Share

Pemainan

Penulis: Najma A
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sonia menggeram seperti kerbau yang kebelet buang air. Bibirnya tampak menggerutu. Kejadian beberapa menit lalu membuat wajahnya benar-benar malu, apalagi Kei mengabaikannya. 

 

“Emira, kenapa kamu cuma diam aja tadi huh?”

 

“Habisnya Emira takut, kalau ada Mas Kei," cicit Emira dan langsung duduk di ranjang sang Ibu.

 

“Tapi ‘kan setidaknya kamu cari cara biar Safir yang disalahkan. Ini, Ibu yang malu dan Kei pasti benar-benar akan mengusir kita.”

 

“Tenang aja Bu, nggak bakal. Kita berlindung di bawah Mas El.”

 

“Ini rumah Kei, bukan rumah El.”

 

“Tapi ‘kan, siapa yang tau di masa depan rumah ini akan jatuh ke tangan Mas El.”

 

“Aku harap gitu. Tapi nyatanya, pria playboy itu sibuk dengan wanita-wanita di luar sana. Bagaimana bisa ngelola perusahaan. Aku udah sakit kepala rasanya. Em, kapan kamu selesaikan tesismu? Cepatlah terjun ke perusahaan."

 

“Masih proses Bu. Sabar, hanya menunggu waktu aku bisa menduduki posisi menejer perusahaan.”

 

“Iya kalau Kei ngasih kamu jabatan itu.”

 

“Mas Kei pasti ngasih. Dia sangat menyayangiku Bu.”

 

Di kamar, Kei melepas jasnya, lalu menaruhnya di keranjang tempat pakaian kotor. Badannya terasa lengket dan ia memutuskan untuk mandi walau jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Safir memijat keningnya yang tiba-tiba pusing. Lelah memikirkan semua hal yang masih mejadi teka-teki bagi dirinya. 

 

Hari-hari kemarin, ia memang sibuk berkabung atas kepergian Neneknya dan sudah mengikhlaskan jika tanah milik sang Nenek harus di ambil alih oleh Alexander grup dengan iming-iming dana untuk pembangunan jembatan yang terputus di kampungnya, juga pembangunan beberapa masjid. Walau nyatanya ia telah di tipu, tahu sendiri bagaimana sebuah perusahaan akan sangat bermulut manis dan mengumbar janji agar tanah bisa jatuh ke tangan mereka. Setelah itu, mereka bisa bebas mengelola.

 

 

Semua yang terjadi pada hidupnya, rumit dan membuatnya merasa benar-benar hina. Pertama, aset tanah milik Neneknya hilang begitu saja dan ia hanya sedikit mendapat kompensasi darinya. Kedua, ia kehilangan suatu hal yang berharga bagi dirnya sebagai seorang wanita, yakni kehormatan. Ketiga, ia harus dihina dan sindir setiap hari karena ia menikah dengan pria bernama Kei. Bukankah, selengkap itu penderitaan hidupnya? 

 

“Ini balasan untuk wanita pezina sepertimu.” Pikiran itu selalu hadir dan membuat Safir merasa dirinya adalah manusia yang paling berdosa di dunia.

 

“Astaghfirullah.” Safir memanjatkan do’a kepada Tuhannya setelah beristighfar dan memohon ampun atas segala dosanya. Siapa lagi yang mau mendengar keluh kesahnya selain penciptaNya sendiri. Teman? Safir tidak benar-benar merasa memiliki teman jika yang di sebut teman adalah Fika. Entah, ia masih meragukan. Suami? Entah sudah pantas atau tidak, ia menyebut pria itu suaminya. Pria bermulut pedas yang selalu menyindirnya. Nenek adalah keluarga satu-satunya, tapi pil pahit itu harus Safir telan karena Allah telah mengambilnya.

 

“Hanya iman, yang membuat aku bertahan,” batin Safir. Ia masih memiliki harapan, sehina apapun dirinya di hadapan manusia dan Tuhannya, setidaknya ia merasa hidup masihlah amat berharga. Apalagi kini, ia tidak sedang berjuang untuk dirinya sendiri, tapi untuk seseorang yang beberapa bulan lagi akan hadir. Darah dagingnya sendiri.

 

“Tadi siang kamu ketemu siapa?” pertanyaan itu menyentak Safir. Ia bangkit dan melepas mukena yang di kenakannya. Berusaha setenang mungkin menjawab pertanyaan itu. Dirinya tahu, lambat laun entah siapa yang disuruh Kei mengawasinya, suaminya itu pasti mengetahui bahwa ia diam-diam bertemu Fika.

 

“Kamu pasti tau,” balas Safir lalu beranjak ke ranjang dan merebahkan dirinya di sana.

 

“Kalian ngomongin apa?”

 

“Kenapa kamu pengen tahu?”

 

“Saya bertaya Safir!” gertak Kei.

 

Safir menghela nafas. Ia menatap pria yang kini tengah bersender di dekat jendela yang terbuka. Angin dari luar yang masuk ke dalam, sampai mampu membuat bulu-bulu halus di tangan Safir naik.

 

“Kamu tau Edward?” tanya Safir. Kei mengangguk.

 

“Dia yang mengenalkanku dengan Elan. Aku baru tahu ternyata pria itu menjalin hubungan dengan Emira. Kami membahas itu tadi.”

Kei menghela nafas. “Kamu pengen saya ceritakan sesuatu?”

 

Mendapat tawaran langka itu, Safir langsung mengganti posisinya. Duduk bersender di kepala ranjang. “Iya.” 

 

Siapa tahu, dengan mendengar cerita dari Kei, ia bisa mencari tahu lebih dalam mengenai pria bernama Edward juga tentang kasus kematian Neneknya yang tiba-tiba. 

 

“Dia adalah alat untuk memata-matai sekaligus ancaman.”

 

“Untuk?”

 

“Perusahaan.”

 

“Kenapa kamu mau cerita sama aku?”

“Sayangnya, aku cuma mau ngasih tau kamu sampai situ. Tidurlah.”

 

Kei menutup tirai, ia berjalan ke sebuah pintu yang menghubungkan dengan ruangan lain yang sifatnya rahasia. Bahkan Safir, tidak ia izinkan masuk ke dalamnya.

 

Safir berdecak kesal, ternyata Kei hanya ingin membuatnya tidur dengan penuh rasa penasaran. Ingin rasanya ia mengejar pria itu sampai ke ruangan yang mencekam itu, tapi ia urungkan. Ia memilih untuk terlelap.

 

“Kei, Tante mau ngomong sama kamu,” pinta Sonia saat melihat keponakannya berjalan melewati kamarnya.

 

Hanya deheman yang diberikan oleh Kei. Sonia berjalan ke arah ruang tamu, begitu pula Kei. 

 

“Kamu nggak bakal tega ngusir Tante ‘kan Kei?” tanya Sonia dengan mata berkaca. “Kamu tau sendiri, Tante janda, siapa pula yang mau menanggung hidup Tante.”

 

Kei mendesah lirih, ia tatap dengan teduh Bibinya yang selama ini menemaninya di rumah besar namun terasa mencekam dan sepi ini. “Sepanjang Tante nggak mengganggu istriku, aku nggak bakal usir Tante dari rumah ini.”

 

“Tante nggak ganggu istrimu. Dia itu cuma emosian aja, pengaruh hamil Kei.”

 

“Oleh karena itu, karena dia lagi hamil, makanya Tante yang harus Tahan emosi. Jangan terpancing.”

 

“Kamu membela dia karena kamu mencintainya Kei?”

 

Kei terdiam, tidak berniat menjawab sama sekali pertanyaan dari Tantenya. “Pria yang mencintai wanita, cenderung ingin melindungi wanita itu.”

 

“Anggap aja begitu Tante.”

 

“Kamu mau bawa dia pada kehidupanmu Kei?” tanya Sonia dengan wajah serius. Bibirnya terangkat sebelah, begitu mendapati keponakannya diam seribu bahasa. 

 

“Biarkan aku yang memutuskan Tante.”

 

“Aku harap, kamu bisa menarik kembali kepemilikan Baymax grup. Itu yang akan menyelamatkan mu dari kehancuran.”

“Itu cuma keinginan Tante ‘kan?”

 

“Kei! Tante tahu kamu. Tante yang selama ini besarkan kamu. Tolong, mengertilah.”

 

Kei tertawa dalam hati. Bertanya-tanya, mengapa orang-orang yang berada di sekelilingnya terus meminta dirinya untuk mengerti? Apa sebenarnya yang harus di mengerti? Hanya gara-gara Tantenya ingin agar perusahaan semakin membengkak dan keuntungan banyak di dapat, menyuruh Kei untuk kembali berurusan dengan kematian? Apakah itu rasa sayang selama ini dari seorang wanita yang katanya menggantikan peran seorang Ibu bagi dirinya?

 

“Bahkan, aku nggak bakal tahu siapa yang akan berubah di masa depan. Jadi, biar aku sendiri yang memutuskan Tante. Jangan pernah campuri lagi urusanku. Selama ini, Tante menjadi pengganti Ibuku dan aku sangat berterimakasih untuk itu, tapi setelah ini, aku nggak ingin walau Tante sekali pun mengatur hidupku.”

 

Kini, Sonia yang tertegun. Kei secara tidak langsung menyindiri dirinya yang seolah di masa depan bisa jadi tidak setia lagi berdiri di sisinya. “Tante, akan dampingi kamu sampai semuanya selesai.”

 

Lagi-lagi Kei tertawa miris. “Memangnya kapan permainan ini akan selesai?” batinnya.

Kei kembali ke kamar, masih dengan setelan casualnya. Kaos oblong warna hitam dan celana pendek berbahan jeans dengan panjang selutut, sehingga memperlihatkan bulu-bulu di kakinya. 

 

“Kamu nggak enak badan?” tanya Kei yang melihat Safir justru berbaring di ranjang dengan berselimut. Padahal tadi baru saja sarapan, setidaknya perempuan itu berjemur atau jalan-jalan keluar untuk kesehatan bayinya.

 

Safir menggeleng, walau percuma, karena Kei sudah dapat menebak. “Kamu demam.”

“Aku baik-baik aja.”

 

“Jangan ajarin anakmu naif. Nanti kayak kamu, gampang ketipu.”

 

Safir mendadak kesal, selalu saja Kei menyalahkan dirinya. Apa tadi ‘gampang ketipu’? oh tepat sekali, Safir merasa Kei sangat benar. Ia tidak ingin mendebat.

 

“Aku pengen Mie,” ucap Safir yang membuat Kei mengernyitkan alis. Tidak lama, ia akhirnya mengangguk dan berjalan ke dapur.

 

“Ngapain Den?” tanya Bi Suti yang merasa heran begitu melihat majikannya mondar-mandir di depan kompor.

 

“Ada mie instan Bi?”

 

“Ada Den. Siapa yang pagi-pagi pengen Mi instan Den?”

 

“Safir.”

 

Bi Suti terkekeh pelan. “Oh Non Safir. Pasti ulah si debaynya. Sabar ya Den. Sini, biar Bibi yang buatkan. Aden tunggu aja.”

 

“Aku pengen Mas Kei yang buat.” 

 

Dua orang itu langsung menoleh ke sumber suara. Bi Suti tampak terkejut, sedangkan Kei menghela nafas berat. “Biar saya aja Bi. Bibi silakan kerjakan yang lain.”

 

 

Oh Safir, tahukah kamu, bahwa wajahmu yang menatapku tanpa dosa itu sangatlah menyebalkan?! Kei membatin sendiri.

 

 

 

Lanjut? Jangan lupa berlanggana cerita ini yaa😊😊🥳 oh ya yang belum baca ceritaku Dinikahi Dosen, gas keun ya

 

Bab terkait

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Ternoda

    Safir meringis sendiri saat melihat tampilan Mie kuah buatan suaminya. Padahal, beberapa menit lalu dirinya merasa menggebu-gebu ingin menikmati makanan yang terbuat dari adonan tepung dan tanpa serat sama sekali itu. Tapi kini, entah mengapa selera makannya hilang.“Makan.” Suara baritone Kei terdengar memerintah. Pria itu bersidekap dan menatap mangkok Mie dan istrinya bergantian.“Tiba-tiba aku kenyang,” aku Safir jujur. Ia tidak ingin jika memaksakan makan, khwatirnya malah menuangkan isi perutnya keluar.“Aduh anakku, ayolah. Jangan buat Ibu malu,” batin Safir dalam hati. Ia menunduk saja karena ia merasa benar-benar tidak ada minat lagi. Mungkin dedek yang didalam tengah mencoba membuatnya malu.Sedangkan Kei menggeram tertahan. Matanya memicing ke arah istrinya.

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Rencana Jahat

    Safir termenung di halaman belakang yang memperlihatkan betapa luas hamparan rumput nan hijau yang bisa di gunakan sebagai lapangan golf. Juga kolam renang yang tidak jauh dari tempatnya duduk. Suara merdu air mancur menenangkan telinganya. Aroma anggrek bulan menyeruak melalui hidung mancungnya. Perlahan, tangannya mengusap perut. Ketika sendiri, selalu saja penyesalan datang. Hatinya tak pernah urung menangisi masa lalu. Jika saja, dirinya tidak bertemu El. Jika saja, dirinya tidak mudah percaya pada Edward. Jika saja, ah sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur. Rintik gerimis terlanjur jatuh. Semuanya, tidak akan pernah bisa berbalik lagi.Safir berdiri dari posisi duduknya. Kakinya terasa gatal untuk menyentuh air kolam yang membiru. “Wah, enak ya. Serasa jadi nyonya besar di rumah. Cuma santai-santai, dapat duit, makan enak, nggak usah kerja.” Suara seseorang yang muak untuk ia dengarkan. Safir abai saja membuat Sonia mengepalkan lengan.“Heh!” Sonia membalik tubuh Safir dengan kasa

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Tenggelam

    Sebuah ruangan berpendingin itu semakin panas, saat seorang wanita dengan rambut blonde miliknya mencoba menggoda seorang pria. Tangan nakal wanita itu menjulur dan mengusap pelan wajah sang pria, namun dengan segera pria yang tak lain adalah Keiji Salim Yamamoto menepis lengan Fika, wanita yang rela menjajakan dirinya kepada seorang pengusaha kaya.Padahal, rencananya ia tidak ingin datang ke kantor. Tapi, laporan dari Sam membuatnya terpaksa harus ke sana dan menemui seseorang yang –ah jika boleh menyebutnya ular genit- mungkin Kei akan menjulukinya demikian.“Hehe.” Fika meringis karena tangannya di tepis dengan kasar. “Kamu nggak rindu belaianku Mas?” tanyanya.Kei tersenyum dingin, mata elangnya menatap tajam ke arah Fika – yang katanya teman Safir, walau ia meragukannya- melihat kelakuannya yang berani saat ini.“Jangan hinakan dirimu di hadapan seorang pria Fika!” gertak Kei. “Ka

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pulpen

    Wajah Safir sudah memucat, bahunya bergetar. Ia takut, jika yang tengah berdiri di belakangnya adalah Edward atau Elan, dua pria yang sangat dibencinya hingga ubun-ubun. Ia menoleh, mulutnya sedikit terbuka begitu melihat siapa yang tengah menatapnya tajam.“M-mas, gimana bisa kamu?” Safir mengernyit bingung, ia tidak memberitahu pria ini bahwa dirinya berkunjung ke Bogor. “Disini?” lanjutnya.“Bodoh,” umpat Kei hingga telinganya begitu peka mendengar derap langkah mendekat ke rumah yang pantas di sebut gubuk tua itu. Dengan gerakan cepat, ia merengsek ke arah istrinya lalu membekap mulut itu dan seketika menyeretnya ke pintu belakang.“Mas, siapa tadi?” tanya Safir sedikit khawatir dan juga takut. Ia melihat wajah suaminya begitu tegang, walau sekian detik kemudian meluruhkan ekspresi itu.“Diem!” titahnya tak terbantah. Safir mengatupkan mulut, menahan nafas, dan mengatur detak jantung. Ya, saat ini organ tubuh yang letaknya di dada itu seperti tengah mengejeknya karena bergetar tak

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Rujak

    “Nggak ada lagi yang berharga. Semuanya cukup terekam di sini,” ucap Safir mengelus dada, dengan nada melankolis. Membuat Kei berdecak.“Kamu bukan aktris, jelek akting kayak gitu.” Safir hampir saja memaki mulut yang sepertinya sudah di campur dengan Boncabe level tinggi itu. Tapi, ia sadar, itulah suaminya. Jadi-jadian entahlah. Semoga bukan jelman setan saja, karena kemarin Safir sempat mengira Kei adalah ustadz.“Kamu tau apa yang di cari Elan?” tanya Kei dengan tatapan mengintimidasi. Safir yang mengerti raut penasaran itu, segera membuang wajah dan berjalan ke arah kamarnya. Mengulur waktu untuk menjawab.“Mana ku tau. Aku aja kaget, dia datang ke sini. Untuk apa juga.” Safir berucap sambil membuka lemarinya alih-alih berkilah dengan kata-kata.Kei tidak bertanya lagi, memb

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Spy

    Dua hari terlewati oleh dua orang pasangan suami istri itu di Bogor dengan Safir yang merasa sangat bosan karena harus tinggal sendirian di hotel. Bagaimaana tidak, Kei lebih sibuk diluar daripada menghabiskan waktu bersama istrinya. Maklum, memang itulah tujuan pria itu ke kota ini. “Aku nggak bisa langsung pulang ke rumah,” ucap Kei begitu mobilnya berhenti tepat dihalaman rumah besar miliknya. Safir hanya mengangguk, tidak ingin menanyakan apapun. Lalu membuka seatbelt dengan kondisi wajah di tekuk. Saat hendak membuka pintu, lengannya ditahan. “Kamu kenapa?” tanya Kei. “Nggak papa Mas," balas Safir. Namun, wajahnya tampak di tekuk. “Jangan ajarin anakmu untuk bermuka masam," hardik Kei. “Emang kamu nggak?” Safir menaikkan satu aslinya, kini menatap sang suami kesal. Selalu saja yang jelek-jelek ditimpakan padanya “Emang iya?” Kei memindai wajahnya sendiri di spion tengah, mengusap-usap jambangnya yang tidak terlalu lebat. Safir tertawa melihat wajah polos Kei saat ini.

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Iblis

    Benda persegi yang tergeletak di atas meja berbunyi, membuat konsentrasi Kei pecah seketika. Sam yang melihatnya hanya berdehem pelan, ia hafal kebiasaan Tuannya yang tidak suka di ganggu. Tapi kabar baiknya, Kei tidak pernah membabi buta atau melampiaskan amarahnya pada orang lain saat ia merasa kesal.Kei mengusap wajah dengan sambil menghembuskan nafas kasar. Matanya terlihat bertanya-tanya mengapa istrinya yang jarang memberi kabar kecuali penting itu menelpon. Ayolah, ini adalah perdana bagi mereka.“Kenapa?” tanya Kei setelah menjawab salam.Terdengar balasan dari seberang, "ada seseorang.”“Siapa?” tanya Kei mendadak wajahnya muram, ia merasakan suara sang istri bergetar.“Aku nggak tau."Kei menghembuskan nafas. &ldq

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Rasa

    Kei membuang pandangan, telapak tangannya mengepal seraya membanting setir. Perkataannya barusan sungguh tidak mencerminkan dirinya sebagai seorang pria yang mampu melindungi wanitanya. Inilah yang sedari dulu ia takutkan. Harus membahayakan satu orang belum lagi di tambah satu nyawa tak berdosa. Semua akan habis karena dirinya.Di persimpangan empat, ia belok ke kiri, memasuki sebuah komplek perumahan yang terlihat dari dekorasi bangunannya begitu menawan.Kei jalan cepat menuju kamarnya, tangannya membuka pintu dan terlihatlah sang istri sedang duduk meringkuk di ranjang. Semua jendela telah tertutup.Pria itu menghela nafas, menatap intens pada sang istri yang kini juga menatapnya.“Kamu nggak papa?” tanya Kei masih dalam posisi berdiri. Safir menggeleng, namun cairan bening di pelupuk matanya berjatuhan begitu saja.

Bab terbaru

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Akhir

    Negeri Jiran menjadi tempat yang kini dipilih oleh Kei dan juga Safir untuk melanjutkan hidup. Keduanya memilih meninggalkan segala kenangat pahit, walau ada juga diselingi kenangan indah disana, namun semuanya hanya ingin mereka kenang dan berharap tidak akan terulang lagi selamanya.Sejarah memang selalu terulang, tapi harapan keduanya adalah mengulangi sejarah yang indah. Terutama untuk keluarga mereka. Kei memulai bisnisnya kembali dari nol, ia sekarang bekerja di sebuah perusahaan di Malaysia dan mendapat posisi sebagai menejer.Safir juga hidup layak disebuah rumah yang tidak semewah rumah Kei terdahulu, namun ia merasa tenang dan tentram tanpa gangguan siapapun. Bahkan, kini ia sudah memiliki seorang putra yang tampan, mirip sekali dengan suaminya, Keiji. Putranya ia beri nama Anggara Putra Keiji. Nama yang juga sangat disukai suaminya.“Pekan depan Elan mau berkunjung ke rumah kita, katanya mau lihat keponakannya, gimana menurutmu sayang? apa aku n

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Keluarga

    “Insyaa allah, Evan kuat Mas, dia pasti akan bertahan untuk berbaikan sama kamu lagi, kembali seperti dulu,” ujar Safir lembut ia duduk tepat disamping suaminya yang menutup wajahnya dengan tangan dan sikunya yang terpangku dikedua lututnya. Ini bukan kali pertama Kei merasa kehilangan, setelah Ayah, kemudian disusul Ibunya dan kini adiknya.Ia kira dengan mengikuti semua titah dari Kakeknya dan dengan berkuasanya ia di dalam perusahaan, kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi. Namun tetap saja, semua terjadi dan inilah takdir untuk keluarganya. Elan adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.Aoshi berdiri tidak jauh dari dua orang suami istri itu. Ia menatap prihatin kearah Kei, ia juga turut sedih karena tindakan Elan yang bebahaya dan membahayakan nyawa, ia bahkan tidak menduga pria bajingan itu akan memberikan nyawanya untuk melindungi Kei. Padahal, setahunya hubungan Elan dan Kei sedang tidak baik-baik saja.“Safir, dia keluar

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Terbunuh

    “Seorang Alexander tidak benar-benar mempercayaimu Edward, mereka akan membunuhmu perlahan. Seharusnya yang kau hancurkan adalah mereka,” ucap Elan berjalan mendekat ke arah Edward agar pria itu mengurunkan niatnya dan tidak buta karena ambisi pribadinya. Sementara pria dengan jas hitam dan bergaya rambut top knot itu terkekeh, bahkan meringis senang karena bisa mengubah posisi antara dirinya dan atasannya dimasa lampau. Dunia memang berputar, ia sudah percaya dari sejak lama pepatah itu, hanya saja ia perlu sabar dan terus berusaha.“Apa kamu tahu Elan, kakakmu bukan hanya pembunuh berdarah dingin, tapi dia binatang yang tidak seharusnya hidup di dunia ini. Dia telah membunuh banyak orang dengan tangannya. Sekarang, apa kamu membelanya karena Alex sudah tidak percaya padamu lagi Elan?” sindir Edward dengan nada meremehkan. Matanya menyalang dengan kaca-kaca, ia merasakan betapa pahitnya kehidupannya selama ini dikejar-kejar rentenir, dikejar polisi pu

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pelabuhan

    “Jadi, kamu benar mau menipuku Safir?” Edward menyeringai, dalam sedetik ia sudah menyudutkan Safir ke dinding dan menatapnya tajam.“Kenapa kamu berubah pikiran hah? apa kini kamu sudah mencintai suamimu yang jahat itu? atau kini kamu sudah bermimpi untuk menguasai hartanya?” geram Edward. Tangan pria itu merembet untuk mencekik Safir.Brak!Pintu besar yang terbuat dari kayu itu terbuka, Elan berada disana dan langsung mengeluarkan tinjunya kearah Edward.“Bos, kenapa kamu disini?” Edward terkejut.“Safir, pergilah.” Elan menatap Safir menyuruh wanita itu pergi. Sedangkan Safir yang masih terkejut menggeleng tidak percaya, bagaimana bisa Elan berada disini dan malah memihak padanya?“Safir! tunggu apa lagi, cepat bawa dokumen-dokumen itu dan pergi dari sini!” teriak Elan menggema diruangan kedap suara itu. Edward yang hendak menarik tangan Safir, tidak mampu karena Elan mendorongn

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pertemuan Safir dan Edward

    "Kei kamu mau pergi?" Mata Sonia berkaca-kaca, tangannya mengelus lengan keponakannya yang selama ini telah menampungnya.Kei mengangguk, "iya, aku minta maaf jika selama ini, belum bisa menjadi anak yang baik bagimu. Belum bisa menjadi Kakak yang baik untuk Emira dan Nania."Sonia menatap lekat-lekat wajah Kei, tangannya kini menangkup wajah pria itu. Laki-laki kecil yang dulu pernah ia rawat setelah kepergian saudaranya. Kini ternyata sudah menjelma menjadi pria dewasa. Namun, kehidupannya tidak berjalan selalu mulus. Sonia sangat tahu, Kei selalu berurusan dengan dunia hitam yang tidak tahu kapan akan berakhir.Sedari awal, ia mendukung semua apapun yang dilakukan Kei. Selama dirinya bisa mendapat perlindungan dan tumpangan. Ia tidak ingin bernasib sama dengan Ayah maupun Ibu Kei yang menentang Kakeknya, Sugi Yamamoto. Ia ingin hidup kaya dan bahagia. Wajar, jika dirinya selama ini, sangat tidak suka dengan kedatangan Safir yang bisa jadi merebut harta yang selama ini ia idamkan da

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Saudara Sedarah

    Safir yang sudah terbebas dari Edward, menghela nafas lega. Bukti yang kini di tangannya ia apit kuat-kuat, jangan sampai ada yang mengambil, karena ia takut justru akan berakibat fatal nantinya.Baru saja keluar dari kantor polisi, saat ia hendak mencari taksi, tangannya ada yang mecekal tiba-tiba. Bahunya dipeluk dari belakang, sebuah lengan kekar, melingkar di lehernya. "Jangan banyak gerak, ikuti aja kemana aku membawamu.""Siapa kamu?!" sentak Safir, berusaha melepaskan diri. Namun, kungkingan pria itu terlalu kuat. Akhirnya dengan jantung berdegup, ia pasrah saja."Berani berteriak, aku akan memenggal lehermu disini," ancamnya. Safir mengangguk, mencari aman sementara, juga ia ingin tau siapa pria yang kini menyeretnya ke dalam mobil."Kamu..." Safir kehabisan kata. Pria itu, adalah pria bertopi coboi yang pernah menemuinya di atas balkon. Kei sudah menceritakan padanya, jika pria bermata tajam dan berkulit vampir itu bernama Aoshi, tema

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Pelaku 7 Tahun Silam

    Safir menutup mulutnya sendiri begitu rekaman yang di dapat dari daschcam mobil seseorang menangkap beberapa kejadian termasuk kecelakaan orang tuanya. Mobil itu terlihat bergerak hingga terdengar pecakapan pengemudinya.“Aku akan membunuh direkturnya, dengan tanganku sendiri.”Lalu kemudian mobil bergerak dengan kecepatan diatas rata-rata. “Aku akan mengahancurkan kalian semua!” geram seorang pria yang wajahnya terlihat jelas di kamera.Pria itu adalah Keiji Salim Yamamoto. Wajahnya masih khas asia timur. Matanya masih terlihat sedikit sipit dan tidak ada jambang yang menghiasi wajahnya. Potret pria itu ketika masih muda. Terlihat, Kei mengambil minuman beralkohol dengan botol mini, lalu meneguknya beberapa kali.Mobil itu semakin dilajukan dan secepat kilat menabrak sebuah mobil di depannya dengan sengaja. Namun sepertinya karena mabuk keseimbangan Kei terganggu begitu pula mobil yang ditumpanginya, hingga ketika a

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Bukti

    Kei menyugar rambutnya sendiri bisa-bisanya iaupa jika di apartemen yang ditinggali olehnya tersimpan bukti-bukti mengenai kecelakaan orang tua Safir. Ia belum sempat memindahkan bukti-bukti itu ke tempat yang aman.Sepulang dari kediaman Sugi Yamamoto yang berakhir dengan dirinya yang mendapat ancaman bahwa semakin Kei memberontak, Sugi akan benar-benar melenyapkan orang-orang terdekatnya. Ia bergegas untuk segera sampai ke apartemennya.Setelah membuat laju kendarannya di atas rata-rata membelah jalanan kota. Kei akhirnya sampai di apartemen mewah bak hotel bintang lima tempat dimana ia tinggal sementara itu. Ia segera menaiki lift dengan dada bergemuruh dan pikiran yang berkecamuk. Berharap Safir tidak menemukan apa-apa di tempat tinggalnya.Saat Kei memeriksa laci di dekat ranjang, matanya membelalak. Dokumen-dokumen termasuk flashdisk yang ia simpan sudah menghilang. Semuanya. “Safir!” pekik Kei dengan suara berat.Ia segera menelpon Soni

  • Dinikahi Calon Kakak Ipar   Dada yang Bergetar

    Tidak membutuhkan waktu lama bagi Edward untuk mendapatkan bukti rekaman yang menunjukkan Elan telah membunuh seseorang. Pulpen mini itu ia masukkan ke dalam saku celana, memberi kecupan sebentar ke dahi Emira lalu berpamitan pergi dari kediaman Keiji Salim Yamamoto.Safir dan Kei yang tengah berada di apartemen namun terasa seperti hotel, kini mereka sedang menikmati makan malam mereka. “Mas, kira-kira kenapa ya Mas El ingin tahu target kamu selanjutnya?” tanya Safir.Kei yang sedang fokus dengan makanannya mendongak, ia memang cenderung sangat diam dan tenang jika sudah berhadapan dengan makanan. “Kamu lupa Fir? Aku nggak suka bicarain bisnis di meja makan,” ucap Kei datar. Safir hampir saja tersedak, pria itu tetaplah seorang Keiji Salim Yamamoto yang sedari awal ia temui bersikap dingin dan tidak suka terganggu.“Maaf,” ujar Safir, menunduk.“Bicarakanlah hal lain,” ucap Kei, bukan berarti ia

DMCA.com Protection Status