Share

Bab 403

Author: Clarissa
Sean terdiam cukup lama. Akhirnya, dia tersenyum tipis dan berkata pelan, "Dia memang polos, tapi dia benar-benar peduli padamu. Kalau aku nggak mencegahnya, dia mungkin sudah tahu semuanya sekarang."

Kendra tertegun sejenak, lalu menundukkan kepala dan berkata dengan suara serak, "Terima kasih."

"Nggak perlu berterima kasih padaku." Sean menutup matanya sejenak. "Aku nggak pernah menyangka, kebakaran tiga belas tahun yang lalu itu, bukan hanya menghancurkan hidupku dan kakakku, tapi juga menyelamatkan nyawa seorang gadis."

"Yang lebih mengejutkanku lagi, gadis itu ternyata adalah istriku, orang yang akan berbagi hidup denganku di masa depan."

Sean menyilangkan tangan di depan dada. "Paman, aku datang ke sini hari ini bukan untuk menuntutmu. Kronologi dan detail dari kejadian itu sudah diselidiki oleh orang-orangku. Aku hanya nggak menyangka ... semua orang ternyata bisa menyembunyikan hal ini dariku selama ini."

Sejak awal, dia sudah merasa bahwa Kendra adalah orang yang tidak sederha
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
Sean lelaki idaman Tiffany...
goodnovel comment avatar
Fahriani Bidaria
panjang bnget babnya..baru bc marathon...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 404

    "Nggak kusangka .... Kakek memang benar."Sean menyipitkan matanya, lalu mengulangi apa yang Kendra katakan sebelumnya dengan tegas, "Kamu sebenarnya cuma alat. Tiga belas tahun yang lalu, meskipun bukan kamu, pasti akan ada orang lain."Sean menutup matanya, kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. "Sebenarnya nggak semua tanggung jawab bisa dibebankan padamu."Kendra tersenyum getir. "Tapi aku sudah melakukan kesalahan, dan kesalahan tetaplah kesalahan. Apa pun yang harus kutanggung, aku memang pantas menanggungnya."Dia meregangkan tubuhnya dan mencoba sedikit rileks. "Semuanya sudah kuatur untuk keluarga di rumah. Bibinya akan membawa seluruh keluarga pergi ke tempat di mana nggak ada yang mengenal mereka. Tanpa aku, nggak akan ada yang cari masalah sama mereka."Setelah itu, dia menutup matanya. "Sebenarnya, yang paling membuatku khawatir ... tetap saja gadis polos itu. Dia punya latar belakang yang rumit, ibunya seorang wanita yang sangat kuat, dan ayahnya ...."Setelah he

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 405

    Sean menghabiskan seluruh sore di ruang tahanan berbicara dengan Kendra.Ketika dia kembali ke rumah, Tiffany sedang duduk di ruang belajar dan memeluk buku pelajarannya sambil tertidur. Saat melihat catatan kelas yang rapi di depannya, Sean tersenyum tipis. Tulisan tangan Tiffany sama seperti dirinya ... sangat tertataa, rapi, dan membuat orang menyukainya.Sean mengangkat Tiffany dengan lembut, mengganti pakaian sederhana untuknya, dan membaringkannya di tempat tidur."Teorema Bayes ...." Dalam tidurnya, Tiffany masih mengigau soal materi yang dia pelajari.Sean hanya bisa tersenyum dan merapikan selimutnya. Semakin lama Tiffany tidak mengetahui masalah Kendra, akan semakin baik. Lagi pula ... dia masih harus menghadapi ujian akhir semester."Nyonya menunggu Anda sepanjang malam, lho." Setelah memastikan Tiffany nyaman, Sean keluar dari kamar dan bertemu dengan Rika yang baru saja naik ke lantai atas.Di tangan Rika ada sepiring ikan asam pedas yang sudah dihangatkan. "Ini adalah mas

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 406

    Sean yang sedang memegang sendok tiba-tiba terhenti. "Hampir saja aku lupa. Rika, kamu juga pernah melayani ibuku."Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengangkat pandangannya ke arah Rika. "Menurutmu, kalau ibuku masih hidup, bagaimana dia akan memperlakukan orang-orang yang membakar dan melukai aku dan kakakku?"Setelah berkata demikian, Sean merasa ucapannya sedikit ambigu sehingga dia menambahkan, "Yang kumaksud adalah orang yang membakar, bukan dalang di belakangnya.""Ibu Anda adalah orang yang sangat baik." Rika menghela napas panjang dan menutup matanya sebentar, lalu berkata, "Saat ibu dan ayah Anda baru menikah, pernah suatu kali mantan tunangan ayah Anda menyuruh seseorang untuk menabrak ibu Anda dengan mobil.""Walaupun ibu Anda nggak terluka, kalau pengemudi itu menekan gas lebih kuat sedikit saja hari itu, ibu Anda pasti nggak akan selamat."Otot di dahi Sean menegang. "Lalu apa yang terjadi?""Belakangan, keluarga pengemudi yang menabrak itu datang memohon ampun. Katanya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 407

    Keesokan paginya, Tiffany terbangun karena dering telepon dari dosen pembimbingnya. Dengan mata masih setengah terpejam, dia meraih telepon tanpa melihat nomornya dan menjawab, "Siapa ini?""Tiffany, sudah jam delapan, kamu masih tidur?" Di seberang sana, suara dosen pembimbingnya terdengar penuh keluhan. "Kamu masih ingat nggak, dulu kamu selalu bangun jam lima pagi untuk membaca?""Kamu masih ingat nggak, dulu kamu menjadikan belajar sebagai tugas utama dan bekerja keras setiap hari tanpa lelah?"Tiffany menguap sambil melirik waktu di layar ponselnya dan memang benar sudah lewat jam delapan.Sepertinya sejak menikah, dia jadi semakin malas. Dulu, dia benar-benar bisa bangun jam lima pagi setiap hari. Sekarang ... ya sudahlah ...."Teman belajarku sudah sampai." Dosen pembimbingnya terbatuk ringan di telepon. "Dia bilang dia sangat penasaran dengan murid berbakat sepertimu dan sangat 'bersemangat' untuk membimbingmu belajar!""Aku rasa gaya bicara Bapak agak aneh," ujar Tiffany denga

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 408

    Tiffany benar-benar ingin menjawab, "Kalau dia bosan nunggu, biarkan saja dia pergi!"Namun, dia tidak berani.Bagaimanapun, yang meneleponnya adalah dosen pembimbingnya, setara dengan wali kelas semasa sekolah dulu. Tidak patuh pada dosen hanya akan membuat hidupnya semakin sulit."Pak, aku sudah sampai di perpustakaan. Aku akan segera ketemu teman Anda, jadi tolong jangan khawatir lagi," jawabnya sebelum buru-buru menutup telepon, dengan perasaan kesal yang masih mengganjal.Dia naik ke lantai dua dengan langkah cepat. Sesuai petunjuk yang diberikan dosen pembimbingnya, Tiffany berjalan ke area paling selatan lantai dua perpustakaan.Bagian selatan perpustakaan sangat sepi. Pagi itu, hanya ada seorang pria yang duduk membelakanginya di sebuah meja dan sedang asyik bermain game. Tiffany mengernyit. Jangan-jangan pria yang sedang "membantai musuh" di game itu adalah "teman belajar berbakat" yang disebut dosen pembimbingnya?Namun, punggung pria itu tampak familier. Seolah menyadari sua

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 409

    Tiffany membawa Xavier ke sebuah kedai mi di dekat kampus.Sebagai seorang pria kaya yang belum pernah mengunjungi Kota Aven, Xavier terlihat sangat penasaran dengan segalanya di sana. Dia memegang menu dan terus-menerus bertanya kepada pemilik kedai."Mi dengan saus daging atau mi dengan kuah, mana yang lebih enak?""Apa bedanya mi dengan saus daging dan mi dengan kuah?""Apa perbedaan mi tarik dan mi goreng?""Kalian ada mi instan nggak di sini?"Melihat tatapan putus asa dari pemilik kedai, Tiffany ingin sekali mencari lubang untuk bersembunyi. Namun, Xavier tetap melanjutkan sesi tanya-jawabnya tanpa merasa bersalah.Dengan pasrah, Tiffany duduk di kursi dan mengirim pesan kepada Sean.[ Jangan lupa makan siang! ]Tak lama kemudian, balasan dari Sean masuk.[ Aku tahu. Kamu juga harus makan teratur. ][ Tiffany: Ya, aku tahu. Jangan terlalu sibuk! ][ Sean: Kamu juga. ]Melihat balasan pesan dari Sean, Tiffany tiba-tiba merasa tenang. Kekesalan yang tadinya hampir meledak karena Xa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 410

    Tiffany terdiam. "Jadi, kamu benar-benar bersikeras mau temani aku belajar, ya?""Iya." Xavier mengangguk dengan serius. "Aku harus memastikan kamu mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran di ujian akhir, baru aku bisa melapor ke atasanku."Tiffany merasa bingung. Ucapan Xavier membuat hal ini terkesan seperti tugas penting.Namun, karena Xavier ada di sana, Tiffany jadi tidak bermalas-malasan. Dalam beberapa hari berikutnya, dia mempertahankan kebiasaan bangun jam tujuh pagi untuk pergi ke perpustakaan dan pulang jam sembilan malam. Bahkan Sean memujinya karena terlihat lebih rajin.Semua tampak berjalan sesuai rencana. Dalam waktu tiga hari, Tiffany berhasil mempelajari semua materi yang tertinggal dan meninjau ulang semua catatan pelajaran di setiap mata kuliah. Ujian hanya tinggal tiga hari lagi.Di hari keempat, pagi itu, saat dia bersiap pergi ke perpustakaan, teleponnya berbunyi. Itu panggilan dari Zara."Kak ...." Suara Zara terdengar sedikit ragu dari seberang telepon.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 411

    Zara memandang tertegun ke arah Xavier yang turun dari mobil. "Kak, ini siapa, ya ...?""Ini wakil kakak iparmu," ujar Xavier sambil bersandar di pintu mobil dengan senyum usil menatap Zara.Zara dan Tiffany terdiam. Tiffany menarik napas panjang, lalu berjalan mendekat, dan langsung memukulkan tasnya ke arah Xavier. "Kamu ngomong apa sih?!""Siapa suruh kamu pergi bersenang-senang tanpa aku?" Xavier mengerucutkan bibir dan menatap Tiffany dengan wajah polos.Tiffany nyaris kehilangan akal karena kesal. Dia melotot ke arah Xavier. "Ini urusan pribadi aku dan temanku, nggak ada hubungannya sama kamu! Jangan ikut campur!"Namun, Xavier sudah sampai di sana, mana mungkin dia benar-benar pergi begitu saja?Setelah itu ...."Tiff, Tiff, ini tempat apa sih?""Tiff, Tiff, kita ke sini mau ngapain?"Tiffany hanya bisa memutar matanya dengan kesabaran yang sudah hampir habis.Namun, Zara menjelaskan dengan ramah, "Ini rumahku. Aku berencana mau mutusin hubungan sama keluargaku, lalu pergi ke te

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 585

    Tiffany terpaku menatap video di ponsel Brandon, lalu menyeka ujung matanya yang basah. Wanita itu menarik napas dalam-dalam. "Bisa nggak kamu kirimkan video ini ke aku?""Tentu saja!" Brandon mengangguk dengan cepat, lalu langsung mengirimkan video itu ke e-mail Tiffany."Ngomong-ngomong, Dok Tiff, setelah melihat semua yang sudah dilakukan Kak Sean untukmu, kamu nggak merasa terharu?"Tiffany menerima file video itu dan mengangguk pelan. "Tentu saja aku terharu.""Kalau begitu, apakah kalian akan berdamai?" Brandon masih menatap Tiffany dengan ekspresi penuh harapan. "Kalau kamu merasa terharu, bukankah itu berarti hatimu sudah nggak terlalu menolaknya lagi?"Brandon menatap Tiffany dengan serius. "Kak Sean benar-benar tulus sama kamu, Dok Tiff.""Waktu makan siang tadi, dia menunjukkan video ini ke aku dan menceritakan banyak hal tentang perjalanan panjangnya mencarimu selama bertahun-tahun. Waktu itu, aku tiba-tiba menyadari betapa jauhnya perbedaan antara aku dan dia.""Aku bilang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 584

    Mendengar hal itu, Julie melirik Tiffany. "Kalau aku nggak bilang, kamu sendiri nggak kepikiran?"Tiffany menatapnya sejenak, lalu menggeleng pelan. Sebenarnya, dalam hatinya, dia sudah memiliki keputusannya sendiri mengenai Sean. Bahkan tanpa Julie mengatakannya sekalipun, dia tetap bisa mempertimbangkannya.Namun, bagaimanapun juga, masa lalunya dengan Sean masih menjadi luka yang belum sembuh. Dia tidak bisa merelakan masalah itu begitu saja. Kata-kata Julie sebenarnya memberikan dorongan, sekaligus alasan baginya untuk tidak terlalu keras pada dirinya sendiri.Ternyata, bukan hanya dia yang berpikir seperti ini. Orang-orang di sekitarnya juga mendukungnya."Kamu ini ...." Julie mengusap kepala Tiffany dengan lembut. "Bi Nancy sudah lama meninggal. Relakanlah hal-hal yang seharusnya dilepaskan. Dia nggak pernah memilih untuk terlahir dari keluarga seperti itu, dengan ayah seperti itu.""Sama seperti dulu, waktu kamu nggak percaya bahwa pamanmu bisa membakar rumah dan membunuh orang,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 583

    "Sudah kubilang Sean bukan orang seperti itu."Di dalam kantor, Julie menuangkan secangkir teh untuk Tiffany sambil menggeleng pelan. "Brandon itu memang selalu di luar dugaan. Percaya sama dia lebih baik percaya sama anjing kampung di luar sana."Tiffany terkulai lesu di atas meja kerja. "Aku benar-benar salah paham sama Sean." Dia menutup matanya dan bayangan pria itu di depan hotel kembali terlintas dalam pikirannya. Sean tampak begitu kesepian dan begitu menyedihkan.Sean tidak melakukan apa pun yang membahayakan pasiennya. Namun, Tiffany malah menuduhnya macam-macam.Tiffany menghela napas panjang, lalu menutupi wajahnya dengan tangan. "Lalu, aku harus bagaimana?"Sean pasti menganggapnya keterlaluan, menganggapnya tidak masuk akal, dan terlalu keras kepala. Semua ini gara-gara Brandon!"Kenapa nggak minta maaf saja?"Julie duduk di hadapannya sembari menyeruput kopi dan membalik halaman majalah. "Kalau nggak, mau gimana lagi?""Dia datang jauh-jauh untuk mendekatimu. Ini baru har

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 582

    Mungkin sejak lima tahun lalu, saat Sean memilih Sanny dan meninggalkannya, Tiffany sudah tidak berani lagi memercayainya ....Julie menghela napas, lalu mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Tiffany. "Tunggu saja sampai Brandon sadar, nanti kita akan tahu semuanya."Tiffany mengangguk.Dua wanita itu menunggu di luar ruang gawat darurat selama lebih dari setengah jam. Setelah setengah jam berlalu, pintu ruang gawat darurat akhirnya terbuka. Seorang perawat mendorong ranjang Brandon menuju kamar perawatan.Dokter yang menangani Brandon keluar dan menepuk bahu Tiffany. "Pasien ingin ketemu kamu."Tiffany segera berdiri dan melangkah cepat menuju kamar perawatan.Di dalam kamar, Brandon yang wajahnya masih pucat bersandar di ujung ranjang. Matanya berkaca-kaca saat menatap Tiffany. "Dokter Tiffany ...."Melihat pria dewasa menangis seperti ini, Tiffany merasa tidak tega. Dia menggigit bibirnya, lalu melangkah mendekat dan menyerahkan selembar tisu kepadanya. "Aku di sini."Brandon ter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 581

    Setelah berkata demikian, wanita itu langsung melepaskan tangan Sean dan berlari menuju kamar tempat Brandon berada. Sean tetap berdiri di tempatnya dan matanya menyipit tajam.Tak lama kemudian, ambulans rumah sakit pun tiba. Tiffany bersama staf hotel mengangkat Brandon ke atas tandu dan ikut pergi bersama ambulans.Saat hendak naik ke ambulans di luar hotel, dia melihat Sean berdiri di pintu masuk hotel dan memandangnya dengan tatapan suram. Wanita itu menggertakkan giginya dan langsung menutup pintu ambulans.Sean ... tidak pantas!Jelas-jelas hubungan mereka sudah berbeda dari lima tahun lalu. Meskipun Sean ingin mendekatinya kembali, itu tetap membutuhkan waktu. Sekarang hubungan mereka masih terasa asing, tetapi Sean sudah berani melakukan hal seperti itu terhadap orang yang mendekatinya.Selain itu, Brandon adalah seorang pasien!Tadi Brandon sudah memberi tahu Sean bahwa jantungnya bermasalah. Namun, Sean tetap saja bertarung dengan Brandon hingga membuatnya pingsan.Setelah l

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 580

    "Pertama, aku nggak enak membicarakan masa lalu di antara kami di depannya secara langsung. Aku takut itu akan membangkitkan kenangan menyakitkan baginya.""Kedua, Dokter Tiffany masih belum kenyang. Nggak mungkin kita mengganggunya bahkan saat dia sedang makan, 'kan?"Brandon berpikir sejenak dan merasa itu masuk akal. Dia pun bangkit dan berucap, "Dokter Tiffany, silakan lanjut makan. Kami akan keluar sebentar untuk mengobrol."Tiffany bahkan belum sempat bereaksi. Kedua pria itu sudah bangkit dan turun dengan lift bersama.Tiffany termangu sesaat. Kemudian, dia berdiri untuk mengejar mereka. Namun, setelah mengambil dua langkah, akhirnya dia berhenti.Sudahlah. Terserah mereka mau melakukan apa. Lagi pula, dia ingin menjauh dari kedua pria ini. Jadi, kalau mereka pergi bersama, itu justru lebih baik.Dengan tenang, Tiffany melanjutkan makannya. Sesudah selesai, dia bahkan membayar tagihan di restoran.Sepuluh menit kemudian, saat turun ke lobi hotel, dia mendengar suara panik dari m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 579

    Restoran di Grand Oriental, restoran bintang lima, sunyi senyap.Demi mengundang Tiffany dan Sean makan, Brandon meminta manajer hotel untuk mengosongkan seluruh restoran. Di dalam restoran yang luas itu, hanya ada tiga orang, yaitu Brandon, Tiffany, dan Sean.Di sebuah meja persegi panjang, ketiganya duduk dalam posisi yang aneh. Tiffany duduk di satu sisi, sementara Brandon dan Sean duduk di sisi lainnya.Dari sudut pandang mereka berdua, Tiffany seperti sedang berhadapan langsung dengan masing-masing dari mereka.Tak lama setelah mereka duduk, pelayan mulai menyajikan semua hidangan. Sean duduk di kursi yang empuk, tersenyum tipis sambil menatap meja makan di depannya.Jelas sekali, Brandon benar-benar telah berusaha keras untuk Tiffany. Jika tidak, bagaimana mungkin seluruh meja dipenuhi makanan yang sesuai dengan selera Tiffany?Memikirkan hal ini, Sean mengangkat alisnya sedikit, lalu menatap Tiffany sambil bertanya kepada Brandon dengan suara datar, "Semua ini makanan favorit Ti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 578

    Brandon mengernyit, menatap Tiffany dengan curiga. "Jadi, kalian berdua di dalam itu ...."Tiffany hanya merasa kepalanya semakin pusing. Dia menarik napas dalam-dalam. "Barusan mantan suamiku sakit, aku hanya merawatnya."Brandon memiliki banyak koneksi di rumah sakit. Tiffany tidak ingin semua orang di rumah sakit mengetahui hubungan serta perkembangan antara dirinya dan Sean.Jadi, dia tersenyum tipis ke arah Brandon. "Kamu juga tahu, dokter harus memiliki hati yang penuh belas kasih.""Dia memang mantan suamiku, tapi saat dia sakit dan butuh perawatan, aku nggak mungkin tinggal diam."Brandon langsung menatap Tiffany dengan mata berbinar. "Dokter memang seperti yang aku bayangkan, benar-benar malaikat kecil yang baik hati!"Tiffany terdiam untuk sesaat. Kemudian, dia berdeham pelan. "Bukannya kamu bilang ingin aku memeriksamu? Kemarilah ...."Brandon langsung berlari kecil ke arah Tiffany. "Maaf sudah merepotkanmu."Tiffany berdeham dua kali. "Duduk dulu, aku akan memeriksamu ...."

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 577

    Usai berbicara, Tiffany mengambil jasnya dan keluar dari kamar.Di luar, Brandon menatapnya dengan penuh kekaguman. "Dokter, sudah setengah bulan kita nggak bertemu, kamu tetap secantik seperti biasanya."Tiffany mengerutkan alisnya, lalu meliriknya sekilas dengan ekspresi datar. "Cari tempat duduk saja. Sebenarnya jantungmu sudah nggak ada masalah lagi. Tapi kalau kamu masih merasa khawatir, aku akan melakukan pemeriksaan sederhana.""Baik! Baik!" Brandon menatapnya dengan terkagum-kagum. "Aku akan pesan kamar sekarang ...."Tiffany langsung mengernyit. "Kita cuma berdua, jangan pesan kamar."Setelah berkata demikian, Tiffany melirik ke arah area duduk di kejauhan yang biasanya digunakan untuk menikmati pemandangan dari atas. "Kita duduk di sana saja."Brandon menggigit bibir dan bergumam, "Justru aku suka kalau cuma berdua denganmu ...."Tiffany mengambil barang-barangnya, lalu berjalan ke tempat duduk itu. Sementara itu, Brandon tampak sedikit enggan, tetapi tetapi mengikuti dari be

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status