Di dalam sebuah gedung hotel yang luas dan didesign dengan sangat apik, para wanita dan pria berpakaian mewah dan rapih berkumpul, beberapa orang duduk di fi sebuah sofa yang membentuk huruf u dan sebagian lainnya berdiri sambil memegang segelas wine di tangan mereka.Mobil yang Abimanyu dan keluarganya gunakan berhenti di depan pintu hotel, beberapa orang juga baru saja tiba dengan mobil mewah mereka. Abimanyu keluar dari mobil, dia berjalan memutar, membukakan pintu mobil di sebelah Eleena."Ayo keluar!" titah Abimanyu. Pria itu juga tidak lupa untuk membawa anaknya.Keluarga yang terdiri dari tiga orang, semuanya berpakaian hitam yang elegan, berjalan beriringan di karpet merah yang tergelar seolah menyambut kedatangan setiap tamu.Eleena menuntun Akasha agar anak itu tidak hilang. Ketika mereka masuk, kelopak mata Eleena tampa sadar terpejam karena lampu mewah di atas plafon yang menyilaukan. Saat dia membuka matanya kembali, Eleena melihat se
Suara Viona tidak pelan, beberapa orang di sekitar mereka mendengarnya. Beberapa dari mereka berpura-pura tidak mendengar dan beberapa menatap Eleena secara terang-terangan. Eleena melihat sekeliling dengan sudut matanya, dia tahu jika Viona kemungkinan besar sengaja berbicara dengan begitu keras.Eleena mengangkat sudut bibirnya, menatap Viona dan Keanu secara bergantian. "Jangan khawatir, mendingan kalian khawatirkan aja bukti perselingkuhan kalian aja yang ada di tangan gue."Mata Viona melebar, apakah Eleena masih mempunyai hal seperti itu? "Omong kosong! Gue dan Mas Keanu enggak ada hubungan apa pun, jangan fitnah!""Lo bakalan tau apa yang gue bilang fitnah atau bukan setelah video itu tersebar. Dari pada terus menguji kesabaran gue, mendingan lo pergi dari sini!"Viona terengah-engah karena marah, dia masih ingin mengatakan sesuatu, namun Keanu menariknya pergi dari hadapan Eleena. Ketika mereka sudah menjauh, Viona menghempaskan tangan Kea
Ketika Celine bangun, punggung dan lehernya terasa sakit karena kerasnya bantal dan kasur. Bagaimana tidak, kasur yang dia gunakan hanya terbuat dari sebuah kayu yang dilapisi oleh kasur busa tipis, bantal juga bukan terbuat dari kapas atau bulu angsa yang biasa Celine gunakan.Kesal dan marah, Celine turun dari ranjang, keluar dari kamar, dia tidak melihat Hendra di ruang tengah, Celine lalu keluar dari rumah yang terbuat dari ayaman bambu itu."Gue mau beli kasur!" ujar Celine langsung ketika dia melihat Hendra.Hendra sedang memperbaiki pagar di depan, ketika mendengar suara Celine, dia berbalik. "Oke, besok kita ke pasar." Hendra menganggukkan kepalanya."Gue juga mau ganti rumah, gue enggak mau tinggal di rumah ini, gue mau kamar mandi yang bagus, sofa sama lemari yang gede!" Dia meminta lebih banyak dengan wajah cemberut.Menghela nafas, Hendra melepaskan palu dan paku yang dia pegang. Pria itu berdiri, menatap Celine dengan tatapan
"Beberapa hari yang lalu Leodra datang dan mencari kamu," ujar pak Wendi memberitahukan Eleena.Eleena mengangguk, dia sudah lama tidak bertemu dengan sahabatnya itu, dia bahkan belum memberitahukan Leodra tentang pernikahannya. Setelah masalah pekerjaan di selesaikan, Eleena mengajak Akasha pergi. Keduanya tidak langsung pulang, melainkan mampir sejenak di supermarket untuk membeli beberapa barang.Eleena mengelilingi rak sambil memegang keranjang belanjaan di tangannya. Supermarket hari ini sangat sepi, hanya ada Eleena, Akasha dan kasir yang menjaga di mejanya. Tidak lama kemudian, seorang pria dengan hoodie dan tudung yang menutupi kepalanya masuk, tampak memilih beberapa barang mengikuti Eleena.Tangan Eleena memegang Akasha dengan erat, entah perasaannya saja atau benar, pria berhoodie itu sengaja mengikutinya. Ketika Eleena berjalan menuju rak lain, pria itu juga ikut, ketika Eleena berhenti untuk memilih beberapa sambil dalam botol, pria di be
Eleena merasa kegelapan menguasainya, di sekelilingnya gelap, tidak peduli seberapa keras dia berteriak dan mencoba membuka mata, tetap tidak ada cahaya yang datang. Ketika rasa nyeri di perutnya kembali, fia akhirnya sadar dan membuka matanya secara perlahan. Lampu di atasnya membuat Eleena tanpa sadar menyipitkan mata, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya."Tante!"Suara teriakan kekanak-kanakan itu membuat Eleena tersadar, dia menoleh, melihat Akasha yang memiliki mata sembab berdiri di samping ranjang tempat dia berbaring.Melihat mata Eleena yang terbuka, Akasha senang, dia berlari keluar dari ruangan, menemui ayahnya di luar. Abimanyu sedang berbicara dengan seseorang ditelepon ketika mendengar Akasha berteriak."Pah! Tante bangun! Tante bangun!"Abimanyu langsung mematikan sambungan telepon, membawa Akasha masuk ke dalam ruang rawat yang Eleena tempati."El, ada yang sakit?" tanya Abimanyu langsung, dia menatap
Menyeberangi sungai, menanjak jalanan berbatu, dua jam kemudian, mobil yang Celine dan Hendra tumpangi akhirnya tiba di pasar. Sebuah pasar yang sangat jauh dari bayangan Celine, hanya berjejer toko-toko kecil, toko makanan, furniture, toko pakaian dan lainnya. Ada juga banyak pedagang makanan ringan dan beberapa restoran kecil di sini. Celine pikir pasar yang Hendra maksud adalah pasar seperti swalayan atau mall."Punggung gue sakit banget!" erang Celine dengan keluhan."Ayo, saya bantu kami turun!" Hendra yang lenih dulu turun dari mobil mengulurkan tangannya, meraih pinggang Celine dan membantunya turun.Sopir yang mengendarai mobil juga keluar, menghampiri keduanya. "Ndra, jam berapa kamu balik? Biar nanti saya jemput lagi," ucap Sopir yang merupakan teman Hendra itu.Hendra melirik Celine yang masih memiliki wajah cemberut. "Jam satu, kamu bisa jemput di sini jam satu.""Oke kalau gitu. Kau lanjutkan perjalanan dulu, ya!" Setelah men
Di malam hari, Eleena yang sudah keluar dari rumah sakit harus berbaring di tempat tidur untuk beberapa hari ke depan. Dia menghela nafas, merasa sangat membosankan."Masih sakit?" tanya Abimanyu ketika dia melihat sang istri yang mengerutkan keningnya.Eleena menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Bukan itu, saya cuma bosen aja.""Kamu bisa jalan-jalan lagi kalau lukanya sudah kering dan jahitannya bisa di lepas." Abimanyu duduk di tepi tempat tidur, mengusap kening Eleena dengan lembut. Matanya menatap Eleena begitu lembut."Akasha di mana?" tanya Eleena karena dia tidak melihat anak itu sedari tadi."Di kamarnya, dia sudah tidur," jawab Abimanyu.Eleena mengangguk, lalu menghela nafas lagi. "Soal pelaku di supermarket itu...""Jangan kahwatir, dia sudah di tangkap. Saya tidak akan membiarkan dia berkeliaran di luar dengan bebas. Lain kali saya akan menambah penjagaan kalah kamu dan Akasha mau ke luar, Saya tidak mau k
Para karyawan perusahaan Bahuwirya group tercengang ketika melihat bos mereka, Abimanyu Cakra Bahuwirya, membawa seorang anak laki-laki di pelukannya. Bukan karena mereka tidak tahu jika Abimanyu sudan memiliki seorang putra, mereka tercengang karena itu adalah kali pertama Abimanyu membawanya, terakhir kali mereka melihat putra Abimanyu di bawa ke perusahaan adalah ketika ibu bos mereka datang. Kaki jenjang Abimanyu berjalan dengan langkah lebar di ikuti oleh sekretarisnya, Leon. Satu lengan Abimanyu dia gunakan untuk menggendong Akasha, sedangkan lengan lainnya sedang membawa tas gendong bergambar robot yang berisikan segala kebutuhan Akasha. Akasha tampak berbaring dengan raut wajah sedih di bahu ayahnya, dia sedih karena harus ikut dengan sang ayah padahal Akasha ingin di rumah bersama Eleena. "Sumpah, ganteng banget pak Abi!" "Sugar daddy banget vibes nya!" "Ahh!! Andai gue yang jadi istri pak Abimanyu!"
"Mas Abi belum tidur?" tanya Eleena ketika dia yang sudah tertidur, terbangun di tengah malam.Melihat sang suami yang sedang duduk sambil bersandar pada kepala ranjang sambil sibuk dengan sesuatu di laptopnya. Wanita itu mengusap matanya dengan pelan."Ada beberapa pekerjaan yang belum selesai, kamu lanjut tidur lagi!" titah Abimanyu."Lengan Mas luka, apa enggak sakit ngetik kaya gitu?" Eleena enggan melihat suaminya bekerja di tengah malam.Tersenyum, satu lengan Abimanyu yang tidak terluka terulur, mengelus kening Eleena dengan lembut. "Enggak terlalu sakit, ini pekerjaan yang harus diselesaikan sekarang."Eleena menghela nafas, merasa bahwa bos di sebuah perusahaan sangat sulit. Di novel dan film yang Eleena tahu, bos-bos biasanya bisa cuti dan melakukan semua hal sesuka mereka, tidak sesibuk Abimanyu.***"Abimanyu ada di Singapura untuk dua minggu, kamu tahu?" Abram berbicara dengan seseorang di seberang telepon.
Eleena terkejut mendengar panggilan yang Akasha tunjukan untuknya. Matanya menatap anak yang juga menatapnya dengan tatapan polos dan malu. Sudut bibir Eleena tertarik ke atas, membentuk sebuah senyum lembut. Eleena mengulurkan lengannya pada Akasha, memberi isyarat agar Akasha mendekati dia."Akasha mah eskrim rasa apa?" tanya Eleena dengan lembut. Satu tangannya mengelus pipi anak itu."Esklim coklat, Mah," jawab Akasha, masih malu-malu ketika dia menyebut Eleena dengan panggilan Mamah."Okey, ayo kita beli es krim coklat!" Eleena lalu memesan pada si penjual.Di sepanjang perjalanan, Akasha terus tersenyum, mata bulatnya menyipit, membentuk bulan sabit. Anak itu menggenggam tangan Eleena, berjalan sambil bersenandung sebuah lagi yang Eleena tidak mengerti apa yang Akasha nyanyikan.***"Mamah! Mamah! Mamah! Mamah!"Kembali ke hotel, Abimanyu tertegun mendengar suara seruan Akasha yang memanggil 'mamah' entah pada siap
Puas menatap, Celine mengalihkan tatapannya lada sang suami. "Lagi ngapain?" Dia tidak menjawab pertanyaan Hendra tadi dan malah mengajukan pertanyaan lain."Liat ikan. Bukannya kemarin kamu bilang pengen makan ikan?" Hendra menunjuk pada bak yang tadi dia lihat, di dalamnya banyak ikan dengan ukuran besar dan kecil berenang mengitari bak.Celine juga melihatnya, lalu mengangguk. "Kalau gitu beli!"Pak RT dan bu RT masuk ke dalam rumah mengambil kantung plastik untuk wadah ikan yang akan Hendra bawa. Hani diam-diam menatap Hendra dan Celine bergantian."A Hendra, besok bisa, kan?" Gadis itu bertanya dengan nada yang sangat lembut.Celine menatap Hendra, ingin bertanya apa yang dibicarakan oleh gadis bernama Hani itu. Dia dengan sebal mencubit pinggang suaminya, membuat Hendra mendesis kesakitan."Enggak bisa, Neng. Kalau mau ke pasar mendingan kamu bareng sama mobil sayur aja," Hendra menjawab sesuai keinginan Celine, lalu untuk
Eleena tiba-tiba bangkit dari duduknya, dia berjalan ke arah walk in closet, membungkuk untuk membuka bagian paling bawah dari lemari kayu, mengambil sebuah koper dari dalam sana. Eleena membuka lemari pakaiannya, memilih beberapa dan memasukannya ke dalam koper.Abimanyu menatap istrinya dengan heran. "Kenapa kamu masukin baju ke dalam koper?" tanya Abimanyu dengan heran."Aku mau ke Singapura," jawab Eleena sambil terus memilah pakaiannya."Hah?" Abimanyu menatap Eleena dengan tatapan tidak mengerti."Aku mau ikut Mas ke Singapura, kenapa? Memangnya enggak boleh?"Pria itu mendadak terdiam, tidak menyangka Eleena akan meminta untuk ikut. Abimanyu benar-benar dibuat kehilangan kata-kata oleh istrinya. "Kamu mau ikut?""Enggak boleh?" Eleena menatap sang suami dengan tatapan curiga. "Mas beneran ada perjalanan bisnis, kan? Bukan jenguk istri ke dua?""El, aku beneran ada perlu di sana." Abimanyu menghela nafas atas tuduh
"MAS!" Jesica berteriak pada Dedi yang sedang duduk bersantai di sofa sambil menonton tayangan televisi begitu dia memasuki pintu rumahnya.Dedi mendongak, melihat anak dan istrinya yang kembali dnegan raut wajah kesal. "Ada apa?" tanya Dedi."Kamu harus kasih Eleena pelajaran!" Jesica duduk di samping Dedi, mengeluh pada sang suami.Viona juga melakukan hal yang sama, dia duduk di samping ayahnya. "Aku di dorong sampe jatuh sama Eleena, Pah! Tapi dia malah maki-maki aku sama Mamah!"Dedi menegakkan punggungnya ketika mendengar hal itu. "Kenapa Eleena mendorong kamu?" tanya Dedi dengan alis berkerut."Bukan itu intinya, Mas!" Tegur Jesica dengan kesal. "Eleena itu semakin menjadi-jadi sekarang! Dia sama sekali enggak mengormati aku sebagai ibunya. Bahkan dia udah berani main tangan sama Viona.""Kalian tenang dulu, cerita apa yang terjadi sebenarnya!"Jesica jelas semakin kesal mendengar pertanyaan Dedi. Dia merasa Dedi
Kehidupan rumah tangganya bersama dengan Abimanyu sangat damai akhir-akhir ini hingga Eleena hampir lupa jika masih ada Viona dan Jesica yang tidak akan rela melihatnya hidup dengan tenang.Hari itu, Eleena mengajak Akasha untuk keluar jalan-jalan, belum sempat dia keduanya bahagia, Eleena melihat Jesica dan Viona yang sedang berdiri di depan gerbang rumahnya dengan raut wajah kesal karena satpam tidak mengizinkannya masuk."Eleena!" teriak Jesica ketika melihat Eleena yang keluar dari rumah.Kening Eleena berkerut tidak suka melihat ibu dan anak itu berada di depan rumahnya. Pada akhirnya dia tidak berbalik pergi, akan tetap tetap berjalan keluar dari gerbang rumah. Saat Eleena menyuruh satpam membuka gerbang, Viona dan Jesica senang karena berpikir jika Eleena menuruti mereka. Tetapi saat keduanya hendak melangkah masuk, Eleena menutup kembali gerbang."Mau ke mana?" tanya Eleena yang sudah berada di luar sambil menuntun Akasha."Eleena
"Ini dia, makan malam spesial untuk anak ganteng kita, Akasha!" Eleena membawa sebuah piring besar berisikan satu ekor ayam goreng utuh, dia meletakkannya di atas meja makan.Akasha, anak yang di sebutkan bertepuk tangan dengan gembira. Melihat ayam goreng di atas meja, anak itu menatapnya dengan tatapan serakah.Eleena tersenyum, lalu kembali berkata, "Karena ini spesial, jadi yang pertama dapat bagian adalah Akasha!" Eleena dengan hati-hati hendak merobek bagian paha atas ayam itu, namun dia tidak menyangka jika ayam di atas piring masih sangat panas. Eleena kembali menarik tangannya."Masih panas, jangan pegang!" Abimanyu tiba-tiba angkat bicara, dia membungkukkan tubuh, merobek bagian paha atas ayam tanpa merasa kepanasan sekalipun. Lalu paha ayam sebesar lengan bayi itu di letakan di atas piring milik Akasha.Melihat apa yang Abimanyu lakukan, dia tidak menyangka jika Abimanyu akan membantunya. Hati Eleena menghangat, dia tersenyum lembut. "M
Abimanyu tanpa basa-basi langsung menggendong Akasha, membawanya masuk ke dalam gedung perusahaan. Leon yang berada di belakang bosnya langsung mengambil botol dot yang terjatuh ke dalam kolam, lalu setelah itu dia mengikuti Abimanyu.Di bawah tatapan para karyawan yang lelah berlarian mencari anak bos mereka, mereka berpura-pura tidak melihat ketika Abimanyu memancarkan aura yang begitu menakutkan. Wajahnya tampak datar tanpa ekspresi, Akasha di pelukannya mengamuk, meminta untuk diturunkan."Huhuhu, pulang! Pulang! Akasha mau pulang!" Anak itu merengek, mencoba melepaskan diri dari sang ayah.Abimanyu tidak menanggapi, dia terus berjalan tanpa menghiraukan tangisan putranya."Tante! Akasha mau ke tante! Huaaa." Terisak-isak, Akasha yang menangis penuh dengan air mata dan ingus."AKASHA!" bentak Abimanyu lagi, kepalanya pusing mendengar tangisan putranya.Dia tidak bisa membayangkan jika menjadi Eleena yang bersama dengan Akasha
Para karyawan perusahaan Bahuwirya group tercengang ketika melihat bos mereka, Abimanyu Cakra Bahuwirya, membawa seorang anak laki-laki di pelukannya. Bukan karena mereka tidak tahu jika Abimanyu sudan memiliki seorang putra, mereka tercengang karena itu adalah kali pertama Abimanyu membawanya, terakhir kali mereka melihat putra Abimanyu di bawa ke perusahaan adalah ketika ibu bos mereka datang. Kaki jenjang Abimanyu berjalan dengan langkah lebar di ikuti oleh sekretarisnya, Leon. Satu lengan Abimanyu dia gunakan untuk menggendong Akasha, sedangkan lengan lainnya sedang membawa tas gendong bergambar robot yang berisikan segala kebutuhan Akasha. Akasha tampak berbaring dengan raut wajah sedih di bahu ayahnya, dia sedih karena harus ikut dengan sang ayah padahal Akasha ingin di rumah bersama Eleena. "Sumpah, ganteng banget pak Abi!" "Sugar daddy banget vibes nya!" "Ahh!! Andai gue yang jadi istri pak Abimanyu!"