Share

Bab 461

Penulis: Clarissa
"Tiffany sudah bangun!?" Derek segera mendekat dengan wajah penuh kejutan dan kebahagiaan sambil menggenggam tangan Tiffany dengan penuh kasih, "Cucu kesayanganku! Keluarga Tanuwijaya siksa kamu ya?"

Tiffany terpaku sejenak sebelum menyadari bahwa Derek sengaja mengatakan hal itu di depan Keluarga Tanuwijaya. Derek berbaik hati mengatakan Tiffany adalah anak Keluarga Japardi dan tentu saja Tiffany tidak bisa merusak rencananya.

Oleh karena itu, dia tersenyum ringan sambil menggenggam tangan pria tua itu. "Nggak, Kakek Darmawan memperlakukanku dengan sangat baik, nggak ada yang menyiksaku."

Derek mengerutkan kening dan merenung sejenak, "Kamu bilang, Kakek Darmawan nggak menyiksamu. Itu berarti, orang lain di Keluarga Tanuwijaya yang menyiksamu, bukan begitu?"

Tiffany tertegun, lalu buru-buru menggeleng, "Nggak! Nggak! Semua orang di Keluarga Tanuwijaya memperlakukanku dengan sangat baik."

Kecuali Michael dan Sanny.

"Omong kosong!" Derek mendengus dingin, "Jangan pikir aku nggak tahu ap
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
derek...️...️...️...️...️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 462

    Tiffany-lah yang menolak mengadakan acara dan tidak ingin mengambil foto pernikahan. Dia sendiri yang mengusulkan untuk langsung mendaftarkan pernikahan mereka dan menganggapnya sudah cukup.Sebab, dia terburu-buru ingin Keluarga Tanuwijaya segera menggunakan uang itu untuk mengobati neneknya.Pada saat itu, Darmawan memang sempat berpikir untuk mengadakan pernikahan yang layak untuk Tiffany di kemudian hari. Sekarang Derek yang mengusulkannya, Darmawan juga tidak keberatan."Kalau begitu, kita putuskan begitu saja!" Derek menghela napas panjang, "Waktu pernikahan ulang nanti, pastikan setiap anggota Keluarga Tanuwijaya datang satu per satu untuk meminta maaf sama cucuku!"Setelah berkata demikian, dia melotot dengan sengit ke arah Darmawan, "Termasuk kamu juga! Cuma dengan beberapa ratus juta saja kamu bawa pulang cucu kesayangan kami. Terlalu murah untukmu!Darmawan tersenyum dan mengangguk, "Benar, benar, memang Keluarga Tanuwijaya yang diuntungkan.""Hmph!" Derek mengelus janggutny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 463

    Sean terbangun pada malam hari. Saat dia membuka matanya, Tiffany sudah duduk di tepi tempat tidur, menggenggam tangannya sambil tertidur. Di dalam kamar, selain dia dan Tiffany, ada Bronson, Zara, Derek, dan Darmawan.Sean mengerutkan kening sedikit, lalu dengan bantuan Sofyan, dia memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidur. "Paman Bronson, Kakek Derek.""Kenapa manggil Paman dan Kakek? Sekarang sudah seharusnya manggil Ayah dan Kakek." Derek menghela napas pelan, "Kami sudah tahu semuanya, jadi kami datang ke sini khusus untuk mendukung Tiffany."Sean sontak terpaku. Dia mengangkat pandangannya ke arah Zara yang berdiri di belakang Bronson. Zara tersenyum padanya, lalu memalingkan wajah.Sean merenung sejenak dan segera memahami alasan di balik semua ini. Dia tidak menyangka Sanny akan menyuruh Genta untuk menyerangnya. Namun, Zara bisa menduganya.Bisa dibilang, setelah lebih dari satu dekade bersama, Zara lebih mengenal Sanny dibanding dirinya sendiri. Fakta bahwa Keluarga Japa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 464

    "Ya." Sean menundukkan kepala, menatap wajah Tiffany yang putih dan tenang saat tertidur.Pikirannya melayang kembali ke saat di rumah sakit sebelumnya. Dalam keadaan setengah sadar, dia mendengar suara Tiffany yang penuh rasa sakit dan putus asa. Secara refleks, dia mematahkan belenggu orang-orang itu dan berlari ke arah Tiffany sekuat tenaga ....Tiffany adalah satu-satunya obat penawarnya. Satu-satunya hal yang paling sulit dia lepaskan.Sean mengangkat tangannya untuk menyentuh bulu mata Tiffany yang panjang. Sebuah senyuman tipis terukir di sudut bibirnya. Tiffany adalah seseorang yang sangat menghargai ikatan keluarga.Jika dia tahu bahwa orang tua kandungnya masih hidup dan masih peduli padanya ... dia pasti akan sangat bahagia, bukan?Meskipun Sean tidak terlalu yakin bahwa pertemuan Tiffany dengan Niken adalah hal yang baik. Namun, karena Derek sudah mengatakan hal ini, dia memilih untuk percaya bahwa semuanya akan berjalan ke arah yang baik.Dengan pemikiran itu, Sean mengang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 465

    Sean menggelengkan kepala dengan pasrah sambil memegang wajah Tiffany yang putih dan tirus. "Kenapa kamu tahu kamu bukan? Bagaimana kalau ternyata kamu memang Nona keluarga Japardi yang hilang bertahun-tahun lalu?"Tiffany terpaku sejenak, lalu tersenyum. "Mana mungkin ada kebetulan sebanyak itu."Meskipun dia sangat merindukan kehangatan keluarga, pamannya pernah mengatakan bahwa dia ditemukan di tumpukan sampah saat kecil. Sejauh yang diketahui Tiffany, Nona Keluarga Japardi yang hilang itu adalah anak yang sangat disayangi oleh orang tuanya.Keyakinan dan tatapan tegas Tiffany membuat hati Sean terasa sakit. Dia tahu Tiffany sangat menyukai Derek dan dia tidak percaya bahwa Tiffany tidak ingin menjadi cucu pria tua itu.Bagi Sean, sikap tegasnya ini hanya karena ... dia tidak percaya dirinya bisa memiliki latar belakang dan keluarga seperti itu. Mungkin ini adalah keputusasaan dan rasa rendah diri yang terpatri di dalam dirinya.Sean menghela napas panjang dan mempererat pelukannya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 466

    Wanita itu ternyata memang ibu dari Raiyen."Bagaimana keadaannya sekarang?" Tiffany tersenyum sopan kepada ibu Raiyen, tetapi kakinya perlahan mundur.Berhubung ibu Raiyen ada di sini dan terlihat begitu membencinya, Tiffany merasa tidak perlu membeli barang dari toko ini. Bagaimanapun, masih banyak toko pakaian lainnya. Kenapa harus cari masalah sendiri?"Hah, bagaimana mungkin dia baik-baik saja sekarang!" Ibu Raiyen menatap Tiffany dengan penuh amarah. "Kamu mengirimnya ke kantor polisi, catatan buruk itu tertulis di dokumennya. Dia dikeluarkan dari sekolah dan sekarang dia cuma bisa bersekolah di sekolah kecil di dekat sini!"Wanita itu melangkah semakin dekat ke Tiffany, kemarahan di matanya semakin memuncak. Tiffany mengerutkan alisnya. Karena malas berdebat lebih jauh, dia berbalik hendak pergi."Bu!" Baru saja Tiffany berbalik, suara antusias seorang wanita terdengar dari belakangnya."Bu!" Pemilik toko pakaian buru-buru keluar dan menarik lengan Tiffany. "Kenapa belum sempat

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 467

    Ibu Raiyen langsung tersadar. "Bos, Anda ....""Ya." Pemilik toko menjawab dengan puas sambil menyilangkan tangan di dada. "Aku nggak memasukkan terlalu banyak, cuma empat atau lima jarum halus yang sulit terlihat.""Jarum-jarum ini dilapisi dengan sesuatu yang akan membuat orang tua merasa gatal luar biasa."Ibu Raiyen membelalakkan matanya dengan terkejut. "Anda melakukan ini ... nggak takut kalau dia akan kembali mencari Anda nantinya?""Apa yang perlu ditakuti?" Pemilik toko memutar matanya. "Gimana dia mau membuktikan bahwa aku yang masukkan jarum-jarum itu, bukan dia sendiri yang menyelipkannya karena ada dendam sama orang tua itu?""Tanpa bukti, dia nggak bisa berbuat apa-apa padaku."Ibu Raiyen tercengang untuk beberapa saat, lalu akhirnya menatap pemilik toko dengan penuh rasa kagum, bahkan mengacungkan jempol. "Anda memang cerdik. Aku benar-benar nggak kepikiran sampai ke sana."Seandainya saja dia berpikir seperti itu sebelumnya, untuk apa lagi dia berseteru dengan Tiffany?

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 468

    Orang pertama yang masuk ke rumah adalah Zara yang mengenakan gaun panjang hitam ketat.Ketika Tiffany membawa hidangan terakhir ke meja makan, dia mengangkat kepala dan melihat gadis itu berdiri di dekat pintu sambil tersenyum ke arahnya. Tiffany hampir tidak bisa memercayai matanya!Zara yang berdiri di depannya sekarang tidak lagi memancarkan kesan dingin dan dewasa seperti saat pertama kali mereka bertemu, atau tampak manja seperti ketika dia mengenakan gaun Lolita di rumah Keluarga Japardi. Zara saat ini tampak bersih, rapi, percaya diri, dan ceria.Mungkin ... ini adalah versi asli dari Zara yang seharusnya."Apa yang membuatmu terpesona seperti itu?" Zara tersenyum tipis ke arahnya. "Pak Bronson dan Pak Derek sudah tiba."Setelah itu, Zara bergeser ke samping. Di belakangnya, di dekat pintu masuk, berdiri Derek dan Bronson yang membawa banyak tas berisi hadiah.Kedua pria itu berdiri di ambang pintu, menatap Tiffany dengan sorot mata yang penuh semangat dan kehangatan. "Tiffany.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 469

    Ekspresi terkejut Bronson saat memegang sendok membuat Tiffany merasa gugup. Dia menggigit bibirnya. "Paman Bronson, ada masalah sama masakannya?"Ikan asam pedas ini adalah salah satu hidangan andalannya. Paman dan bibinya sebenarnya tidak pernah membuat ikan asam pedas untuknya.Namun, setelah menikah dengan Sean, karena Sean mengatakan dia suka makan ikan, Tiffany mulai belajar memasaknya. Ketika pertama kali melihat resep ikan asam pedas, dia langsung menyukai cara memasaknya. Tiffany selalu merasa percaya diri dengan kemampuan memasaknya.Namun, mengapa setelah Bronson mencicipi ikan asam pedas buatannya, dia menunjukkan reaksi seperti itu?Tangan Bronson yang memegang sendok sedikit bergetar. Dia berbalik menatap Derek dengan penuh rasa haru. "Dia benar-benar ... dia benar-benar!"Ini adalah rasa masakan Nancy! Sudah 19 tahun sejak Nancy pergi. Selama 19 tahun itu, dia tidak pernah lagi mencicipi masakan buatan Nancy.Namun kini, dia bisa merasakan rasa masakan itu kembali di hid

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 655

    Setelah satu jam berusaha, akhirnya hasil kerja Sean bisa dianggap layak. Dia menatap setumpuk kecil kulit pangsit berbentuk bulat di atas meja dengan penuh kepuasan. "Sebenarnya, aku cukup berbakat juga."Tiffany meliriknya dengan ekspresi meremehkan. "Kamu bilang ini bakat?"Namun ....Saat dia melihat tangan besar milik Sean, dia bisa memahami betapa sulitnya bagi pria ini untuk menggiling adonan kecil seperti itu.Setelah semua pangsit selesai dibentuk, Tiffany segera menuju dapur untuk merebus air. Sean membawa piring berisi pangsit ke dapur dengan hati-hati.Lalu, dia berdiri di belakang Tiffany dan menemaninya melihat air di dalam panci perlahan mendidih hingga gelembung-gelembung kecil mulai bermunculan di permukaannya.Rumah Tiffany memang kecil, begitu juga dapurnya. Saat dia sendirian, dapur ini terasa cukup luas baginya. Namun, begitu Sean di sini, tubuh pria itu yang tinggi dan tegap menghalangi cahaya di dalam dapur.Ruangan itu jadi terasa kecil dan sempit.Tiffany menge

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 654

    Julie buru-buru mengirimkan sebuah pesan.[ Sean di rumahmu? Belajar ini dari kamu? ]Tiffany tertegun sejenak, lalu mengirimkan emotikon pasrah.[ Arleen mau traktir dia makan pangsit. ]Julie kehabisan kata-kata.[ Sepertinya putrimu itu sama kayak kamu. Bucin! ]Tiffany mengerucutkan bibirnya.[ Enak saja. Dia itu karena pernah makan stroberi darinya, jadi kepengen lagi. ][ Julie: Hahaha. Tapi bagus juga sih. Sean biasanya pria yang nggak ngerjain pekerjaan rumah. Sekarang malah mau belajar beginian sama kamu dan ngerjain kerjaan rumah tangga. Sudah termasuk ada perubahan. ][ Tiff, boleh pertimbangkan untuk maafin dia. ]Tiffany mencibir.[ Siapa yang dulunya nyuruh aku jangan terlalu mudah maafin dia? ][ Julie: Sekarang sudah beda sama dulu! Kalau ada pria yang rela melakukan perubahan seperti ini demi aku, aku pasti sudah nikah sama dia! ][ Tiffany: Sudah kutangkap layar, mau kirim ke Mark. ]Julie terdiam."Lagi ngobrol sama siapa?" Tiba-tiba, terdengar suara Sean yang rendah

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 653

    Saat Tiffany kembali ke rumah dengan membawa pakaian, dia melihat Arlo sedang mengajari Sean menggiling adonan pangsit dengan ekspresi penuh ketidaksabaran. "Begini, begini."Tangan mungilnya menunjukkan caranya di atas adonan sambil membimbing Sean sedikit demi sedikit. Gaya mengajarnya persis sama seperti cara Tiffany mengajarinya dulu.Tiffany yang berdiri di ambang pintu, melihat pemandangan itu dengan perasaan yang hangat.Putranya yang kecil ini baru belajar menggiling adonan setengah tahun lalu. Saat itu, alasan Arlo ingin belajar sangatlah sederhana. Itu karena Arlene suka makan pangsit, dan setiap kali membuatnya, Tiffany selalu harus bekerja sendiri dan terlihat sangat lelah.Jadi, bocah itu meminta Tiffany mengajarinya agar bisa membantu. Siapa sangka, hanya dalam beberapa bulan, dia sekarang bisa mengajari ayahnya sendiri?"Astaga, kenapa kamu bodoh sekali!"Saat Tiffany masih terdiam dalam lamunannya, suara kesal Arlo terdengar. Secara refleks, dia mengangkat kepalanya.Se

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 652

    Arlo memutar matanya. "Kamu sengaja."Sean menatapnya sekilas. "Kenapa kamu begitu yakin?""Hmph, pria licik!"....Tiffany mengambil kartu akses dan membuka pintu apartemen Sean. Ruangan itu rapi dan bersih, sangat mencerminkan gaya hidupnya. Dia melepas sepatunya, lalu masuk ke kamar tidur.Ini pertama kalinya dia berada di kamar apartemen Sean. Sama seperti yang dia bayangkan, interior serba hitam dan putih, khas gaya Sean sejak dulu.Di sudut kamar, meja kerja masih menyala dengan laptop yang terbuka. Tiffany mengerutkan kening, lalu menyentuh permukaan laptop yang masih terasa panas. Dia melirik waktu terakhir sistemnya digunakan. Pukul 04:30 dini hari.Laptop ini sudah nyala selama ini?Setelah menarik napas panjang, Tiffany mulai menyimpan semua dokumen yang masih terbuka, lalu mematikan laptopnya. "Tagihan listrik di sini pasti mahal ...," gumamnya pelan.Namun, saat hendak menutup layar, matanya terpaku pada wallpaper desktop. Itu adalah foto pernikahan mereka lima tahun lalu.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 651

    "Kakak, Paman Ganteng! Sini bantuin!"Saat Arlo dan Sean masih ingin melanjutkan percakapan mereka, terdengar suara yang lembut dari luar pintu.Arlene yang tingginya bahkan belum mencapai pegangan pintu, berdiri di luar dengan mengenakan piama berwarna merah muda. Dengan tangannya yang mungil, dia mengetuk pintu dengan penuh semangat."Mama sibuk sekali sendirian! Sebagai pria, kalian berdua harus bantu! Kalau nggak bantu, berarti bukan pria sejati!"Di dalam ruangan, Arlo dan Sean saling bertatapan.Tak lama kemudian, pintu terbuka. Seorang pria dewasa dan seorang bocah laki-laki keluar dari dalam kamar."Aku benar-benar curiga kalau Paman Ganteng ini adalah Papa Kakak ...." Melihat dua orang dengan gaya berjalan yang identik berjalan ke dalam rumah mereka, Arlene bergumam sendirian.Namun, Mama bilang bahwa dia dan Kakak punya Papa yang sama.Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya. Terlalu disayangkan!Seandainya saja Paman Ganteng adalah Papa Kakak, aku bisa melihatnya setiap hari

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 650

    "Aku sering dengar dia nangis sendirian di malam hari sambil memeluk sebuah foto. Foto itu ...."Arlo mengatupkan bibirnya. "Di foto itu, ibuku pakai baju kelinci berwarna pink. Kamu berdiri di sampingnya dan dia tersenyum sangat indah. Tapi, aku nggak pernah lihat Mama senyum seperti itu sebelumnya.Sean tertegun dan tidak berbicara lagi. Sebenarnya, dia ingat foto yang dibicarakan Arlo. Itu adalah foto yang diambil saat pertama kali dia membawa Tiffany ke Keluarga Japardi dan dia menari di hadapan Derek.Meskipun lima tahun telah berlalu .... Dia masih ingat dengan jelas saat itu.Itu adalah masa-masa terindah dan tanpa beban dalam hubungannya dengan Tiffany. Namun, setelah itu ....Mereka tidak pernah bisa merasakan kebahagiaan yang sama lagi.Keluarga Japardi, Keluarga Rimbawan, dan Keluarga Tanuwijaya.Perselisihan dan konflik di antara mereka telah memisahkan hubungan yang seharusnya bisa mereka pertahankan .... Mata Sean diliputi kesedihan yang mendalam."Pak Sean." Arlo menatap

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 649

    "Paman Ganteng, kenapa kamu kelihatannya nggak senang?"Setelah beberapa saat hening, suara lembut Arlene terdengar di dalam lift. "Paman, apa kamu sama seperti Mama? Terlalu banyak orang yang mendekatimu, jadi kamu merasa sangat terganggu?"Tiffany terdiam.Sean mengangkat alisnya dengan santai, lalu menatap Tiffany dengan sorot mata penuh godaan sebelum kembali berjongkok dan menatap Arlene dengan lembut."Iya, benar sekali. Ada seorang wanita jahat yang ngasih nomor telepon Paman kepada seorang wanita yang mengejar-ngejar Paman. Sekarang Paman sangat terganggu."Arlene berkedip beberapa kali, lalu memiringkan kepalanya sambil berpikir keras. Setelah beberapa saat, matanya berbinar. "Oh, aku mengerti!""Ini seperti waktu Mama selalu menerima telepon ajakan kencan di malam hari, 'kan? Itu sangat mengganggu!"Sean tersenyum tipis. "Ya, persis seperti itu.""Wanita itu benar-benar jahat!" Arlene mengepalkan tinjunya dengan marah. "Paman jangan sedih, biar Arlene undang Paman makan pangs

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 648

    Langit sudah gelap dan lampu di lorong apartemen sangat redup. Tiffany tidak terlalu memperhatikan siapa orang di belakangnya. Saat pintu apartemen terbuka, Arlo dan Arlene langsung masuk lebih dulu.Tiffany mengikuti dari belakang. Tepat setelah mereka bertiga masuk, sosok pria yang sedari tadi mengikuti mereka juga ikut masuk ke dalam lift.Di dalam lift, pencahayaan terang benderang. Secara refleks, Tiffany menoleh ke pria itu ...."Wah, Paman Ganteng! Kamu juga baru pulang?" Suara polos Arlene menggema di dalam lift.Sean tersenyum tipis, lalu berjongkok agar sejajar dengan Arlene. "Gimana? Stroberinya enak?"Tiffany terkejut.Di bawah cahaya terang lift, Tiffany bisa melihat dengan jelas bahwa Arlene sama sekali tidak memiliki noda stroberi di pakaiannya. Bajunya bersih. Gadis kecil itu baru saja berlarian di taman dan yang tersisa di tubuhnya hanya aroma rumput segar.Lalu kenapa Sean bisa tahu bahwa dia baru saja makan stroberi?Kecuali ....Sebuah firasat buruk meluap dalam hat

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 647

    Tiffany dan Xavier mengobrol sangat lama di lapangan rumput di depan taman kanak-kanak. Begitu lama hingga Arlene sudah menghabiskan sepiring kecil stroberi dan kini ikut berlari-lari bersama Arlo, membawa remot kontrol dan bermain dengan helikopter mainannya."Mama, Arlene lapar!"Saat langit mulai gelap, Arlene akhirnya merasa lelah. Dengan langkah kecilnya, dia berlari ke arah Tiffany dengan wajah penuh kepolosan dan mata besar yang berkedip manja."Mama, Arlene mau pulang makan pangsit!""Pulanglah." Xavier melirik jam tangan mewah di pergelangannya dan mengangguk. "Waktunya memang sudah malam.""Anak-anak masih harus sekolah besok.""Kita juga belum makan malam!" Arlene menambahkan dengan sangat serius. Tiffany melempar tatapan sinis. "Siapa tadi yang sudah menghabiskan begitu banyak stroberi dari Paman Xavier, tapi sekarang sudah lapar lagi?"Arlene langsung merajuk dan mengerucutkan bibirnya. "Buah itu bukan makanan sungguhan, Mama. Itu nggak bikin kenyang!""Kamu yang rakus!"A

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status