Share

Bab 464

Author: Clarissa
"Ya." Sean menundukkan kepala, menatap wajah Tiffany yang putih dan tenang saat tertidur.

Pikirannya melayang kembali ke saat di rumah sakit sebelumnya. Dalam keadaan setengah sadar, dia mendengar suara Tiffany yang penuh rasa sakit dan putus asa. Secara refleks, dia mematahkan belenggu orang-orang itu dan berlari ke arah Tiffany sekuat tenaga ....

Tiffany adalah satu-satunya obat penawarnya. Satu-satunya hal yang paling sulit dia lepaskan.

Sean mengangkat tangannya untuk menyentuh bulu mata Tiffany yang panjang. Sebuah senyuman tipis terukir di sudut bibirnya. Tiffany adalah seseorang yang sangat menghargai ikatan keluarga.

Jika dia tahu bahwa orang tua kandungnya masih hidup dan masih peduli padanya ... dia pasti akan sangat bahagia, bukan?

Meskipun Sean tidak terlalu yakin bahwa pertemuan Tiffany dengan Niken adalah hal yang baik. Namun, karena Derek sudah mengatakan hal ini, dia memilih untuk percaya bahwa semuanya akan berjalan ke arah yang baik.

Dengan pemikiran itu, Sean mengang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 465

    Sean menggelengkan kepala dengan pasrah sambil memegang wajah Tiffany yang putih dan tirus. "Kenapa kamu tahu kamu bukan? Bagaimana kalau ternyata kamu memang Nona keluarga Japardi yang hilang bertahun-tahun lalu?"Tiffany terpaku sejenak, lalu tersenyum. "Mana mungkin ada kebetulan sebanyak itu."Meskipun dia sangat merindukan kehangatan keluarga, pamannya pernah mengatakan bahwa dia ditemukan di tumpukan sampah saat kecil. Sejauh yang diketahui Tiffany, Nona Keluarga Japardi yang hilang itu adalah anak yang sangat disayangi oleh orang tuanya.Keyakinan dan tatapan tegas Tiffany membuat hati Sean terasa sakit. Dia tahu Tiffany sangat menyukai Derek dan dia tidak percaya bahwa Tiffany tidak ingin menjadi cucu pria tua itu.Bagi Sean, sikap tegasnya ini hanya karena ... dia tidak percaya dirinya bisa memiliki latar belakang dan keluarga seperti itu. Mungkin ini adalah keputusasaan dan rasa rendah diri yang terpatri di dalam dirinya.Sean menghela napas panjang dan mempererat pelukannya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 466

    Wanita itu ternyata memang ibu dari Raiyen."Bagaimana keadaannya sekarang?" Tiffany tersenyum sopan kepada ibu Raiyen, tetapi kakinya perlahan mundur.Berhubung ibu Raiyen ada di sini dan terlihat begitu membencinya, Tiffany merasa tidak perlu membeli barang dari toko ini. Bagaimanapun, masih banyak toko pakaian lainnya. Kenapa harus cari masalah sendiri?"Hah, bagaimana mungkin dia baik-baik saja sekarang!" Ibu Raiyen menatap Tiffany dengan penuh amarah. "Kamu mengirimnya ke kantor polisi, catatan buruk itu tertulis di dokumennya. Dia dikeluarkan dari sekolah dan sekarang dia cuma bisa bersekolah di sekolah kecil di dekat sini!"Wanita itu melangkah semakin dekat ke Tiffany, kemarahan di matanya semakin memuncak. Tiffany mengerutkan alisnya. Karena malas berdebat lebih jauh, dia berbalik hendak pergi."Bu!" Baru saja Tiffany berbalik, suara antusias seorang wanita terdengar dari belakangnya."Bu!" Pemilik toko pakaian buru-buru keluar dan menarik lengan Tiffany. "Kenapa belum sempat

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 467

    Ibu Raiyen langsung tersadar. "Bos, Anda ....""Ya." Pemilik toko menjawab dengan puas sambil menyilangkan tangan di dada. "Aku nggak memasukkan terlalu banyak, cuma empat atau lima jarum halus yang sulit terlihat.""Jarum-jarum ini dilapisi dengan sesuatu yang akan membuat orang tua merasa gatal luar biasa."Ibu Raiyen membelalakkan matanya dengan terkejut. "Anda melakukan ini ... nggak takut kalau dia akan kembali mencari Anda nantinya?""Apa yang perlu ditakuti?" Pemilik toko memutar matanya. "Gimana dia mau membuktikan bahwa aku yang masukkan jarum-jarum itu, bukan dia sendiri yang menyelipkannya karena ada dendam sama orang tua itu?""Tanpa bukti, dia nggak bisa berbuat apa-apa padaku."Ibu Raiyen tercengang untuk beberapa saat, lalu akhirnya menatap pemilik toko dengan penuh rasa kagum, bahkan mengacungkan jempol. "Anda memang cerdik. Aku benar-benar nggak kepikiran sampai ke sana."Seandainya saja dia berpikir seperti itu sebelumnya, untuk apa lagi dia berseteru dengan Tiffany?

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 468

    Orang pertama yang masuk ke rumah adalah Zara yang mengenakan gaun panjang hitam ketat.Ketika Tiffany membawa hidangan terakhir ke meja makan, dia mengangkat kepala dan melihat gadis itu berdiri di dekat pintu sambil tersenyum ke arahnya. Tiffany hampir tidak bisa memercayai matanya!Zara yang berdiri di depannya sekarang tidak lagi memancarkan kesan dingin dan dewasa seperti saat pertama kali mereka bertemu, atau tampak manja seperti ketika dia mengenakan gaun Lolita di rumah Keluarga Japardi. Zara saat ini tampak bersih, rapi, percaya diri, dan ceria.Mungkin ... ini adalah versi asli dari Zara yang seharusnya."Apa yang membuatmu terpesona seperti itu?" Zara tersenyum tipis ke arahnya. "Pak Bronson dan Pak Derek sudah tiba."Setelah itu, Zara bergeser ke samping. Di belakangnya, di dekat pintu masuk, berdiri Derek dan Bronson yang membawa banyak tas berisi hadiah.Kedua pria itu berdiri di ambang pintu, menatap Tiffany dengan sorot mata yang penuh semangat dan kehangatan. "Tiffany.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 469

    Ekspresi terkejut Bronson saat memegang sendok membuat Tiffany merasa gugup. Dia menggigit bibirnya. "Paman Bronson, ada masalah sama masakannya?"Ikan asam pedas ini adalah salah satu hidangan andalannya. Paman dan bibinya sebenarnya tidak pernah membuat ikan asam pedas untuknya.Namun, setelah menikah dengan Sean, karena Sean mengatakan dia suka makan ikan, Tiffany mulai belajar memasaknya. Ketika pertama kali melihat resep ikan asam pedas, dia langsung menyukai cara memasaknya. Tiffany selalu merasa percaya diri dengan kemampuan memasaknya.Namun, mengapa setelah Bronson mencicipi ikan asam pedas buatannya, dia menunjukkan reaksi seperti itu?Tangan Bronson yang memegang sendok sedikit bergetar. Dia berbalik menatap Derek dengan penuh rasa haru. "Dia benar-benar ... dia benar-benar!"Ini adalah rasa masakan Nancy! Sudah 19 tahun sejak Nancy pergi. Selama 19 tahun itu, dia tidak pernah lagi mencicipi masakan buatan Nancy.Namun kini, dia bisa merasakan rasa masakan itu kembali di hid

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 470

    "Tiffany, kamu itu terlalu banyak memikirkan orang lain. Kenapa kamu nggak lebih sering memikirkan dirimu sendiri? Apa kamu benar-benar nggak mau jadi cucuku?""Mau." Tiffany tetap berdiri di tempatnya dengan senyum sopan. "Tapi, Kakek, orang tuaku meninggalkanku di tumpukan sampah sejak kecil. Aku ditemukan dan diambil oleh pamanku dari sana.""Saat aku berusia enam tahun, aku jatuh sakit parah. Pamanku bilang ibuku ingin membawaku pulang untuk tinggal bersamanya. Aku sangat ketakutan sampai penyakitku semakin parah.""Akhirnya, waktu aku hampir sekarat dan hampir mendapatkan surat peringatan kritis dari dokter, pamanku berjanji padaku bahwa dia nggak akan pernah mengembalikanku ke rumah orang tuaku seumur hidup."Setelah berkata demikian, Tiffany tersenyum dan mengangkat wajahnya untuk menatap Derek dan Bronson. Namun, matanya yang jernih menyiratkan kegetiran yang rumit.Tatapan itu membuat kedua pria dewasa itu saling berpandangan dengan ekspresi canggung sebelum menghela napas pan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 471

    Tiffany duduk di sofa sambil menatap kedua pria di depannya. Setiap kata yang mereka ucapkan jelas terdengar olehnya. Setiap kalimat yang mereka sampaikan, dia mengerti maksudnya.Namun, dia tetap merasa tidak memahami apa pun.Kenapa dia tiba-tiba menjadi anak Keluarga Japardi? Kenapa pamannya, Kendra, tiba-tiba dianggap sebagai penculik anak? Kenapa dia sekarang disebut sebagai putri dari pemimpin Keluarga Japardi dan Keluarga Rimbawan?Bagaimana mungkin dia memiliki orang tua yang begitu luar biasa? Lalu, jika memang begitu, mengapa sepanjang hidupnya dia selalu dihina, dicap bodoh, dan dianggap tidak lebih dari seorang gadis desa yang sederhana?"Aku tahu ini sulit untuk kamu terima," ujar Derek sambil tersenyum pasrah. Dia mengambil setumpuk laporan hasil tes DNA dari tasnya dan meletakkannya di tangan Tiffany.Tumpukan laporan itu tebal sekali."Ini adalah hasil dari berbagai lembaga pengujian DNA ternama di dunia.""Tiffany, aku tahu kamu pintar, dan sebagai mahasiswa kedokteran

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 472

    "Tentu saja, bukan karena kamu akan menderita di Keluarga Japardi. Tapi, pada masa itu, Keluarga Japardi punya banyak musuh.""Waktu itu, ayahmu sangat menonjol di dunia bisnis dan membuat banyak orang marah. Banyak yang mencoba menyakiti kamu dan ibumu.""Meski setiap kali ancaman itu diselesaikan oleh ibumu dengan mudah, akhirnya dia nggak tahan dengan kehidupan seperti itu, sehingga memilih untuk membawamu pergi.""Alasan dia mengatur Cathy untuk menggantikanmu .... Pertama, agar ayahmu punya pelipur lara di hatinya dan nggak terus mencarimu ke seluruh penjuru dunia.""Kedua, untuk membuat semua orang berpikir bahwa Cathy adalah kamu, bahwa anak yang tinggal bersama Keluarga Japardi adalah putri sulung mereka. Dengan begitu, orang-orang yang berniat jahat terhadapmu nggak akan lagi mengejar keberadaanmu yang sebenarnya.""Mengenai alasan kenapa kamu akhirnya diculik oleh Kendra ...."Derek menutup matanya sejenak sebelum melanjutkan, "Itu karena suami baru ibumu pada awalnya nggak m

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 659

    "Jadi, itulah kesalahan Filda."Dengan gerakan anggun, Sean mengambil piring yang sudah dicuci oleh Tiffany, lalu satu per satu meletakkannya ke dalam lemari sterilisasi. Suaranya tetap tenang."Meskipun 2 tahun lalu dia melakukan itu bukan untuk menjatuhkanmu, sekarang dia kembali meminta Dina meniru suaramu dan merekayasa kejadian masa lalu. Itu berarti, dia memang menargetkanmu."Selesai berbicara, Sean menoleh dan menatap Tiffany dengan serius. "Jadi, apa rencanamu? Sore tadi, dia sudah mengirim rekaman baru yang dibuat oleh Dina ke email Pak Morgan, juga ke banyak jurnalis dari media berita dan jurnal akademik."Mata Sean menyipit sedikit. "Aku sudah minta Brandon untuk menghalangi sebagian besar berita, tapi bagaimanapun kita ini bukan dewa. Kita nggak bisa tahu dengan pasti ke mana saja dia mengirimkan rekaman itu."Karena ini menyangkut reputasi akademik Tiffany, semakin sedikit orang yang tahu, semakin baik."Terima kasih atas usaha kalian." Tiffany menghela napas. "Besok pagi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 658

    Wanita itu menghela napas panjang, lalu menatap Sean dengan tatapan menyalahkan. "Kalau nggak bisa cuci piring, jangan dipaksa.""Gimana kalau sampai terluka? Lagian, pecahan seperti ini nggak bisa dipegang pakai tangan. Bukannya ada sapu di samping?"Teguran itu penuh dengan kekhawatiran.Sean tidak berkata apa-apa. Saat Tiffany mengangkat kepala dan refleks melirik, dia melihat mata Sean yang penuh kelembutan. Pria itu berujar, "Jadi, kamu masih peduli padaku."Tiffany terdiam. Tatapan itu membuat wajahnya panas. Dia menggigit bibirnya. "Tentu saja aku peduli!"Setelah mengatakan itu, Tiffany merasa ucapannya terlalu ambigu, jadi buru-buru menambahkan, "Kamu ini tamu di rumahku. Kalau terjadi sesuatu, aku yang harus tanggung jawab!"Sean tersenyum tipis dengan tatapan penuh makna. "Cuma itu?""Ya ... memang cuma itu. Memangnya kamu mau apa?""Kamu pasti tahu jawabannya."Tiffany mendengus, lalu memutar bola matanya dan mulai mencuci piring di wastafel.Sean masih tersenyum tipis. Dia

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 657

    Dapur dipenuhi uap panas, hati Tiffany juga terasa panas.Saat masih sibuk memasak, Tiffany sama sekali tidak menyangka bahwa dalam waktu sesingkat itu, putranya sudah berhasil disuap oleh Sean. Bahkan, Arlo sudah berjanji akan memberi kesempatan kepada Sean untuk makan malam di rumah besok.Setelah pangsit akhirnya matang, dia membawanya ke meja makan. "Ayo makan!"Begitu suara wanita itu terdengar, Arlo buru-buru mematikan televisi dan berlari ke meja makan.Sementara itu, Arlene malah memanyunkan bibirnya dengan angkuh, lalu melirik Sean yang ada di sampingnya. "Paman Ganteng, aku malas jalan sendiri."Sean mengerti maksudnya, jadi merentangkan kedua lengannya dan mengangkat si kecil ke dalam pelukannya. Dengan langkah besar, dia berjalan menuju meja makan."Senangnya!" Arlene bersandar di dada Sean. "Paman Ganteng tinggi banget! Aku bisa lihat bagian atas kepala Mama!"Tiffany hanya bisa menatap putrinya dengan pasrah. "Arlene, jangan manja. Turun."Gadis kecil itu justru semakin m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 656

    Jadi, Tiffany hanya bisa menggigit bibirnya. "Sean! Lepaskan tanganmu!""Lepaskan mamaku!"Usai Tiffany berbicara, suara jernih seorang anak kecil terdengar dari arah pintu dapur.Wajah Tiffany langsung memerah. Dia buru-buru mengulurkan tangan untuk menarik tangan Sean. "Keluar!"Sean pun mengernyit. Dengan wajah yang tampak tidak senang, dia menoleh ke arah bocah kecil yang mengganggu suasana. Setelah itu, dia berjalan melewatinya dan keluar dari dapur.Arlo memanyunkan bibirnya, menutup pintu dapur, lalu berbalik sambil berkacak pinggang. Dia menatap Sean dengan marah. "Tadi kamu mau mengambil keuntungan dari Mama!"Sean mengerutkan alis. "Nggak.""Apanya yang nggak! Jelas-jelas begitu kok!"Sean tersenyum tipis dan berjongkok, menatap bocah kecil di depannya dengan mata hitam yang dalam. "Kalau nggak ada perasaan di antara dua orang, itu disebut mengambil keuntungan.""Tapi, aku dan ibumu ... punya perasaan untuk sesama."Arlo terdiam. Dia baru berusia 5 tahun. Meskipun dia jauh le

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 655

    Setelah satu jam berusaha, akhirnya hasil kerja Sean bisa dianggap layak. Dia menatap setumpuk kecil kulit pangsit berbentuk bulat di atas meja dengan penuh kepuasan. "Sebenarnya, aku cukup berbakat juga."Tiffany meliriknya dengan ekspresi meremehkan. "Kamu bilang ini bakat?"Namun ....Saat dia melihat tangan besar milik Sean, dia bisa memahami betapa sulitnya bagi pria ini untuk menggiling adonan kecil seperti itu.Setelah semua pangsit selesai dibentuk, Tiffany segera menuju dapur untuk merebus air. Sean membawa piring berisi pangsit ke dapur dengan hati-hati.Lalu, dia berdiri di belakang Tiffany dan menemaninya melihat air di dalam panci perlahan mendidih hingga gelembung-gelembung kecil mulai bermunculan di permukaannya.Rumah Tiffany memang kecil, begitu juga dapurnya. Saat dia sendirian, dapur ini terasa cukup luas baginya. Namun, begitu Sean di sini, tubuh pria itu yang tinggi dan tegap menghalangi cahaya di dalam dapur.Ruangan itu jadi terasa kecil dan sempit.Tiffany menge

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 654

    Julie buru-buru mengirimkan sebuah pesan.[ Sean di rumahmu? Belajar ini dari kamu? ]Tiffany tertegun sejenak, lalu mengirimkan emotikon pasrah.[ Arleen mau traktir dia makan pangsit. ]Julie kehabisan kata-kata.[ Sepertinya putrimu itu sama kayak kamu. Bucin! ]Tiffany mengerucutkan bibirnya.[ Enak saja. Dia itu karena pernah makan stroberi darinya, jadi kepengen lagi. ][ Julie: Hahaha. Tapi bagus juga sih. Sean biasanya pria yang nggak ngerjain pekerjaan rumah. Sekarang malah mau belajar beginian sama kamu dan ngerjain kerjaan rumah tangga. Sudah termasuk ada perubahan. ][ Tiff, boleh pertimbangkan untuk maafin dia. ]Tiffany mencibir.[ Siapa yang dulunya nyuruh aku jangan terlalu mudah maafin dia? ][ Julie: Sekarang sudah beda sama dulu! Kalau ada pria yang rela melakukan perubahan seperti ini demi aku, aku pasti sudah nikah sama dia! ][ Tiffany: Sudah kutangkap layar, mau kirim ke Mark. ]Julie terdiam."Lagi ngobrol sama siapa?" Tiba-tiba, terdengar suara Sean yang rendah

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 653

    Saat Tiffany kembali ke rumah dengan membawa pakaian, dia melihat Arlo sedang mengajari Sean menggiling adonan pangsit dengan ekspresi penuh ketidaksabaran. "Begini, begini."Tangan mungilnya menunjukkan caranya di atas adonan sambil membimbing Sean sedikit demi sedikit. Gaya mengajarnya persis sama seperti cara Tiffany mengajarinya dulu.Tiffany yang berdiri di ambang pintu, melihat pemandangan itu dengan perasaan yang hangat.Putranya yang kecil ini baru belajar menggiling adonan setengah tahun lalu. Saat itu, alasan Arlo ingin belajar sangatlah sederhana. Itu karena Arlene suka makan pangsit, dan setiap kali membuatnya, Tiffany selalu harus bekerja sendiri dan terlihat sangat lelah.Jadi, bocah itu meminta Tiffany mengajarinya agar bisa membantu. Siapa sangka, hanya dalam beberapa bulan, dia sekarang bisa mengajari ayahnya sendiri?"Astaga, kenapa kamu bodoh sekali!"Saat Tiffany masih terdiam dalam lamunannya, suara kesal Arlo terdengar. Secara refleks, dia mengangkat kepalanya.Se

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 652

    Arlo memutar matanya. "Kamu sengaja."Sean menatapnya sekilas. "Kenapa kamu begitu yakin?""Hmph, pria licik!"....Tiffany mengambil kartu akses dan membuka pintu apartemen Sean. Ruangan itu rapi dan bersih, sangat mencerminkan gaya hidupnya. Dia melepas sepatunya, lalu masuk ke kamar tidur.Ini pertama kalinya dia berada di kamar apartemen Sean. Sama seperti yang dia bayangkan, interior serba hitam dan putih, khas gaya Sean sejak dulu.Di sudut kamar, meja kerja masih menyala dengan laptop yang terbuka. Tiffany mengerutkan kening, lalu menyentuh permukaan laptop yang masih terasa panas. Dia melirik waktu terakhir sistemnya digunakan. Pukul 04:30 dini hari.Laptop ini sudah nyala selama ini?Setelah menarik napas panjang, Tiffany mulai menyimpan semua dokumen yang masih terbuka, lalu mematikan laptopnya. "Tagihan listrik di sini pasti mahal ...," gumamnya pelan.Namun, saat hendak menutup layar, matanya terpaku pada wallpaper desktop. Itu adalah foto pernikahan mereka lima tahun lalu.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 651

    "Kakak, Paman Ganteng! Sini bantuin!"Saat Arlo dan Sean masih ingin melanjutkan percakapan mereka, terdengar suara yang lembut dari luar pintu.Arlene yang tingginya bahkan belum mencapai pegangan pintu, berdiri di luar dengan mengenakan piama berwarna merah muda. Dengan tangannya yang mungil, dia mengetuk pintu dengan penuh semangat."Mama sibuk sekali sendirian! Sebagai pria, kalian berdua harus bantu! Kalau nggak bantu, berarti bukan pria sejati!"Di dalam ruangan, Arlo dan Sean saling bertatapan.Tak lama kemudian, pintu terbuka. Seorang pria dewasa dan seorang bocah laki-laki keluar dari dalam kamar."Aku benar-benar curiga kalau Paman Ganteng ini adalah Papa Kakak ...." Melihat dua orang dengan gaya berjalan yang identik berjalan ke dalam rumah mereka, Arlene bergumam sendirian.Namun, Mama bilang bahwa dia dan Kakak punya Papa yang sama.Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya. Terlalu disayangkan!Seandainya saja Paman Ganteng adalah Papa Kakak, aku bisa melihatnya setiap hari

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status