Setelah mendengar penjelasan Sean, Tiffany baru mengerti dia sudah terjebak dalam permainan Derek. Dia cemberut dan mengeluh, "Para pebisnis ini terlalu licik."Tiffany menggesekkan kepalanya ke pelukan Sean dengan ekspresi sedih. "Sayang, apa tadi aku salah bicara?"Sikap Tiffany yang manja membuat Sean menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Dia pun mengangkat tangannya dan mengelus kepala Tiffany dengan lembut. "Ini juga bukan salahmu. Meskipun kamu nggak bicara, arti dari perkataan Derek pun tetap sama. Bedanya hanya ada yang mengiakan atau nggak saja."Tiffany cemberut karena hatinya masih terasa tidak nyaman. "Kalau begitu, kelak aku nggak akan sembarangan bicara lagi. Orang-orang kaya ini terlalu menakutkan."Sean tersenyum dan mencium bibir Tiffany yang lembut. "Aku juga orang kaya, apa aku menakutkan?"Saat mengatakan itu, tatapan mata Sean makin menggoda dan berbahaya. Tiffany yang ketakutan melihat tatapannya seperti itu segera bangkit dari pelukannya dan melangkah mundur s
Tiffany memutuskan untuk tinggal bersama Sean dan tidak akan berpisah selamanya.....Saat menggandeng tangan Tiffany dan membawanya ke restoran Keluarga Japardi, Sean melihat restoran itu sudah penuh dengan orang. Kelihatan jelas, Keluarga Japardi mengundang banyak tokoh terkenal dari dunia bisnis dan politik dari seluruh dunia pada ulang tahun Bronson kali ini. Semua orang yang hadir adalah orang terkemuka di kota mereka masing-masing.Pelayan memandu Sean dan Tiffany menuju tempat duduk yang tertera dengan nama mereka.Sean memiliki bisnis besar di dunia barat, sehingga dia langsung diajak orang di sebelah kirinya untuk memulai perbincangan bisnis begitu dia duduk.Tiffany duduk dengan tenang dan mengamati sekelilingnya, berusaha untuk tidak mengganggu Sean membicarakan bisnis. Di sebelah kirinya adalah Sean, sedangkan di sebelah kanannya adalah seorang pria yang mengenakan jas hitam dengan garis emas.Pria itu menoleh dan tersenyum pada Tiffany. "Wah. Kelinci putih, apa kabar?"Tif
Merasa kepala pria asing bersentuhan dengan kepalanya, jantung Tiffany langsung berdebar dan wajahnya menjadi pucat. Tangannya yang sedang memegang ponsel pun mulai bergetar karena panik. Dia segera menggeser kepalanya, tetapi malah salah arah karena terlalu terburu-buru. Kepalanya malah membentur kepala Xavier dengan keras.Xavier memegang kepalanya dan merintih kesakitan. "Kelinci putih, aku cuma lihat percakapanmu dengan temanmu, apa perlu membalas dendam begitu?"Suara Xavier lumayan keras sampai hampir semua orang di meja panjang itu melihat ke arah mereka. Orang-orang di sekitar mereka mulai berkomentar."Dia itu tuan muda dari Keluarga Lohan di Kota Zimbab, Xavier. Dia itu playboy yang terkenal.""Siapa itu yang di sampingnya? Pacar barunya?""Tapi, penampilannya terlalu kampungan. Wajah bulat dan mata bulat, kelihatan seperti kutu buku. Apa tuan muda Keluarga Lohan punya selera seperti ini?""Hahahahaha!"Semua orang langsung tertawa terbahak-bahak.Jayla yang duduk di samping
Jayla cemberut, lalu kembali memelototi Tiffany dengan marah. "Aku pasti akan membalas dendam ini. Nggak pernah ada orang yang berani berdebat denganku."Xavier mengelus kepala Jayla. "Bibi Nancy benar-benar sudah terlalu memanjakanmu."....Setelah semua orang menunggu di restoran sekitar sepuluh menit, Derek akhirnya duduk di kursi utama dengan dibantu oleh Bronson."Maaf sudah membuat kalian menunggu lama. Sebenarnya, banyak anak muda sekarang yang belum makan malam di waktu ini. Tapi, tubuhku yang sudah tua ini nggak seperti dulu lagi, jadi harus makan dan beristirahat lebih awal. Maaf merepotkan kalian," kata Derek.Xavier tersenyum dan berkata, "Nggak merepotkan. Kita harusnya ikut belajar cara hidup orang tua. Sekarang kita berada di rumah Keluarga Japardi, tentu saja harus menyesuaikan diri dan mempelajari kebiasaan baik dari Keluarga Japardi."Kata-kata Xavier ini membuat Derek merasa sangat senang. Dia melambaikan tangannya. "Baiklah kalau begitu. Aku nggak akan banyak bicara
Keterampilan memasak koki Keluarga Japardi sangat hebat. Setiap hidangannya bahkan lebih lezat dari masakan koki di Restoran Imperial milik Mark.Usai makan malam, seorang pelayan bertanya menu apa yang paling disukai Tiffany. Gadis itu bertopang dagu di meja dan memandangi piring-piring kosong di sana. Dia membayangkan hidangan yang disantapnya tadi, ragu-ragu untuk menjawab.Akhirnya, Tiffany mendongak dan menjawab pelayan dengan ekspresi memelas, "Anu ... apa aku boleh jawab kalau aku menyukai beberapa hidangan hari ini, lalu yang lain besok, dan sisanya lusa?"Pelayan itu mengerucutkan bibirnya dan membalas dengan canggung, "Sepertinya ... nggak bisa."Sean duduk di kursinya dan memandangi wajah dilema gadis itu. Senyuman di wajahnya tidak kunjung lenyap.Akhirnya, pria itu memberikan solusi dengan berkata sambil tersenyum tipis, "Katakan saja pada tuanmu kalau Tiffany menyukai semua hidangan malam ini.""Tapi ...." Pelayan itu ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Baiklah.
Derek tersenyum tipis dan berucap, "Di mataku, ini bukan bodoh, tapi polos dan murni."Usai berkata demikian, Derek menghela napas dan melanjutkan, "Sepertinya gadis dilindungi dengan baik sejak kecil. Orang tua angkatnya menyayanginya dan ... Sean juga memanjakannya. Kalau putrimu dan Nancy seberuntung itu, aku bisa tenang.""Hachooo!" Tiffany bersin dengan keras di taman.Sean mengernyit. Dia lalu melepas jas dan menyampirkannya ke bahu gadis itu. "Dingin?" tanyanya."Sedikit," sahut Tiffany sambil mengangguk."Kita sudah jalan santai selama satu jam," ujar Sean. Dia berjalan pelan di jalan setapak dengan memasukkan satu tangan di saku. Bayangan punggungnya membentang panjang di bawah sinar rembulan dan lampu taman.Sean menatap wajah Tiffany dengan sorot lembut dan berucap, "Satu jam seharusnya cukup untuk mencerna makanan di perutmu. Kamu mau kembali atau terus mencerna?"Wajah Tiffany langsung memerah. Dia bergumam dengan gugup, "Ka ... kapan aku bilang mau mencerna isi perut? Aku
Malam itu, Tiffany kembali dengan digendong Sean. Saat tengah bermain-main, dia memukul bokong Sean dengan jahil. Setelah melakukan itu, dia segera kabur karena takut pria itu akan mengejar dan menghukumnya.Namun, Tiffany lupa bahwa dia masih mengenakan sepatu hak tinggi indah yang disiapkan Sean untuknya sejak tiba di rumah Keluarga Japardi. Alhasil ...."Aduh!" jerit Tiffany kesakitan.Sean menggeleng pasrah. Dia segera berjongkok di depannya dan berkata, "Ayo naik."Tiffany bertanya dengan mata berkaca-kaca, "Sayang, apa aku bodoh?""Kamu nggak bodoh. Kamu tahu harus kabur setelah memukulku, itu artinya kamu nggak bodoh," sahut Sean dengan geli.Tiffany berucap dengan wajah memerah, "Sayang, maafkan aku ...." Dia hanya terlalu semangat karena melihat betapa cerianya Sean hari ini. Dia terlalu gembira hingga lupa diri."Aku nggak menyalahkanmu. Aku yang salah, aku nggak seharusnya menyuruhmu pakai sepatu hak tinggi," ujar Sean sambil menggendong Tiffany dengan lembut.Tiffany buru-b
Ketika keduanya tiba di ruang makan, beberapa orang sudah duduk di sana. Meja makan yang besar itu bisa menampung 50 hingga 60 orang.Pelayan membawa Tiffany dan Sean ke kursi yang sudah ditandai dengan nama mereka seperti kemarin. Sekali lagi, mereka menunggu cukup lama.Tiffany bersandar di lengan Sean. Sambil menguap, dia membuka ponselnya dan membaca pesan berisi keluhan-keluhan Julie.[ Tiff, aku benar-benar nggak sanggup menghadapi Zara. Dia terus memintaku buat tanya apa makanan favoritmu. Jadi, aku asal sebut kalau kamu suka makan paha ayam. ][ Kamu tahu apa yang terjadi? Dia ambil habis uang di dompet Charles dan membeli semua ayam di desa. Setelah meminta seseorang untuk sembelih ayam-ayam itu, sekarang dia lagi sibuk coba segala macam resep paha ayam. ][ Mark lagi hibur Charles sekarang. Aku juga ingin kabur. Zara suruh aku buat cicipi masakannya. Aku sudah makan 10 paha ayam hari ini dan dia masih nggak berhenti memasak. Tolong aku! ]Tiffany membalas sambil tertawa.[ Ba
"Keluarga Rimbawan?" Charles menggenggam ponselnya erat-erat. Matanya terpaku pada iring-iringan mobil yang semakin dekat. "Apa aku benaran bisa melihat Kepala Keluarga Rimbawan?""Kemungkinan besar nggak." Di ujung telepon, Sean terkekeh-kekeh. "Tapi, aku akan memberimu kesempatan untuk bertemu dengannya.""Samperin mereka dan beri tahu mereka kamu adalah teman Sean. Kemudian, beri tahu Kepala Keluarga Rimbawan kalau Derek dan Bronson sedang berada di rumah Keluarga Tanuwijaya dan bersama Tiffany."Charles mengernyit. "Kalau kamu bilang begitu, bukankah mereka nggak akan bisa bertemu?""Memang itu tujuannya, mereka nggak boleh bertemu semudah itu." Sean menghela napas ringan. "Sudah hampir 20 tahun mereka nggak bertemu. Pertemuan harus dilakukan secara formal. Begini terlalu sembrono.""Apalagi ... Tiffany baru saja mengakui ayah dan kakeknya. Secara emosional, dia pasti sudah berada di ambang batas kemampuannya. Dia nggak bisa menerima terlalu banyak kejutan.""Kalau kamu memaksanya
Charles tersenyum kepada Bronson. "Aku akan menuliskan resep obat untuk Pak Derek. Kalau nggak ada urusan lain, aku akan kembali ke klinik dulu."Setelah berkata demikian, tanpa peduli pada ekspresi Bronson maupun Tiffany, dia langsung berbalik dan pergi.Setelah keluar dari rumah Keluarga Tanuwijaya, Charles langsung mengambil ponsel dan menelepon Sean. "Aku akhirnya tahu kenapa istrimu begitu polos. Dia mewarisi sifat ayahnya!"Semua yang dikatakan Cathy tadi sudah sangat jelas bagi Charles. Sebenarnya dia sudah menyindir secara halus bahwa Bronson tidak berhak untuk mengkritik Cathy. Sifat Cathy bisa seperti itu karena ajaran dari Keluarga Japardi yang kurang baik!Namun, Bronson sama sekali tidak merasa ada yang salah dengan ucapannya itu. Bahkan, dia sangat senang dan meminta Tiffany untuk mengajarkan Cathy lebih banyak, sehingga dia bisa menghemat banyak tenaga! Kalau Charles adalah Cathy, dia pasti sudah marah besar!Di ujung telepon, Sean tertawa ringan. "Kalau begitu, sepertin
Cathy menggertakkan giginya dengan kuat. "Untuk apa aku memberitahumu soal itu?""Aku cuma ingin tahu saja." Tiffany tersenyum dingin sambil menatap Cathy. "Aku baru saja kembali ke keluarga, jadi aku ingin tahu apa yang disukai Kakek dan Ayah.""Kamu sudah bersama Kakek dan Ayah selama 19 tahun. Seharusnya kamu sangat paham dengan kesukaan mereka, 'kan?""Aku cuma ingin tahu kok, nggak usah dirahasiakan. Toh kita akan hidup bersama. Kelak kita harus sama-sama kasih Kakek dan Ayah hadiah, 'kan?"Kata-kata Tiffany membuat Cathy semakin geram. "Tiffany, jangan keterlaluan ya!"Bronson yang berdiri di samping lantas mengernyit. "Cathy, apa yang terlalu keterlaluan dari ini? Tiffany cuma ingin tahu apa yang aku dan kakeknya suka.""Sebagai kakak, kamu seharusnya memberitahunya. Kenapa malah merasa dia mempersulitmu?"Cathy menggertakkan giginya. "Aku ....""Kelihatannya, Bu Cathy nggak tahu apa yang disukai Pak Derek dan nggak pernah mempersiapkan hadiah untuknya, 'kan?" sindir Charles."A
"Asalkan kamu minta Kakek menyingkirkannya, semuanya bisa dilakukan," jelas Derek.Tiffany tertegun. Beberapa saat kemudian, gadis itu buru-buru melambaikan tangan. "Kakek, Kakek, jangan bertindak gegabah begini ...."Menyingkirkan Cathy? Cathy memang menjengkelkan, tetapi tidak perlu sampai sekejam itu!"Ya sudah kalau begitu. Menurutmu, apa yang seharusnya kita lakukan?" Derek menggenggam tangan Tiffany sambil tersenyum lembut.Tiffany menggigit bibirnya. "Karena Ayah merasa ... dia masih bisa tinggal di sini dan menjadi kakakku, ya sudah, biarkan saja untuk sementara waktu."Lagi pula, tidak ada dendam besar di antara dirinya dan Cathy. Jika nanti Cathy melakukan sesuatu yang buruk, Tiffany baru akan memikirkannya kembali.Tiffany baru mengakui hubungan keluarganya dengan Bronson dan Derek. Mereka tidak mungkin langsung mengusir Cathy, 'kan? Orang-orang hanya akan berpikiran buruk tentang mereka. Tiffany juga merasa tindakan ini tidak pantas."Baiklah, aku turuti keinginanmu saja."
Pagi itu ketika mengingatnya kembali, Derek masih merasa ngeri. Hari itu adalah pertama kalinya dia mengenal seorang wanita bernama Niken.Bukan Nancy, bukan menantu Keluarga Japardi yang bernama Nancy, tetapi Niken. Seorang wanita yang mampu membuat seluruh Keluarga Japardi kacau balau. Namanya Niken.Setelah berpamitan dengan Derek, Nancy meninggalkan sebuah surat perjanjian cerai, membawa anaknya, dan pergi menemui Kepala Keluarga Rimbawan.Derek awalnya mengira itu hanya karena kemarahan sesaat Nancy, tetapi ternyata Nancy serius dengan ucapannya. Dia benar-benar menjadi Kepala Keluarga Rimbawan dan berhasil membalas dendam, bahkan menjadi pendukung terkuat Bronson dalam perjalanan hidupnya.Orang-orang selalu menganggap Bronson sangat mengerikan. Siapa pun yang berani melawan atau bermain curang di belakangnya pasti akan mendapatkan akibat buruk. Namun, Derek tahu bahwa semua itu adalah hasil kerja Nancy di belakang layar.Di permukaan, Nancy adalah Kepala Keluarga Rimbawan. Namun
Gadis muda di depannya ini memang sangat mirip dengan Nancy.Saat itu, Bronson terlalu mencolok sehingga menarik banyak musuh. Orang-orang yang merasa dirugikan oleh Keluarga Japardi dalam urusan bisnis, memanfaatkan ketidakhadiran Bronson di rumah untuk menerobos masuk ke kamar Nancy.Malam itu, Derek sedang sakit parah, terbaring tak berdaya di tempat tidur. Sementara itu, para pelayan di rumah telah disuap.Derek hanya bisa mendengar jeritan menyakitkan Nancy, mendengar tangisan anak-anak. Bahkan, untuk pergi melihat saja dia tidak mampu.Akhirnya, Derek jatuh dari tempat tidur. Semua alat komunikasi di rumah telah diambil. Derek tak bisa menolong Nancy, juga tak bisa memberi tahu Bronson. Mereka menyiksa Nancy sepanjang malam.Setelah malam itu, Derek membayangkan berbagai kemungkinan. Dia membayangkan Nancy akan bunuh diri, membayangkan Nancy akan menceraikan Bronson, bahkan membayangkan Nancy akan membenci Keluarga Japardi.Namun, yang tak pernah diduga adalah Nancy muncul di had
Tiffany tertegun, lalu mendongak menatap Derek. "Kakek bisa melihatnya?""Tentu saja!" Derek memutar bola matanya. "Kamu pikir aku siapa? Aku sudah hidup begitu lama dan kaya akan pengalaman. Gadis itu ingin bersandiwara di depanku? Dia masih kurang pengalaman!"Sambil berbicara, Derek mengangkat tangannya dan mengelus pipi Tiffany yang ditampar oleh Cathy. "Sakit?""Nggak." Tiffany menggeleng, tersenyum menyipitkan mata kepada Derek. "Kalau Kakek nggak salah paham padaku, aku nggak merasa sakit.""Dasar." Derek menggeleng dengan tak berdaya. "Cepat pikirkan, siapa saja yang menyentuh pakaian itu?"Tiffany mengernyit, mencoba mengingat dengan saksama. Saat itu, meskipun ditemani oleh Rika saat belanja, dia meminta Rika pulang duluan.Selain itu, ibu Raiyen yang punya hubungan buruk dengan Tiffany, diusir ke gudang sebelum Tiffany melihat pakaian ini.Setelah Tiffany membeli pakaian itu dan kembali, dia bahkan belum sempat memeriksa dan langsung pergi ke dapur untuk memasak.Jadi ... sa
Tiffany berdiri di belakang Bronson yang melindunginya, sambil memandang Cathy yang sedang berakting berlebihan. Dia hanya bisa menggeleng dengan tak berdaya."Masalah ini belum jelas. Kamu nggak perlu buru-buru menuduhku yang menaruh jarum-jarum itu," ucap Tiffany.Cathy langsung menuduhnya, mengatakan dia merasa tertekan selama bertahun-tahun ini di luar, makanya ingin mencelakai kakeknya?"Kamu pasti nggak akan mengakui sekarang." Cathy menarik napas dalam-dalam, lalu berdiri di tempat dengan ekspresi sedih.Sambil menyeka air mata, dia meneruskan, "Bagaimanapun, kamu Nona Besar Keluarga Japardi, keturunan resmi keluarga ini. Kakek dan Ayah pasti akan melindungimu. Kalaupun aku memukulmu untuk keselamatan Kakek, mereka tetap akan menganggapku yang salah."Selesai berbicara demikian, Cathy langsung mengangkat tangannya.Plak! Lagi-lagi sebuah tamparan. Namun, tamparan itu bukan diarahkan ke Tiffany, melainkan ke wajahnya sendiri.Tamparan itu jelas bukan akting karena suaranya lebih
"Kalian bisa masuk sekarang." Charles membuka pintu, membiarkan Tiffany dan Cathy masuk.Begitu pintu terbuka, bahkan sebelum Tiffany bisa bereaksi, Cathy langsung melangkah cepat ke depan dan meraih tangan Derek. "Kakek! Bagaimana keadaan Kakek?""Coba kulihat, apakah lukanya parah? Aduh, aku benar-benar kasihan .... Kakek sudah setua ini, masih harus menanggung penderitaan seperti ini ...."Tiffany berdiri di ambang pintu, melongo melihat adegan di depannya.Apakah ini benar-benar Cathy yang dia kenal?Dalam ingatan Tiffany, Cathy bukanlah tipe orang yang suka bersikap manja, apalagi menunjukkan perhatian sebesar ini kepada Derek. Perhatian dan kehangatan Cathy sekarang, meskipun tampak mendalam, nada bicara dan tangisannya terdengar agak dibuat-buat.Charles melirik Tiffany dengan sedikit canggung, lalu berkata, "Dia ini ....""Nona Besar Keluarga Japardi," jawab Tiffany dengan hati-hati."Benar, dia Nona Besar." Bronson tersenyum dan menepuk pundak Tiffany dengan penuh kasih."Aku