Share

Bab 409

Author: Clarissa
Tiffany membawa Xavier ke sebuah kedai mi di dekat kampus.

Sebagai seorang pria kaya yang belum pernah mengunjungi Kota Aven, Xavier terlihat sangat penasaran dengan segalanya di sana. Dia memegang menu dan terus-menerus bertanya kepada pemilik kedai.

"Mi dengan saus daging atau mi dengan kuah, mana yang lebih enak?"

"Apa bedanya mi dengan saus daging dan mi dengan kuah?"

"Apa perbedaan mi tarik dan mi goreng?"

"Kalian ada mi instan nggak di sini?"

Melihat tatapan putus asa dari pemilik kedai, Tiffany ingin sekali mencari lubang untuk bersembunyi. Namun, Xavier tetap melanjutkan sesi tanya-jawabnya tanpa merasa bersalah.

Dengan pasrah, Tiffany duduk di kursi dan mengirim pesan kepada Sean.

[ Jangan lupa makan siang! ]

Tak lama kemudian, balasan dari Sean masuk.

[ Aku tahu. Kamu juga harus makan teratur. ]

[ Tiffany: Ya, aku tahu. Jangan terlalu sibuk! ]

[ Sean: Kamu juga. ]

Melihat balasan pesan dari Sean, Tiffany tiba-tiba merasa tenang. Kekesalan yang tadinya hampir meledak karena Xa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
.........mereka berdua kayak tom n jarry. Xavier sedang d tugaskan mencari kendra
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 410

    Tiffany terdiam. "Jadi, kamu benar-benar bersikeras mau temani aku belajar, ya?""Iya." Xavier mengangguk dengan serius. "Aku harus memastikan kamu mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran di ujian akhir, baru aku bisa melapor ke atasanku."Tiffany merasa bingung. Ucapan Xavier membuat hal ini terkesan seperti tugas penting.Namun, karena Xavier ada di sana, Tiffany jadi tidak bermalas-malasan. Dalam beberapa hari berikutnya, dia mempertahankan kebiasaan bangun jam tujuh pagi untuk pergi ke perpustakaan dan pulang jam sembilan malam. Bahkan Sean memujinya karena terlihat lebih rajin.Semua tampak berjalan sesuai rencana. Dalam waktu tiga hari, Tiffany berhasil mempelajari semua materi yang tertinggal dan meninjau ulang semua catatan pelajaran di setiap mata kuliah. Ujian hanya tinggal tiga hari lagi.Di hari keempat, pagi itu, saat dia bersiap pergi ke perpustakaan, teleponnya berbunyi. Itu panggilan dari Zara."Kak ...." Suara Zara terdengar sedikit ragu dari seberang telepon.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 411

    Zara memandang tertegun ke arah Xavier yang turun dari mobil. "Kak, ini siapa, ya ...?""Ini wakil kakak iparmu," ujar Xavier sambil bersandar di pintu mobil dengan senyum usil menatap Zara.Zara dan Tiffany terdiam. Tiffany menarik napas panjang, lalu berjalan mendekat, dan langsung memukulkan tasnya ke arah Xavier. "Kamu ngomong apa sih?!""Siapa suruh kamu pergi bersenang-senang tanpa aku?" Xavier mengerucutkan bibir dan menatap Tiffany dengan wajah polos.Tiffany nyaris kehilangan akal karena kesal. Dia melotot ke arah Xavier. "Ini urusan pribadi aku dan temanku, nggak ada hubungannya sama kamu! Jangan ikut campur!"Namun, Xavier sudah sampai di sana, mana mungkin dia benar-benar pergi begitu saja?Setelah itu ...."Tiff, Tiff, ini tempat apa sih?""Tiff, Tiff, kita ke sini mau ngapain?"Tiffany hanya bisa memutar matanya dengan kesabaran yang sudah hampir habis.Namun, Zara menjelaskan dengan ramah, "Ini rumahku. Aku berencana mau mutusin hubungan sama keluargaku, lalu pergi ke te

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 412

    Pria itu membuka pintu ruang kerja dengan keras dan berjalan cepat ke arah Zara.Plak!Di saat semua orang belum sempat bereaksi, sebuah tamparan keras mendarat di wajah Zara."Ayah ...." Zara menggigit bibirnya. Kepalanya terdorong ke samping karena tamparan itu, sementara air mata mulai menggenang di matanya.Pria itu menggertakkan giginya. "Jangan panggil aku Ayah!" Setelah berkata demikian, dia mengangkat tangannya lagi, bersiap untuk memberikan tamparan kedua.Chaplin yang berdiri di belakang sudah hendak bergerak untuk menghentikannya, tapi Xavier lebih cepat. Dengan gerakan yang terlihat santai, dia mencengkeram pergelangan tangan pria itu dengan kuat dan menghentikan tamparan yang kedua."Kamu!" Slamet melotot ke arah Xavier. "Aku menghukum anakku sendiri, apa urusannya sama kamu?""Menghukum anak sendiri, apa perlu dengan tamparan di wajah?" Xavier tersenyum tipis. "Kalau kamu memukul pantatnya, aku mungkin percaya kalau itu hanya hukuman biasa untuk anakmu.""Kamu!""Apa aku

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 413

    Tiffany duduk di ruang kerja vila Keluarga Pradipta, tubuhnya sedikit gemetar.Di hadapannya, duduk seorang wanita dengan wajah yang tampak seperti efek khusus dari film horor. Fitur wajahnya tidak jelas dan penuh dengan bekas luka yang tampak mengerikan.Dia teringat foto Sean dan Sanny yang pernah dilihatnya. Dia juga teringat wajah Zara yang hampir identik dengan wajah Sanny di masa lalu.Hatinya terasa campur aduk. Sebenarnya ... Sanny juga termasuk orang yang malang, bukan? Dia kehilangan wajah yang begitu dibanggakannya dulu, sehingga berubah menjadi seseorang yang begitu obsesif dan ingin menjadikan Zara sebagai bonekanya."Minumlah."Sanny mendorong secangkir teh yang telah diseduh ke arah Tiffany. Di balik luka yang tersembunyi, mata wanita itu menatap Tiffany. "Nggak ada racun."Tiffany menggigit bibir, mengangkat cangkir teh itu, dan meminumnya dengan hati-hati. Karena terlalu gugup, dia lupa mengecek suhu teh, sehingga langsung kepanasan dan meringis.Sanny tersenyum tipis.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 414

    "Kendra yang membesarkanmu itu." Sanny tertawa dingin, wajahnya yang sudah menakutkan semakin terlihat menyeramkan saat dia tertawa. "Kamu masih ingat 13 tahun lalu, waktu kamu sakit parah dan hampir mati?""Kamu ingat Kendra membawa pulang 400 juta untuk mengobatimu?"Tatapan Sanny semakin terlihat tidak stabil. "Kamu pikir uang 400 juta itu dari mana? Itu didapat dari membakar rumahku dan Sean. Itu hasil dari api yang menghancurkan hidup kami!"Suara Sanny yang serak dan rendah terdengar begitu menakutkan, setiap kata yang diucapkannya seperti pisau yang menghujam hati Tiffany."Hari itu adalah hari ulang tahun Sean. Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa periksa catatan medis di kotamu. Hari kamu sakit itu bertepatan dengan hari ulang tahun Sean.""Mereka sudah menghitung semuanya. Mereka tahu aku akan kembali untuk merayakan ulang tahun Sean. Mereka tahu sebelum aku tiba, Sean akan duduk sendirian di rumah tanpa menyalakan lampu dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.""Jadi, pamanmu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 415

    "Aku hanya mengatakan hal-hal yang seharusnya dia ketahui," ujar Sanny sambil tersenyum tipis. Dia memalingkan wajahnya membelakangi Tiffany. "Aku sudah mengatakan semua yang ingin kusampaikan.""Kamu bilang setiap orang berhak membuat pilihannya sendiri. Jadi, aku menyerahkan hak memilih itu padamu. Kalau kamu tetap ingin keras kepala bersama Sean, aku nggak bisa berbuat apa-apa."Tubuh Tiffany bergetar hebat dalam pelukan Xavier. Semua yang dikatakan Sanny terasa jauh dan tidak nyata baginya.Namun ... setiap kata yang diucapkannya cocok dengan potongan-potongan kenangan dari masa lalu Tiffany. Dia tidak tahu ... apakah ini kebohongan yang dirangkai dengan sangat teliti, atau memang ... kenyataan?Tiffany menutup mulutnya dengan erat. Dia berusaha menahan tangis dan berusaha untuk tidak berpikir terlalu jauh. Namun, siapa yang bisa tetap tenang setelah mendengar kata-kata seperti itu?Dia menggigit bibirnya dengan keras, mencoba agar dirinya tidak terpengaruh. Namun, itu mustahil! Be

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 416

    Sambil berkata demikian, Sanny menoleh dan menatap Xavier dengan tajam. "Jangan bilang kamu nggak ingin menjadi kepala keluarga.""Kamu sudah mencari Tiffany setahun lebih, 'kan? Kalau nggak ingin menikahinya, ngapain repot-repot mencarinya? Sekarang kamu sudah menemukannya, tapi kamu nggak berusaha dan ingin dia kembali dengan adikku."Sanny menggeleng dengan tidak berdaya. "Aku belum pernah melihat orang sebodoh kamu. Kita sebenarnya bisa kerja sama.""Aku nggak ingin kerja sama dengan monster sepertimu." Xavier melipat tangan di depan dada sambil bersandar di pintu. Bibirnya tampak menyunggingkan senyuman dingin."Aku bisa mendapat apa yang kuinginkan dengan tanganku sendiri. Aku nggak butuh bantuan dari monster yang terus sembunyi sepertimu."Wajah Sanny seketika menunjukkan kilatan amarah. "Kamu bilang siapa monster?""Kamu. Bukan cuma penampilan, tapi perbuatanmu juga sangat mirip." Xavier menguap. "Omong-omong, aku datang hari ini bukan untuk menonton drama Keluarga Tanuwijaya."

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 417

    "Sean!" Tiffany menggertakkan giginya. Wajah yang sebelumnya merah karena menangis kini berubah pucat karena tegang. Dia memelotot. "Pelankan mobilnya!""Nggak mau." Sean tertawa dingin dan mempercepat laju mobil seperti anak kecil yang merajuk.Jantung Tiffany berdebar kencang, seolah-olah hampir meledak! Dengan kecepatan mobil yang begitu tinggi, mereka bisa langsung mati jika menabrak sesuatu atau genggaman Sean kurang kuat!"Jangan bercanda!" Tiffany menggertakkan gigi lagi. Air mata hampir menetes karena marah. "Kamu jangan menggila ya!"Melihat Sean masih tidak mendengarkan, Tiffany akhirnya menarik napas panjang. "Siapa yang tadi malam bilang mau punya anak denganku? Gimana kita bisa punya anak kalau kamu begini?"Sean tersenyum tipis dan menurunkan kecepatan mobil sedikit. "Tapi, kamu nangis.""Aku nggak nangis lagi, pelankan mobilnya!"Sean menurunkan kecepatan lagi. Namun, mobil mereka tetap masih lebih cepat daripada mobil lainnya.Tiffany sungguh tak berdaya. Dia menarik na

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 771

    Sean memeluk Tiffany, diam-diam menunggu hukuman yang akan diterimanya.Dia mengira Tiffany diam begitu lama pasti karena sedang memikirkan hukuman yang sulit dan berat untuknya.Tidak disangkanya, setelah menunggu sekian lama, Tiffany justru tersenyum manis. "Hukumannya ... mulai sekarang kamu yang harus antar Arlo dan Arlene ke sekolah setiap hari!"Sean tertegun, lalu mengecup bibirnya dengan lembut. "Oke."Bagi orang tua lain, mengantar anak ke sekolah pagi-pagi mungkin terasa merepotkan. Namun, bagi Sean, itu justru sebuah kebahagiaan.Karena dulu dia pernah sebodoh itu sampai melewatkan 5 tahun pertumbuhan anak-anaknya. Andai saja waktu itu dia lebih yakin, andai saja dia bisa menemukan Tiffany lebih cepat .... Sayangnya, waktu tidak bisa diputar kembali.Jadi, ketika Tiffany mengatakan dia harus mengantar anak-anak ke sekolah, Sean tersenyum manis sambil berujar, "Akan kulakukan dengan senang hati."Tiffany bersandar dalam pelukannya, merasakan kehangatan tubuh pria itu. Senyuma

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 770

    Akhirnya, Sean merebahkan Tiffany di atas ranjang besar di kamar tidur vila.Kamar tidur berada di lantai 2, dengan jendela kaca yang sangat besar. Dari tempat tidur, hamparan laut luas bisa terlihat jelas.Sinar matahari masuk menembus jendela kaca, menyinari seluruh ruangan dengan cahaya keemasan yang hangat.Sean menindih tubuhnya, menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Tiff.""Kenapa ...?" Tiffany mulai gemetaran, menatap pria di atas tubuhnya dengan gugup.Terakhir kali ditindih di ranjang ini, dia benar-benar dibuat tak berdaya oleh Sean, sampai seluruh tenaganya terkuras. Bahkan, dia sempat mencicipi masakan Sean yang begitu buruk.Sekarang setelah 5 tahun berlalu, kembali berada di situasi seperti ini membuat hati Tiffany dilanda kecemasan."Kenapa kamu nggak kasih tahu aku?" Mata Sean yang hitam menatap lekat-lekat dengan perasaan cinta. "Kamu rasa seru main rahasia-rahasia begini?"Tiffany tertegun. "Ka ... kamu ngomong apa sih?""Aku sudah tahu semua." Sean menunduk, menatap

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 769

    Sean menggenggam setir mobilnya, tangannya sedikit membeku.Dia menatap kaca spion tengah dengan ekspresi geli, melihat wanita yang tampak terkejut sekaligus tersentuh itu. "Aku cuma nyatakan perasaan ke kamu, perlu mikir sejauh itu?"Wajah Tiffany memerah. Dia mengintip ke arah Sean dengan hati-hati melalui kaca spion. "Aku cuma merasa aneh saja ...."Suara wanita itu lembut dan agak manja. "Ngapain kamu tiba-tiba ngomong kayak gitu? Nggak ada angin, nggak ada hujan."Genggaman Sean di setir semakin kencang. Dia mengatakan itu bukan tanpa alasan! Semuanya ada alasannya!Sean menatap wanita yang duduk di kursi belakang, hatinya penuh dengan emosi. Selama 5 tahun, dia terus mencari Tiffany.Bahkan saat Sean belum menemukannya, Tiffany tetap nekat menyelamatkannya dalam kebakaran besar yang terjadi 3 tahun lalu.Setelah menyelamatkannya, Tiffany malah tidak mengatakan sepatah kata pun. Kalau dibandingkan dengan Vivi yang selama 3 tahun ini terus mengklaim dirinya sebagai penyelamat dan m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 768

    Awalnya, Sean masih begitu yakin orang yang menyelamatkannya di tengah kebakaran saat itu adalah Tiffany. Namun, Mark dan Charles terus menjelaskan padanya bahwa orang yang berada di ambang kematian pasti akan berhalusinasi. Lama-kelamaan, dia juga merasa semua itu hanya halusinasi. Setelah kemunculan Vivi, dia benar-benar percaya Tiffany tidak pernah menyelamatkannya.Namun kini, perasaan Sean benar-benar bergejolak saat teringat kembali dengan perkataan Zion dan melihat buku kenangan di tangannya. Yang berarti orang yang menyelamatkannya saat kebakaran tiga tahun yang lalu adalah Tiffany.Satu menit kemudian.Rika yang baru saja turun tangga dan hendak mulai membersihkan rumah pun mengambil pel lantai. Saat Sean tiba-tiba turun dari lantai atas sambil memegang buku kenangan dan melangkah menuju pintu keluar, dia kebingungan. Tadi Sean berkata ingin mengantar jaket untuk anak-anak, sekarang malah hanya membawa sebuah buku.Saat tangannya hampir menyentuh gagang pintu, Jason berhenti s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 767

    Sean mengantar kedua anaknya ke TK."Kamu ayahnya Arlo dan Arlene?" tanya bibi di TK itu dengan ramah.Sean menggandeng tangan kedua anaknya, lalu menganggukkan kepalanya dan menjawab dengan tenang, "Ya.""Serahkan saja anak-anak padaku."Bibi itu menarik tangan Arlo dan Arlene sambil tersenyum, lalu mengingatkan Sean, "Belakangan ini cuacanya mulai dingin dan ramalan cuaca juga bilang hari ini akan turun hujan. Sepertinya pakaian Arlo dan Arlene terlalu tipis. Bisakah kamu pulang dan mengambil jaket untuk mereka? Sistem imun anak kecil masih lemah. Kalau nggak menjaga mereka tetap hangat, mereka akan mudah masuk angin."Setelah ragu sejenak, Sean menganggukkan kepala. "Baik."Sean langsung mencari jaket di dalam lemari setelah kembali ke rumah, tetapi tidak menemukan yang cocok. Saat hendak menelepon Tiffany, pandangannya tiba-tiba tertuju pada koper yang terletak di bawah tempat tidur Arlo.Dia pun menepuk keningnya. Saat Tiffany ikut dengannya ke Kota Aven, Tiffany pasti sudah menyi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 766

    Vivi berkata dengan tatapan penuh dengan tekad dan nafsu, "Bagaimana kalau kita berdamai saja? Aku janji mulai sekarang aku nggak akan berpikiran yang macam-macam terhadap Sean, asalkan kamu nggak memberitahunya kebenarannya dan mengusirku."Setelah mengatakan itu, Vivi mengangkat empat jarinya dan melanjutkan, "Tenang saja, aku bersumpah kelak aku benar-benar nggak akan mengganggu Sean lagi. Aku sebenarnya nggak begitu mencintainya juga, aku hanya tertarik pada status dan kedudukannya saja. Masih ada banyak pria baik di dunia ini, aku bukannya nggak bisa hidup tanpa dia. Jadi ...."Tiffany menguap, lalu menatap Vivi dengan tatapan meremehkan. "Vivi, kamu nggak merasa sekarang kamu ini benar-benar lucu? Aku dan Sean adalah pasangan yang akan bersama-sama seumur hidup, jadi aku pasti akan memberitahunya hal ini. Aku sudah membuat masalah yang begitu besar karena sebelumnya aku menyembunyikan hal ini, jadi aku nggak akan menyembunyikan apa pun lagi dari dia.""Soal kamu .... Aku nggak pu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 765

    Melihat Vivi yang begitu ahli melempar semua tanggung jawab pada Lena, Tiffany tertawa. Dia menatap Vivi dengan ekspresi cuek dan berkata, "Bagaimanapun juga, Lena sudah menjadi adikmu selama puluhan tahun ini, tapi kamu malah memanfaatkannya seperti ini. Apa kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Vivi mendengus. "Kenapa aku harus merasa bersalah? Sejak kecil, dia selalu merebut barangku di rumah. Orang tuaku juga bilang nilainya lebih bagus, jadi mereka nggak mengizinkanku untuk terus bersekolah lagi. Malah dia yang boleh bersekolah. Kalau bukan karena orang tua kami meninggal dalam kecelakaan saat dia SMP, aku pasti harus bekerja untuk membiayai sekolahnya ke SMA.""Apa haknya? Aku ini anak kandung orang tuaku, semua ini seharusnya milikku."Seolah-olah teringat dengan berbagai kejadian masa lalu, tatapan Vivi menjadi ganas dan nada bicaranya terdengar liar. "Lena itu bukan adikku dan aku juga nggak pernah menganggapnya sebagai adikku. Kalau bukan karena dia masih berguna, aku suda

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 764

    Saat ini, Vivi sedang bersandar di tempat tidur sambil menonton drama dan matanya sudah berkaca-kaca karena terbawa suasana. Dia mengira itu adalah perawat yang mengantar sarapannya saat mendengar ada yang mengetuk pintu, sehingga dia merespons dengan santai. "Masuk saja."Setelah mengatakan itu, Vivi bahkan sempat mengomel, "Bukankah aku sudah bilang jangan begitu pagi antar sarapannya? Kalau terlalu pagi sarapan, nanti aku sudah lapar lagi sebelum waktunya makan siang."Tiffany yang mendengar perkataan Vivi begitu masuk ke dalam kamar pun tersenyum dan berkata dengan tenang, "Sepertinya aku memang nggak sopan ya. Apa aku seharusnya datang menjenguk sambil membawa sarapan?"Vivi terkejut sejenak saat mendengar suara wanita dengan nada dingin dan menyindir, lalu mengangkat kepalanya dan melihat Tiffany yang sudah berpakaian rapi sedang berdiri di depan pintu. Dia mengernyitkan alis, lalu mengambil remot dan mematikan dramanya. "Nona Tiffany, kenapa kamu bisa datang ke sini?"Tiffany me

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 763

    Saat Tiffany tersadar kembali, itu sudah keesokan paginya dan Julie menjaganya di samping dengan mata yang masih merah.Melihat Tiffany yang sudah bangun, Julie segera membantu Tiffany untuk duduk. "Bagaimana? Apa ada yang sakit?"Tiffany memijat pelipisnya yang sakit. "Kenapa aku di sini?"Julie menuangkan segelas air dan menyerahkannya pada Tiffany, lalu menghela napas. "Kamu sudah sibuk menyelesaikan tugas akhir selama beberapa hari ini, jadi nggak istirahat dengan baik. Kejadian di pintu lembaga riset kemarin membuatmu terlalu kaget dan kamu juga terlalu sedih saat dengar kondisi Xavier, jadi kamu pingsan. Tapi, sekarang kamu sudah baik-baik saja.""Hanya saja, tunangan dari Xavier sudah semalaman nggak tidur. Dia terus duduk di samping tempat tidur dan memegang tangan Xavier. Dia bilang dia yakin satu jam lagi Xavier pasti akan bangun. Tapi, waktu terus berlalu, Xavier masih tetap begitu. Dia masih terus yakin Xavier pasti akan sadar, jadi dia mau tunggu sampai Xavier bangun."Set

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status