Suara Viona tidak pelan, beberapa orang di sekitar mereka mendengarnya. Beberapa dari mereka berpura-pura tidak mendengar dan beberapa menatap Eleena secara terang-terangan. Eleena melihat sekeliling dengan sudut matanya, dia tahu jika Viona kemungkinan besar sengaja berbicara dengan begitu keras.
Eleena mengangkat sudut bibirnya, menatap Viona dan Keanu secara bergantian. "Jangan khawatir, mendingan kalian khawatirkan aja bukti perselingkuhan kalian aja yang ada di tangan gue."Mata Viona melebar, apakah Eleena masih mempunyai hal seperti itu? "Omong kosong! Gue dan Mas Keanu enggak ada hubungan apa pun, jangan fitnah!""Lo bakalan tau apa yang gue bilang fitnah atau bukan setelah video itu tersebar. Dari pada terus menguji kesabaran gue, mendingan lo pergi dari sini!"Viona terengah-engah karena marah, dia masih ingin mengatakan sesuatu, namun Keanu menariknya pergi dari hadapan Eleena. Ketika mereka sudah menjauh, Viona menghempaskan tangan KeaKetika Celine bangun, punggung dan lehernya terasa sakit karena kerasnya bantal dan kasur. Bagaimana tidak, kasur yang dia gunakan hanya terbuat dari sebuah kayu yang dilapisi oleh kasur busa tipis, bantal juga bukan terbuat dari kapas atau bulu angsa yang biasa Celine gunakan.Kesal dan marah, Celine turun dari ranjang, keluar dari kamar, dia tidak melihat Hendra di ruang tengah, Celine lalu keluar dari rumah yang terbuat dari ayaman bambu itu."Gue mau beli kasur!" ujar Celine langsung ketika dia melihat Hendra.Hendra sedang memperbaiki pagar di depan, ketika mendengar suara Celine, dia berbalik. "Oke, besok kita ke pasar." Hendra menganggukkan kepalanya."Gue juga mau ganti rumah, gue enggak mau tinggal di rumah ini, gue mau kamar mandi yang bagus, sofa sama lemari yang gede!" Dia meminta lebih banyak dengan wajah cemberut.Menghela nafas, Hendra melepaskan palu dan paku yang dia pegang. Pria itu berdiri, menatap Celine dengan tatapan
"Beberapa hari yang lalu Leodra datang dan mencari kamu," ujar pak Wendi memberitahukan Eleena.Eleena mengangguk, dia sudah lama tidak bertemu dengan sahabatnya itu, dia bahkan belum memberitahukan Leodra tentang pernikahannya. Setelah masalah pekerjaan di selesaikan, Eleena mengajak Akasha pergi. Keduanya tidak langsung pulang, melainkan mampir sejenak di supermarket untuk membeli beberapa barang.Eleena mengelilingi rak sambil memegang keranjang belanjaan di tangannya. Supermarket hari ini sangat sepi, hanya ada Eleena, Akasha dan kasir yang menjaga di mejanya. Tidak lama kemudian, seorang pria dengan hoodie dan tudung yang menutupi kepalanya masuk, tampak memilih beberapa barang mengikuti Eleena.Tangan Eleena memegang Akasha dengan erat, entah perasaannya saja atau benar, pria berhoodie itu sengaja mengikutinya. Ketika Eleena berjalan menuju rak lain, pria itu juga ikut, ketika Eleena berhenti untuk memilih beberapa sambil dalam botol, pria di be
Eleena merasa kegelapan menguasainya, di sekelilingnya gelap, tidak peduli seberapa keras dia berteriak dan mencoba membuka mata, tetap tidak ada cahaya yang datang. Ketika rasa nyeri di perutnya kembali, fia akhirnya sadar dan membuka matanya secara perlahan. Lampu di atasnya membuat Eleena tanpa sadar menyipitkan mata, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya."Tante!"Suara teriakan kekanak-kanakan itu membuat Eleena tersadar, dia menoleh, melihat Akasha yang memiliki mata sembab berdiri di samping ranjang tempat dia berbaring.Melihat mata Eleena yang terbuka, Akasha senang, dia berlari keluar dari ruangan, menemui ayahnya di luar. Abimanyu sedang berbicara dengan seseorang ditelepon ketika mendengar Akasha berteriak."Pah! Tante bangun! Tante bangun!"Abimanyu langsung mematikan sambungan telepon, membawa Akasha masuk ke dalam ruang rawat yang Eleena tempati."El, ada yang sakit?" tanya Abimanyu langsung, dia menatap
Menyeberangi sungai, menanjak jalanan berbatu, dua jam kemudian, mobil yang Celine dan Hendra tumpangi akhirnya tiba di pasar. Sebuah pasar yang sangat jauh dari bayangan Celine, hanya berjejer toko-toko kecil, toko makanan, furniture, toko pakaian dan lainnya. Ada juga banyak pedagang makanan ringan dan beberapa restoran kecil di sini. Celine pikir pasar yang Hendra maksud adalah pasar seperti swalayan atau mall."Punggung gue sakit banget!" erang Celine dengan keluhan."Ayo, saya bantu kami turun!" Hendra yang lenih dulu turun dari mobil mengulurkan tangannya, meraih pinggang Celine dan membantunya turun.Sopir yang mengendarai mobil juga keluar, menghampiri keduanya. "Ndra, jam berapa kamu balik? Biar nanti saya jemput lagi," ucap Sopir yang merupakan teman Hendra itu.Hendra melirik Celine yang masih memiliki wajah cemberut. "Jam satu, kamu bisa jemput di sini jam satu.""Oke kalau gitu. Kau lanjutkan perjalanan dulu, ya!" Setelah men
Di malam hari, Eleena yang sudah keluar dari rumah sakit harus berbaring di tempat tidur untuk beberapa hari ke depan. Dia menghela nafas, merasa sangat membosankan."Masih sakit?" tanya Abimanyu ketika dia melihat sang istri yang mengerutkan keningnya.Eleena menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Bukan itu, saya cuma bosen aja.""Kamu bisa jalan-jalan lagi kalau lukanya sudah kering dan jahitannya bisa di lepas." Abimanyu duduk di tepi tempat tidur, mengusap kening Eleena dengan lembut. Matanya menatap Eleena begitu lembut."Akasha di mana?" tanya Eleena karena dia tidak melihat anak itu sedari tadi."Di kamarnya, dia sudah tidur," jawab Abimanyu.Eleena mengangguk, lalu menghela nafas lagi. "Soal pelaku di supermarket itu...""Jangan kahwatir, dia sudah di tangkap. Saya tidak akan membiarkan dia berkeliaran di luar dengan bebas. Lain kali saya akan menambah penjagaan kalah kamu dan Akasha mau ke luar, Saya tidak mau k
Para karyawan perusahaan Bahuwirya group tercengang ketika melihat bos mereka, Abimanyu Cakra Bahuwirya, membawa seorang anak laki-laki di pelukannya. Bukan karena mereka tidak tahu jika Abimanyu sudan memiliki seorang putra, mereka tercengang karena itu adalah kali pertama Abimanyu membawanya, terakhir kali mereka melihat putra Abimanyu di bawa ke perusahaan adalah ketika ibu bos mereka datang. Kaki jenjang Abimanyu berjalan dengan langkah lebar di ikuti oleh sekretarisnya, Leon. Satu lengan Abimanyu dia gunakan untuk menggendong Akasha, sedangkan lengan lainnya sedang membawa tas gendong bergambar robot yang berisikan segala kebutuhan Akasha. Akasha tampak berbaring dengan raut wajah sedih di bahu ayahnya, dia sedih karena harus ikut dengan sang ayah padahal Akasha ingin di rumah bersama Eleena. "Sumpah, ganteng banget pak Abi!" "Sugar daddy banget vibes nya!" "Ahh!! Andai gue yang jadi istri pak Abimanyu!"
Abimanyu tanpa basa-basi langsung menggendong Akasha, membawanya masuk ke dalam gedung perusahaan. Leon yang berada di belakang bosnya langsung mengambil botol dot yang terjatuh ke dalam kolam, lalu setelah itu dia mengikuti Abimanyu.Di bawah tatapan para karyawan yang lelah berlarian mencari anak bos mereka, mereka berpura-pura tidak melihat ketika Abimanyu memancarkan aura yang begitu menakutkan. Wajahnya tampak datar tanpa ekspresi, Akasha di pelukannya mengamuk, meminta untuk diturunkan."Huhuhu, pulang! Pulang! Akasha mau pulang!" Anak itu merengek, mencoba melepaskan diri dari sang ayah.Abimanyu tidak menanggapi, dia terus berjalan tanpa menghiraukan tangisan putranya."Tante! Akasha mau ke tante! Huaaa." Terisak-isak, Akasha yang menangis penuh dengan air mata dan ingus."AKASHA!" bentak Abimanyu lagi, kepalanya pusing mendengar tangisan putranya.Dia tidak bisa membayangkan jika menjadi Eleena yang bersama dengan Akasha
"Ini dia, makan malam spesial untuk anak ganteng kita, Akasha!" Eleena membawa sebuah piring besar berisikan satu ekor ayam goreng utuh, dia meletakkannya di atas meja makan.Akasha, anak yang di sebutkan bertepuk tangan dengan gembira. Melihat ayam goreng di atas meja, anak itu menatapnya dengan tatapan serakah.Eleena tersenyum, lalu kembali berkata, "Karena ini spesial, jadi yang pertama dapat bagian adalah Akasha!" Eleena dengan hati-hati hendak merobek bagian paha atas ayam itu, namun dia tidak menyangka jika ayam di atas piring masih sangat panas. Eleena kembali menarik tangannya."Masih panas, jangan pegang!" Abimanyu tiba-tiba angkat bicara, dia membungkukkan tubuh, merobek bagian paha atas ayam tanpa merasa kepanasan sekalipun. Lalu paha ayam sebesar lengan bayi itu di letakan di atas piring milik Akasha.Melihat apa yang Abimanyu lakukan, dia tidak menyangka jika Abimanyu akan membantunya. Hati Eleena menghangat, dia tersenyum lembut. "M