalami tangannya lalu berpamitan pergi tanpa melihat lagi kepada Kei.

 

“Sebenarnya apa hubungan Fika dan Mas Kei? Edward, kenapa dia bisa berpacaran dengan Emira? Dan Elan, laki-laki itu, kenapa berada di pihak Alexander grup, bukannya seharusnya Yamamoto grup?” batin Safir bingung. 

 

Seperti malam sebelumnya, suasana terasa lebih mencekam. Hanya denting sendok yang beradu. Bi Suti menghidangkan segelas jamu kunyit asam dan menyodorkannya pada Safir.

“Non, diminum dulu jamunya.”

 

“Iya tuh, biar dedekmu kuat,” timpal Emira dengan jutek.

 

Safir menyeringai, Bi Suti entah terlalu polos, tidak tahu menahu atau memang di paksa menyuguhkan minuman jahannam di depannya ini. Ayolah, Safir tengah hamil muda, lalu disuruh meminum jamu itu? apa tidak berbahaya bagi janinnya? Jelas bahaya.

 

Prang!

 

“Safir!” bentak Sonia saat melihat wanita yang ia anggap hina itu melempar gelas. 

“Kalian mau meracuniku huh?” tanya Safir dengan mata memerah.

 

“Jangan nuduh sembarangan. Meracuni apa huh, jelas-jelas jamu itu Bi Suti yang buat, khusus untuk kamu!” jelas Sonia dengan mata berkilat.

 

“Tuh ‘kan dugaannku bener. Aku tadi nggak nyebut jamu. Aku cuma tanya ‘kalian mau meracuniku huh?’ dan aku udah tau jawabannya sekarang.”

 

Emira melotot, sedangkan Sonia kehabisan kata. Nania yang sedari tadi menyimak, diam-diam menahan tawa. Rencana jahat Ibu dan saudaranya secara langsung terbongkar karena mulut Ibunya sendiri yang tidak teliti dalam bicara.

 

Kei yang melihat kejadian itu hanya menatap datar. Safir bersitatap dengan suaminya sebentar, sebelum ia mendengar Sonia berteriak.

 

“Kei, lihatlah kelakuan istrimu, dia sudah mubazir, membuang-buang minuman,” adunya.

 

“Apa yang kamu lakukan Safir?” tanya Kei dan berjalan menghampiri istrinya dan mengabaikan curhatan Tantenya.

“Aku melempar gelas berisi jamu kunyit asam, itu nggak baik buat kesehatan janinku,” balas Safir sambil menunduk. Ia tidak kuat menatap mata Kei yang tajam.

 

“Bi Suti, lain kali, jangan sajikan minuman itu lagi ya. Nggak baik buat istri saya,” jelas Kei sambil menatap Bi Suti yang menunduk dengan wajah sesal. Dari ekspresi takut-takut yang ditujukan Bi Suti, jelas Kei dapat membaca bahwa pembantunya tengah di gertak, mungkin oleh Tantenya. Apakah Tantenya berusaha untuk membuat agar kandungan Safir keguguran? 

 

Tangan Sonia mengepal di bawah, tampak hidungnya kembang kempis menahan gejolak di dada. Lihat, pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya wanita rendahan itu?! Bahkan Kei, yang biasanya lembut, bisa sangat dingin padanya.

 

 

"Awas kamu Safir, nggak akan aku biarkan hidup kamu tenang di sini!"

 

 

Pokoknya harus berlangganan yaa. Cek juga ceritaku dengan judul yanh lain bye..

Bab terkait

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pemainan

    Sonia menggeram seperti kerbau yang kebelet buang air. Bibirnya tampak menggerutu. Kejadian beberapa menit lalu membuat wajahnya benar-benar malu, apalagi Kei mengabaikannya. “Emira, kenapa kamu cuma diam aja tadi huh?”“Habisnya Emira takut, kalau ada Mas Kei," cicit Emira dan langsung duduk di ranjang sang Ibu.“Tapi ‘kan setidaknya kamu cari cara biar Safir yang disalahkan. Ini, Ibu yang malu dan Kei pasti benar-benar akan mengusir kita.”“Tenang aja Bu, nggak bakal. Kita berlindung di bawah Mas El.”“Ini rumah Kei, bukan rumah El.”“Tapi ‘kan, siapa yang tau di masa depan rumah ini akan jatuh ke tangan Mas El.”“Aku harap gitu. Tapi nyatanya, pria playboy itu sibuk dengan wanita-wanita di luar sana. Bagaimana bisa ngelola perusahaan. Aku udah sakit kepala rasanya. Em, kapan kamu selesaikan tesismu? Cepatlah terjun ke perusahaan."“Masih proses Bu. Sabar, hanya menunggu waktu aku bisa menduduki posisi menejer perusahaan.”“Iya kalau Kei ngasih kamu jabatan itu.”“Mas Kei pasti nga

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Ternoda

    Safir meringis sendiri saat melihat tampilan Mie kuah buatan suaminya. Padahal, beberapa menit lalu dirinya merasa menggebu-gebu ingin menikmati makanan yang terbuat dari adonan tepung dan tanpa serat sama sekali itu. Tapi kini, entah mengapa selera makannya hilang.“Makan.” Suara baritone Kei terdengar memerintah. Pria itu bersidekap dan menatap mangkok Mie dan istrinya bergantian.“Tiba-tiba aku kenyang,” aku Safir jujur. Ia tidak ingin jika memaksakan makan, khwatirnya malah menuangkan isi perutnya keluar.“Aduh anakku, ayolah. Jangan buat Ibu malu,” batin Safir dalam hati. Ia menunduk saja karena ia merasa benar-benar tidak ada minat lagi. Mungkin dedek yang didalam tengah mencoba membuatnya malu.Sedangkan Kei menggeram tertahan. Matanya memicing ke arah istrinya.

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Rencana Jahat

    Safir termenung di halaman belakang yang memperlihatkan betapa luas hamparan rumput nan hijau yang bisa di gunakan sebagai lapangan golf. Juga kolam renang yang tidak jauh dari tempatnya duduk. Suara merdu air mancur menenangkan telinganya. Aroma anggrek bulan menyeruak melalui hidung mancungnya. Perlahan, tangannya mengusap perut. Ketika sendiri, selalu saja penyesalan datang. Hatinya tak pernah urung menangisi masa lalu. Jika saja, dirinya tidak bertemu El. Jika saja, dirinya tidak mudah percaya pada Edward. Jika saja, ah sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur. Rintik gerimis terlanjur jatuh. Semuanya, tidak akan pernah bisa berbalik lagi.Safir berdiri dari posisi duduknya. Kakinya terasa gatal untuk menyentuh air kolam yang membiru. “Wah, enak ya. Serasa jadi nyonya besar di rumah. Cuma santai-santai, dapat duit, makan enak, nggak usah kerja.” Suara seseorang yang muak untuk ia dengarkan. Safir abai saja membuat Sonia mengepalkan lengan.“Heh!” Sonia membalik tubuh Safir dengan kasa

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Tenggelam

    Sebuah ruangan berpendingin itu semakin panas, saat seorang wanita dengan rambut blonde miliknya mencoba menggoda seorang pria. Tangan nakal wanita itu menjulur dan mengusap pelan wajah sang pria, namun dengan segera pria yang tak lain adalah Keiji Salim Yamamoto menepis lengan Fika, wanita yang rela menjajakan dirinya kepada seorang pengusaha kaya.Padahal, rencananya ia tidak ingin datang ke kantor. Tapi, laporan dari Sam membuatnya terpaksa harus ke sana dan menemui seseorang yang –ah jika boleh menyebutnya ular genit- mungkin Kei akan menjulukinya demikian.“Hehe.” Fika meringis karena tangannya di tepis dengan kasar. “Kamu nggak rindu belaianku Mas?” tanyanya.Kei tersenyum dingin, mata elangnya menatap tajam ke arah Fika – yang katanya teman Safir, walau ia meragukannya- melihat kelakuannya yang berani saat ini.“Jangan hinakan dirimu di hadapan seorang pria Fika!” gertak Kei. “Ka

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pulpen

    Wajah Safir sudah memucat, bahunya bergetar. Ia takut, jika yang tengah berdiri di belakangnya adalah Edward atau Elan, dua pria yang sangat dibencinya hingga ubun-ubun. Ia menoleh, mulutnya sedikit terbuka begitu melihat siapa yang tengah menatapnya tajam.“M-mas, gimana bisa kamu?” Safir mengernyit bingung, ia tidak memberitahu pria ini bahwa dirinya berkunjung ke Bogor. “Disini?” lanjutnya.“Bodoh,” umpat Kei hingga telinganya begitu peka mendengar derap langkah mendekat ke rumah yang pantas di sebut gubuk tua itu. Dengan gerakan cepat, ia merengsek ke arah istrinya lalu membekap mulut itu dan seketika menyeretnya ke pintu belakang.“Mas, siapa tadi?” tanya Safir sedikit khawatir dan juga takut. Ia melihat wajah suaminya begitu tegang, walau sekian detik kemudian meluruhkan ekspresi itu.“Diem!” titahnya tak terbantah. Safir mengatupkan mulut, menahan nafas, dan mengatur detak jantung. Ya, saat ini organ tubuh yang letaknya di dada itu seperti tengah mengejeknya karena bergetar tak

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Rujak

    “Nggak ada lagi yang berharga. Semuanya cukup terekam di sini,” ucap Safir mengelus dada, dengan nada melankolis. Membuat Kei berdecak.“Kamu bukan aktris, jelek akting kayak gitu.” Safir hampir saja memaki mulut yang sepertinya sudah di campur dengan Boncabe level tinggi itu. Tapi, ia sadar, itulah suaminya. Jadi-jadian entahlah. Semoga bukan jelman setan saja, karena kemarin Safir sempat mengira Kei adalah ustadz.“Kamu tau apa yang di cari Elan?” tanya Kei dengan tatapan mengintimidasi. Safir yang mengerti raut penasaran itu, segera membuang wajah dan berjalan ke arah kamarnya. Mengulur waktu untuk menjawab.“Mana ku tau. Aku aja kaget, dia datang ke sini. Untuk apa juga.” Safir berucap sambil membuka lemarinya alih-alih berkilah dengan kata-kata.Kei tidak bertanya lagi, memb

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Spy

    Dua hari terlewati oleh dua orang pasangan suami istri itu di Bogor dengan Safir yang merasa sangat bosan karena harus tinggal sendirian di hotel. Bagaimaana tidak, Kei lebih sibuk diluar daripada menghabiskan waktu bersama istrinya. Maklum, memang itulah tujuan pria itu ke kota ini. “Aku nggak bisa langsung pulang ke rumah,” ucap Kei begitu mobilnya berhenti tepat dihalaman rumah besar miliknya. Safir hanya mengangguk, tidak ingin menanyakan apapun. Lalu membuka seatbelt dengan kondisi wajah di tekuk. Saat hendak membuka pintu, lengannya ditahan. “Kamu kenapa?” tanya Kei. “Nggak papa Mas," balas Safir. Namun, wajahnya tampak di tekuk. “Jangan ajarin anakmu untuk bermuka masam," hardik Kei. “Emang kamu nggak?” Safir menaikkan satu aslinya, kini menatap sang suami kesal. Selalu saja yang jelek-jelek ditimpakan padanya “Emang iya?” Kei memindai wajahnya sendiri di spion tengah, mengusap-usap jambangnya yang tidak terlalu lebat. Safir tertawa melihat wajah polos Kei saat ini.

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Iblis

    Benda persegi yang tergeletak di atas meja berbunyi, membuat konsentrasi Kei pecah seketika. Sam yang melihatnya hanya berdehem pelan, ia hafal kebiasaan Tuannya yang tidak suka di ganggu. Tapi kabar baiknya, Kei tidak pernah membabi buta atau melampiaskan amarahnya pada orang lain saat ia merasa kesal.Kei mengusap wajah dengan sambil menghembuskan nafas kasar. Matanya terlihat bertanya-tanya mengapa istrinya yang jarang memberi kabar kecuali penting itu menelpon. Ayolah, ini adalah perdana bagi mereka.“Kenapa?” tanya Kei setelah menjawab salam.Terdengar balasan dari seberang, "ada seseorang.”“Siapa?” tanya Kei mendadak wajahnya muram, ia merasakan suara sang istri bergetar.“Aku nggak tau."Kei menghembuskan nafas. &ldq

Bab terbaru

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Akhir

    Negeri Jiran menjadi tempat yang kini dipilih oleh Kei dan juga Safir untuk melanjutkan hidup. Keduanya memilih meninggalkan segala kenangat pahit, walau ada juga diselingi kenangan indah disana, namun semuanya hanya ingin mereka kenang dan berharap tidak akan terulang lagi selamanya.Sejarah memang selalu terulang, tapi harapan keduanya adalah mengulangi sejarah yang indah. Terutama untuk keluarga mereka. Kei memulai bisnisnya kembali dari nol, ia sekarang bekerja di sebuah perusahaan di Malaysia dan mendapat posisi sebagai menejer.Safir juga hidup layak disebuah rumah yang tidak semewah rumah Kei terdahulu, namun ia merasa tenang dan tentram tanpa gangguan siapapun. Bahkan, kini ia sudah memiliki seorang putra yang tampan, mirip sekali dengan suaminya, Keiji. Putranya ia beri nama Anggara Putra Keiji. Nama yang juga sangat disukai suaminya.“Pekan depan Elan mau berkunjung ke rumah kita, katanya mau lihat keponakannya, gimana menurutmu sayang? apa aku n

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Keluarga

    “Insyaa allah, Evan kuat Mas, dia pasti akan bertahan untuk berbaikan sama kamu lagi, kembali seperti dulu,” ujar Safir lembut ia duduk tepat disamping suaminya yang menutup wajahnya dengan tangan dan sikunya yang terpangku dikedua lututnya. Ini bukan kali pertama Kei merasa kehilangan, setelah Ayah, kemudian disusul Ibunya dan kini adiknya.Ia kira dengan mengikuti semua titah dari Kakeknya dan dengan berkuasanya ia di dalam perusahaan, kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi. Namun tetap saja, semua terjadi dan inilah takdir untuk keluarganya. Elan adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.Aoshi berdiri tidak jauh dari dua orang suami istri itu. Ia menatap prihatin kearah Kei, ia juga turut sedih karena tindakan Elan yang bebahaya dan membahayakan nyawa, ia bahkan tidak menduga pria bajingan itu akan memberikan nyawanya untuk melindungi Kei. Padahal, setahunya hubungan Elan dan Kei sedang tidak baik-baik saja.“Safir, dia keluar

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Terbunuh

    “Seorang Alexander tidak benar-benar mempercayaimu Edward, mereka akan membunuhmu perlahan. Seharusnya yang kau hancurkan adalah mereka,” ucap Elan berjalan mendekat ke arah Edward agar pria itu mengurunkan niatnya dan tidak buta karena ambisi pribadinya. Sementara pria dengan jas hitam dan bergaya rambut top knot itu terkekeh, bahkan meringis senang karena bisa mengubah posisi antara dirinya dan atasannya dimasa lampau. Dunia memang berputar, ia sudah percaya dari sejak lama pepatah itu, hanya saja ia perlu sabar dan terus berusaha.“Apa kamu tahu Elan, kakakmu bukan hanya pembunuh berdarah dingin, tapi dia binatang yang tidak seharusnya hidup di dunia ini. Dia telah membunuh banyak orang dengan tangannya. Sekarang, apa kamu membelanya karena Alex sudah tidak percaya padamu lagi Elan?” sindir Edward dengan nada meremehkan. Matanya menyalang dengan kaca-kaca, ia merasakan betapa pahitnya kehidupannya selama ini dikejar-kejar rentenir, dikejar polisi pu

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pelabuhan

    “Jadi, kamu benar mau menipuku Safir?” Edward menyeringai, dalam sedetik ia sudah menyudutkan Safir ke dinding dan menatapnya tajam.“Kenapa kamu berubah pikiran hah? apa kini kamu sudah mencintai suamimu yang jahat itu? atau kini kamu sudah bermimpi untuk menguasai hartanya?” geram Edward. Tangan pria itu merembet untuk mencekik Safir.Brak!Pintu besar yang terbuat dari kayu itu terbuka, Elan berada disana dan langsung mengeluarkan tinjunya kearah Edward.“Bos, kenapa kamu disini?” Edward terkejut.“Safir, pergilah.” Elan menatap Safir menyuruh wanita itu pergi. Sedangkan Safir yang masih terkejut menggeleng tidak percaya, bagaimana bisa Elan berada disini dan malah memihak padanya?“Safir! tunggu apa lagi, cepat bawa dokumen-dokumen itu dan pergi dari sini!” teriak Elan menggema diruangan kedap suara itu. Edward yang hendak menarik tangan Safir, tidak mampu karena Elan mendorongn

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pertemuan Safir dan Edward

    "Kei kamu mau pergi?" Mata Sonia berkaca-kaca, tangannya mengelus lengan keponakannya yang selama ini telah menampungnya.Kei mengangguk, "iya, aku minta maaf jika selama ini, belum bisa menjadi anak yang baik bagimu. Belum bisa menjadi Kakak yang baik untuk Emira dan Nania."Sonia menatap lekat-lekat wajah Kei, tangannya kini menangkup wajah pria itu. Laki-laki kecil yang dulu pernah ia rawat setelah kepergian saudaranya. Kini ternyata sudah menjelma menjadi pria dewasa. Namun, kehidupannya tidak berjalan selalu mulus. Sonia sangat tahu, Kei selalu berurusan dengan dunia hitam yang tidak tahu kapan akan berakhir.Sedari awal, ia mendukung semua apapun yang dilakukan Kei. Selama dirinya bisa mendapat perlindungan dan tumpangan. Ia tidak ingin bernasib sama dengan Ayah maupun Ibu Kei yang menentang Kakeknya, Sugi Yamamoto. Ia ingin hidup kaya dan bahagia. Wajar, jika dirinya selama ini, sangat tidak suka dengan kedatangan Safir yang bisa jadi merebut harta yang selama ini ia idamkan da

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Saudara Sedarah

    Safir yang sudah terbebas dari Edward, menghela nafas lega. Bukti yang kini di tangannya ia apit kuat-kuat, jangan sampai ada yang mengambil, karena ia takut justru akan berakibat fatal nantinya.Baru saja keluar dari kantor polisi, saat ia hendak mencari taksi, tangannya ada yang mecekal tiba-tiba. Bahunya dipeluk dari belakang, sebuah lengan kekar, melingkar di lehernya. "Jangan banyak gerak, ikuti aja kemana aku membawamu.""Siapa kamu?!" sentak Safir, berusaha melepaskan diri. Namun, kungkingan pria itu terlalu kuat. Akhirnya dengan jantung berdegup, ia pasrah saja."Berani berteriak, aku akan memenggal lehermu disini," ancamnya. Safir mengangguk, mencari aman sementara, juga ia ingin tau siapa pria yang kini menyeretnya ke dalam mobil."Kamu..." Safir kehabisan kata. Pria itu, adalah pria bertopi coboi yang pernah menemuinya di atas balkon. Kei sudah menceritakan padanya, jika pria bermata tajam dan berkulit vampir itu bernama Aoshi, tema

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pelaku 7 Tahun Silam

    Safir menutup mulutnya sendiri begitu rekaman yang di dapat dari daschcam mobil seseorang menangkap beberapa kejadian termasuk kecelakaan orang tuanya. Mobil itu terlihat bergerak hingga terdengar pecakapan pengemudinya.“Aku akan membunuh direkturnya, dengan tanganku sendiri.”Lalu kemudian mobil bergerak dengan kecepatan diatas rata-rata. “Aku akan mengahancurkan kalian semua!” geram seorang pria yang wajahnya terlihat jelas di kamera.Pria itu adalah Keiji Salim Yamamoto. Wajahnya masih khas asia timur. Matanya masih terlihat sedikit sipit dan tidak ada jambang yang menghiasi wajahnya. Potret pria itu ketika masih muda. Terlihat, Kei mengambil minuman beralkohol dengan botol mini, lalu meneguknya beberapa kali.Mobil itu semakin dilajukan dan secepat kilat menabrak sebuah mobil di depannya dengan sengaja. Namun sepertinya karena mabuk keseimbangan Kei terganggu begitu pula mobil yang ditumpanginya, hingga ketika a

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Bukti

    Kei menyugar rambutnya sendiri bisa-bisanya iaupa jika di apartemen yang ditinggali olehnya tersimpan bukti-bukti mengenai kecelakaan orang tua Safir. Ia belum sempat memindahkan bukti-bukti itu ke tempat yang aman.Sepulang dari kediaman Sugi Yamamoto yang berakhir dengan dirinya yang mendapat ancaman bahwa semakin Kei memberontak, Sugi akan benar-benar melenyapkan orang-orang terdekatnya. Ia bergegas untuk segera sampai ke apartemennya.Setelah membuat laju kendarannya di atas rata-rata membelah jalanan kota. Kei akhirnya sampai di apartemen mewah bak hotel bintang lima tempat dimana ia tinggal sementara itu. Ia segera menaiki lift dengan dada bergemuruh dan pikiran yang berkecamuk. Berharap Safir tidak menemukan apa-apa di tempat tinggalnya.Saat Kei memeriksa laci di dekat ranjang, matanya membelalak. Dokumen-dokumen termasuk flashdisk yang ia simpan sudah menghilang. Semuanya. “Safir!” pekik Kei dengan suara berat.Ia segera menelpon Soni

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Dada yang Bergetar

    Tidak membutuhkan waktu lama bagi Edward untuk mendapatkan bukti rekaman yang menunjukkan Elan telah membunuh seseorang. Pulpen mini itu ia masukkan ke dalam saku celana, memberi kecupan sebentar ke dahi Emira lalu berpamitan pergi dari kediaman Keiji Salim Yamamoto.Safir dan Kei yang tengah berada di apartemen namun terasa seperti hotel, kini mereka sedang menikmati makan malam mereka. “Mas, kira-kira kenapa ya Mas El ingin tahu target kamu selanjutnya?” tanya Safir.Kei yang sedang fokus dengan makanannya mendongak, ia memang cenderung sangat diam dan tenang jika sudah berhadapan dengan makanan. “Kamu lupa Fir? Aku nggak suka bicarain bisnis di meja makan,” ucap Kei datar. Safir hampir saja tersedak, pria itu tetaplah seorang Keiji Salim Yamamoto yang sedari awal ia temui bersikap dingin dan tidak suka terganggu.“Maaf,” ujar Safir, menunduk.“Bicarakanlah hal lain,” ucap Kei, bukan berarti ia

DMCA.com Protection Status