Ningroem menatapnya sejenak berhenti mengunyah nasi. Kemudian meneruskan mengunyah. Setelah ku telan baru aku menjawab pertanyaannya."Aku tak mau menjadi bebanmu, apalagi aku punya dua tanggungan." "Mas, paham itu sudah menjadi tanggungan Mas juga bukannya beban tetapi sudah kewajiban."Ningroem menatap kedua manik netra Dani untuk mencari kesungguhan dalam ucapannya. Betulkah pria ini tulus memintaku untuk berhenti kerja? atau hanya mencari simpatik saja? Aku sungguh bingung."Tidak ah, Mas. biarkan Aku tetap bekerja." pinta Ningroem memaksa. Karena dirinya merasa tidak enak jika kedua anaknya menjadi beban Dani juga."Ee ..., Atau begini saja. Adik buka potong ayam saja di depan, nanti Mas ambilkan dari bos. lumayan tuh untungnya bagaimana?" kata Mas Dani memberikan masukan."Bagaimana, ya? beri kesempatan untuk Ningroem berpikir dulu. Ya, Mas?" "Baiklah."Mungkin memang niat Dani baik supaya Ningroem tidak kecapean kerja.Apakah Jika Jualan ayam potong di sini laku, nggak, ya? N
Ikrar ijab kabul telah diucapkan, hari ini Ningroem resmi menjadi istri kedua Dani dengan izin istri pertama tentunya. Bahagia sudah jelas. Namun merasa tak enak hati juga ada. Ningroem harus merelakan Dani untuk berbagi ranjang dengan Ratna yang merupakan istri pertamanya. Namun, Malam ini Ratna tidak di rumah dia meminta ijin pada Ningroem untuk menginap di rumah orang tuanya satu dua hari. Rupanya Ratna memberi Ningroem waktu untuk melewati malam pertama dengan Dani. Ningroem merasa senang karena Dani hanya bisa fokus padanya saja. Pintu diketuk dari luar beberapa kali. Ningroem yang senang memberikan ASI terpaksa melepaskan Denis yang sedang menghisapnya. Untung dia mau lepas dan tetap terlelap. Ningroem beringsut perlahan turun dari tempat tidur, melangkah menuju pintu utama untuk membuka pintu. Pintu diketuk pelan lagi beberapa kali dengan sapaan lembut dari seseorang. "Dek, Dek ...." "Iya, sebentar." Ningroem memutar kunci terdengar bunyi jepret tanda terbuka, menekan gaga
Kami berdua terus berjalan tak menghiraukan orang yang berbisik-bisik memperbincangkan kami. Terserah saja mau di gosipkan apa kami berdua sudah tak peduli lagi."Mbak, sini aku gantiin gendong Denisnya?" pinta Ratna pada Ningroem di sela berjalan kaki menyusuri tiap gang untuk sampai ke tempat undangan."Dedek, mau di gendong bunda Ratna?" Ningroem bertanya pada Denis yang masih dalam gendongan. Pria kecil itu meronta minta di gendong Ratna. Kedua tangannya menjulur ke depan.Ningroem membuka kain gendongan menurunkan Denis. Menyerahkan kain gendongan pada Ratna. Dia menerima dan menggendong Denis.Setelah berjalan cukup jauh, sampai juga di depan rumah Yeni. Di sana tampak beberapa orang tamu undangan sudah datang. Mengambil tempat duduk masing-masing. Duduk lesehan menggunakan karpet.Setelah mengucapkan salam dan bersalaman dengan para tamu. Ningroem mengambil duduk di teras rumah saja. Karena membawa Denis takut putranya rewel dan berisik. Nanti malah mengganggu acara pengajian
Tak terasa sudah sebulan Ningroem menjadi istri kedua Dani. Namun, pria itu tidak juga mau menyentuh Ningroem. memberikan kewajibannya sebagai suami. Ningroem wanita normal, di pandangi wajah polosnya tanpa sedikitpun pulasan make up di wajahnya. Yang memantulkan gambaran dirinya di cermin. Ningroem melengkungkan senyum. Memperhatikan pantulan wajah di cermin tiap inci dari su hidungnya walaupun mungil tetapi tidak masuk kedalam. Sehingga sedap jika dipandang. Pipi Ningroem walaupun cabi tapi mulus. Tak ada bekas jerawat satu buah pun yang nemplok di wajah, bersih tak jijik jika dicium dan disentuh dengan tangan. Kedua bola matanya keduanya masih normal tanpa kaca mata yang menghalangi pandangan. Bibir tipisnya pun terbentuk indah dan basah tidak ada goresan. Rambutnya panjang hitam lurus tergerai melebihi bahu. Mengapa Dani tidak tertarik? Kurang poles kah? Baiklah besok aku beli pewarna bibir yang merona merah menyala. Tapi jika dipikir lagi, serem dong seperti habis makan dara
"Dek lebih baik berhenti kerja saja, tinggallah di rumah. Biar Mas yang mencari nafkah, kasihan Denis di titipkan pada orang lain terus."Ningroem diam tidak menjawab ucapan Dani. Seolah ia sedang berpikir tentang ucapan Dani padanya. Jika dipikir ucapan Dani memang ada benarnya juga. Kasihan Denis, ah tapi aku hanya menitipkannya beberapa jam saja tidak pul satu hari penuh. Jadi anak tetap prioritasku yang pertama bukan pekerjaan.Memang saking seringnya Ningroem menitipkan Denis pada Ratna. Denis menjadi lebih dekat padanya. Ketimbang dengan ku sebagai ibunya. Seolah Ratnalah yang menjadi ibunya. Sekarang karena Ratna tidak ada. Ningroem menitipkan Denis pada tetangga dekat rumah. Pasti dia juga akan menjadi dekat dengan ibu sambungnya yang baru selama Ningroem bekerja beberapa jam.Memang sudah resikonya harus jauh dari anak seperti itu. Ini juga demi anak bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri."Adik tidak ingin menambah beban Mas, dengan adanya dua anak yang menjadi t
Hujan yang terus saja mengguyur bumi terasa dingin menusuk kulit. Terlebih jam di dinding menunjukan pukul sebelas malam. Hati Ningroem yang kering kerontang kini tersiram hujan kebahagiaan. Dani membalas rangkulan mesra Ningroem. Dani sudah tidak kuasa menahan hasratnya lagi. Kulit Ningroem yang menyentuh lehernya telah membangunkan sesuatu yang berusaha ia tahan mati-matian. Dani menyentuh bibir Ningroem dengan rakus, Ningroem menikmati semua perlakuan yang diberikan Dani padanya tanpa penolakan. Tanpa sadar tubuhnya kini sudah polos begitupun dengan Dani. Yang kini telah mengungkungnya. Malam ini keduanya benar-benar menyatu. "Ahhh, kamu begitu nikmat?" Dani memeluk tubuh Ningroem erat dan memberikan Kissmark di leher Ningroem. Seketika tubuh kekarnya lunglai dalam dekapan Ningroem. Dani betul-betul menikmati momen ini. Karena ia merasakan hal berbeda pada diri Ningroem. Ketika dirinya menyentuh Ratna seolah ada yang blong tetapi ketika menyentuh Ningroem ada yang mentok. P
Dani kembali ke kamar menyerahkan resep obat yang telah ditebusnya. Ningroem menerima, melihat isinya. Mencari benda yang tadi ingin di beli sebuah testpack untuk mengecek benar tidaknya dirinya hamil. Karena dokter tadi hanya memeriksa denyut nadi dan pernafasan saja tidak meminta untuk tes urin.Tangan Ningroem menemukan sebuah benda kecil berwarna putih biru, yang masih tersegel tapi di dalam plastik. Ningroem tersenyum besok pagi baru ia akan memakainya. pakai. Sesuai keterangan yang tertera di sampulnya."Dek, kata suster nunggu dokter kontrol dulu baru bisa pulang?""Baiklah." "Dek, mau makan apa biar Mas, Carikan?""Pengen sate boleh? Tapi satenya sate Madura bukan sate Padang, gak suka?""Mas, cari di depan, ya?"Ningroem hanya mengangguk tanda mengiyakan ucapannya.Dani keluar dari kamar perawatan, terdengar dia berbicara dengan Mbak Ratna."Sayang, Mas keluar dulu mau beli sate. Kamu mau juga kah?""Boleh, Mas." "Sate Madura saja, ya? Kamu kan tidak rewel suka keduanya."
Kehamilan Ningroem yang semakin hari semakin membesar membuat dirinya semakin lemah. Itu karena Ningroem kurang memenuhi asupan makanan. Ia merasa tak ingin makan walaupun sangat lapar sehingga, asupan yang benar-benar masuk ke dalam tubuhnya hanya susu hamil promina saja yang ia minum tiga kali sehari. Sedangkan nasi yang ia makan hanya dua, tiga sendok yang masuk ke dalam lambungnya.Walaupun hanya sedikit makanan yang bisa ke dalam perutnya. Ningroem masih memaksakan makanan lain masuk ke dalam lambungnya, seperti biskuit dan buah-buahan.Itupun tidak banyak. Jika biskuit paling hanya tiga keping biskuit saja yang masuk ke dalam lambungnya. Begitupun buah-buahan jika pisang hanya satu buah pisang saja yang masuk ke dalam lambungnya. Ia tidak bisa makan banyak jika banyak perutnya langsung mual walaupun ia mual tetapi tidak memuntahkan makanan hanya air ludah kuning saja yang keluar. Padahal usia kandungannya sudah memasuki usia tujuh bulan tetapi rasa mual masih ada belum hilang.