Resepsionis yang menjaga di tempatnya sudah mengenali Eleena serta anak yang Eleena bawa. Dia tidak menghentikan keduanya ketika Eleena membawa Akasha langsung pergi ke lift begitu saja.
Tiba di lantai ruangan Abimanyu berada, Eleena membawa Akasha keluar dari lift. Dia berjalan di sepanjang loring yang penuh dengan lukisan klasik dan vas-vas dari tanaman hias di sudut ruangan.Dengan senyum di bibirnya, Eleena akhirnya tiba di depan ruangan Abimanyu. Dia celingak-celinguk, tidak menemukan sekretaris Abimanyu yang biasanya berada di depan ruangan."Papah mana Tante?" tanya Akasha dengan wajah kebingungan."Tante juga enggak tau, mungkin papah kamu lagi rapat," jawab Eleena. Sekarang dia bingung harus ke mana, tidak mungkin Eleena langsung masuk ke ruangan Abimanyu, dia takut jika ada hal-hal penting yang hilang, dia akan di curigai. Lagi pula tidak sopan masuk ke dalam ruangan milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.Pada akhirnya EleenaEleena berdecih, ketika selesai menyatukan kancing kemeja Abimanyu, dia mengajak Akasha keluar dari ruangan pria itu. Akasha dengan patuh mengikuti ibunya pergi."Sebentar!" Abimanyu buru-buru mencekal lengan Eleena. "Kamu marah?" tanya Abimanyu melanjutkan."Saya enggak marah." Eleena tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.Abimanyu menghela nafas lega, wanita sangat sulit untuk di mengerti "Hati-hati di jalan," ucap pria itu.Mengangguk, Eleena kembali melanjutkan langkahnya. Eleena membawa Akasha keluar dari kantor Abimanyu, berjalan menaiki lift untuk tiba di parkiran ruang bawah tanah. Dia dan Akasha masuk ke dalam mini Cooper, dan mini Cooper itu melaju tidak lama kemudian.**Dua hari kemudian, pernikahan Celine dan Hendra akhirnya si selenggarakan. Sebuah pernikahan yang di selenggarakan dengan mewah, seolah mengumumkan pada dunia jika putri dari Abram Bahuwirya, menikah dengan seorang satpam biasa.
"Saya akan membawa Celine ke desa untuk menetap di sana," ucap Hendra pada lima orang yang duduk di depannya.Orang-orang itu adalah Abraham, Kesia, Abram, Vivian dan Alex yang duduk di atas sofa yang membentuk huruf L besar. Sedangkan Hendra tidak ikut duduk, melainkan berdiri di depan mereka."Bajingan kamu! Kamu mau membuat Celine hidup susah?!" Vivian marah, tidak terima bahwa putrinya akan tinggal di pedesaan."Mah, saya suami Celine sekarang, saya berhak membawa Celine ke mana pun saya pergi." Hendra menatap Vivian dengan tatapan yang dalam, ada kekerasan yang tidak bisa diganggu gugat di dalam mada suaranya."Jangan panggil saya Mamah! Kamu pikir saya ibu kamu?! Kamu itu cuma satpam rendahan!" Vivian terengah-engah.Hendra sama sekali mengabaikan Vivian, sebaliknya, dia menatap Abraham serta Abram yang sedari tadi hanya terdiam."Biarkan Celine mengikuti Hendra." Abraham akhirnya angkat bicara, menghela nafas seolah tidak berdaya."Kak Abraham!" Vivian menatap Abraham dengan ti
Jalanan desa penuh bebatuan dan ada lubang di beberapa tempat. Rumah-rumah bilik berdiri di kanan dan kiri sisi jalan, pohon-pohon tumbuh subur di sepanjang jalanan. Warga desa yang melihat kedatangan mobil mewah itu lantas menatap dengan terang-terangan, dan beberapa orang mengintip dari balik rumah mereka. Anak-anak kecil berlarian di sekeliling mobil, takjub dengan kendaraan yang jarang di temukan di pedesaan.High heels yang Celine pakai terasa tidak nyaman karena jalanan yang dia pijak bergelombang. Beberapa kali Celine hampir terjatuh jika saja dia tidak menyeimbangkan tubuhnya."Hati-hati." Hendra yang membawa banyak barang di tangannya mengulurkan stau tangan, hendak menahan pinggang gadis itu.Celine menghindar dengan cepat, tidak mau Hendra memegangnya. "Gue enggak butuh bantuan lo!"Hendra menghela nafas, pada akhirnya dia hanya berjalan di belakang Celine, menjaga agar gadis itu tidak terperosok ke jalan berlubang.**"Eleena!" sebuah teriakan terdengar ketika Eleena yang
Di dalam sebuah gedung hotel yang luas dan didesign dengan sangat apik, para wanita dan pria berpakaian mewah dan rapih berkumpul, beberapa orang duduk di fi sebuah sofa yang membentuk huruf u dan sebagian lainnya berdiri sambil memegang segelas wine di tangan mereka.Mobil yang Abimanyu dan keluarganya gunakan berhenti di depan pintu hotel, beberapa orang juga baru saja tiba dengan mobil mewah mereka. Abimanyu keluar dari mobil, dia berjalan memutar, membukakan pintu mobil di sebelah Eleena."Ayo keluar!" titah Abimanyu. Pria itu juga tidak lupa untuk membawa anaknya.Keluarga yang terdiri dari tiga orang, semuanya berpakaian hitam yang elegan, berjalan beriringan di karpet merah yang tergelar seolah menyambut kedatangan setiap tamu.Eleena menuntun Akasha agar anak itu tidak hilang. Ketika mereka masuk, kelopak mata Eleena tampa sadar terpejam karena lampu mewah di atas plafon yang menyilaukan. Saat dia membuka matanya kembali, Eleena melihat se
Suara Viona tidak pelan, beberapa orang di sekitar mereka mendengarnya. Beberapa dari mereka berpura-pura tidak mendengar dan beberapa menatap Eleena secara terang-terangan. Eleena melihat sekeliling dengan sudut matanya, dia tahu jika Viona kemungkinan besar sengaja berbicara dengan begitu keras.Eleena mengangkat sudut bibirnya, menatap Viona dan Keanu secara bergantian. "Jangan khawatir, mendingan kalian khawatirkan aja bukti perselingkuhan kalian aja yang ada di tangan gue."Mata Viona melebar, apakah Eleena masih mempunyai hal seperti itu? "Omong kosong! Gue dan Mas Keanu enggak ada hubungan apa pun, jangan fitnah!""Lo bakalan tau apa yang gue bilang fitnah atau bukan setelah video itu tersebar. Dari pada terus menguji kesabaran gue, mendingan lo pergi dari sini!"Viona terengah-engah karena marah, dia masih ingin mengatakan sesuatu, namun Keanu menariknya pergi dari hadapan Eleena. Ketika mereka sudah menjauh, Viona menghempaskan tangan Kea
Ketika Celine bangun, punggung dan lehernya terasa sakit karena kerasnya bantal dan kasur. Bagaimana tidak, kasur yang dia gunakan hanya terbuat dari sebuah kayu yang dilapisi oleh kasur busa tipis, bantal juga bukan terbuat dari kapas atau bulu angsa yang biasa Celine gunakan.Kesal dan marah, Celine turun dari ranjang, keluar dari kamar, dia tidak melihat Hendra di ruang tengah, Celine lalu keluar dari rumah yang terbuat dari ayaman bambu itu."Gue mau beli kasur!" ujar Celine langsung ketika dia melihat Hendra.Hendra sedang memperbaiki pagar di depan, ketika mendengar suara Celine, dia berbalik. "Oke, besok kita ke pasar." Hendra menganggukkan kepalanya."Gue juga mau ganti rumah, gue enggak mau tinggal di rumah ini, gue mau kamar mandi yang bagus, sofa sama lemari yang gede!" Dia meminta lebih banyak dengan wajah cemberut.Menghela nafas, Hendra melepaskan palu dan paku yang dia pegang. Pria itu berdiri, menatap Celine dengan tatapan
"Beberapa hari yang lalu Leodra datang dan mencari kamu," ujar pak Wendi memberitahukan Eleena.Eleena mengangguk, dia sudah lama tidak bertemu dengan sahabatnya itu, dia bahkan belum memberitahukan Leodra tentang pernikahannya. Setelah masalah pekerjaan di selesaikan, Eleena mengajak Akasha pergi. Keduanya tidak langsung pulang, melainkan mampir sejenak di supermarket untuk membeli beberapa barang.Eleena mengelilingi rak sambil memegang keranjang belanjaan di tangannya. Supermarket hari ini sangat sepi, hanya ada Eleena, Akasha dan kasir yang menjaga di mejanya. Tidak lama kemudian, seorang pria dengan hoodie dan tudung yang menutupi kepalanya masuk, tampak memilih beberapa barang mengikuti Eleena.Tangan Eleena memegang Akasha dengan erat, entah perasaannya saja atau benar, pria berhoodie itu sengaja mengikutinya. Ketika Eleena berjalan menuju rak lain, pria itu juga ikut, ketika Eleena berhenti untuk memilih beberapa sambil dalam botol, pria di be
Eleena merasa kegelapan menguasainya, di sekelilingnya gelap, tidak peduli seberapa keras dia berteriak dan mencoba membuka mata, tetap tidak ada cahaya yang datang. Ketika rasa nyeri di perutnya kembali, fia akhirnya sadar dan membuka matanya secara perlahan. Lampu di atasnya membuat Eleena tanpa sadar menyipitkan mata, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya."Tante!"Suara teriakan kekanak-kanakan itu membuat Eleena tersadar, dia menoleh, melihat Akasha yang memiliki mata sembab berdiri di samping ranjang tempat dia berbaring.Melihat mata Eleena yang terbuka, Akasha senang, dia berlari keluar dari ruangan, menemui ayahnya di luar. Abimanyu sedang berbicara dengan seseorang ditelepon ketika mendengar Akasha berteriak."Pah! Tante bangun! Tante bangun!"Abimanyu langsung mematikan sambungan telepon, membawa Akasha masuk ke dalam ruang rawat yang Eleena tempati."El, ada yang sakit?" tanya Abimanyu langsung, dia menatap