Share

Bab 28

Penulis: Clarissa
"Kalian berdua bahkan nggak bisa dibandingkan sama orang luar sepertiku!"

Thalia tertawa sinis, "Pintar sekali kamu bicara. Tapi untuk urusan Keluarga Maheswari, kamu nggak punya hak untuk ikut campur. Kamu pikir kamu siapa? Apa kamu pernah mengeluarkan uang sepeser pun untuk Nenek? Semua itu uang Keluarga Maheswari, bukan?"

"Enak saja bicara tanpa tanggung jawab. Kendra, kamu bilang uang untuk pengobatan Ibu bukan uangmu. Lalu itu uang siapa?" tanya Thalia.

"Tentu saja uangku." Saat Hannah dan Thalia sedang berdebat sengit dengan Tiffany dan pamannya, tiba-tiba sebuah suara yang dingin dan berat, menyela percakapan mereka.

Semua orang di Keluarga Maheswari terdiam, lalu secara bersamaan menoleh ke arah suara tersebut.

Mereka melihat seorang pria paruh baya yang kekar sedang mendorong seorang pria muda mendekat. Pria yang duduk di kursi roda itu mengenakan setelan jas yang sangat rapi dan matanya ditutup dengan kain sutra hitam.

Wajah pria itu tampak tegas, dengan lekukan wajah yang ta
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
aku suka gayamu Sean...
goodnovel comment avatar
Sarah Siraj
aduss enggak punya rasa hormat ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 29

    Sean melemparkan tatapan yang dingin seraya melanjutkan ucapannya, "Demi Tiffany dan Nenek yang sedang dalam kondisi kritis, aku bisa ampuni kalian kali ini. Tapi kalau kalian berani bicara sembarangan lagi, aku nggak akan sungkan-sungkan lagi seperti sekarang ini."Thalia meringis kesakitan karena lengannya dipelintir oleh Genta. Mendengar ancaman Sean, dia ingin membalas ucapannya. Namun, Hannah yang berdiri di sebelahnya, segera menahannya.Usia Hannah lebih tua dan lebih berpengalaman dibandingkan Thalia. Dia bisa melihat bahwa pakaian yang dikenakan Sean dan kain sutra di matanya bukanlah barang murahan.Ditambah dengan aura anggun dan wibawa yang terpancar dari Sean, Hannah sudah menduga bahwa pria ini bukan orang biasa. Kata-kata Sean barusan semakin meyakinkan Hannah bahwa dugaannya benar.Hannah menarik Thalia dan menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Aku tiba-tiba ingat, kami masih ada urusan lain yang harus diselesaikan. Kami pamit dulu!" Tanpa menunggu jawaban dari Kendra,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 30

    Ini bukan karena Sean memandang rendah orang desa. Banyak pelayan di keluarganya berasal dari pedesaan. Mereka semua sangat sederhana, jujur, dan apa adanya. Jarang sekali ada yang bisa berbicara dengan kalimat-kalimat puitis seperti Kendra.Kendra terdiam sejenak, kemudian memahami maksud Sean. "Terlalu banyak nonton drama.""Semoga begitu," balas Sean dengan senyuman dingin, lalu berbalik menatap Kendra melalui kain sutra hitam yang menutupi matanya. "Tapi kalaupun identitasmu ternyata nggak sesederhana itu, aku juga nggak akan merasa terkejut.""Bagaimanapun, orang biasa nggak akan terpikir untuk menikahkan 'keponakan' yang telah mereka rawat selama 20 tahun dengan seorang pria asing demi menyelamatkan nyawa ibunya."Wajah Kendra tampak agak memucat. "Aku nggak punya pilihan. Ini semua karena nasib Tiffany yang kurang beruntung."Kendra menatap Sean seperti hendak mengatakan sesuatu, tetapi tampak ragu-ragu. Setelah beberapa saat, dia menghela napas panjang. "Pak Sean, Tiffany itu g

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 31

    Kendra menjentikkan jarinya ke dahi Tiffany. "Kamu sudah jadi istri orang, mulai sekarang harus jaga penampilan. Lihat saja dirimu ini, keringatan sekali."Tiffany tersenyum canggung dan menunjuk sarapan di tangan Kendra. "Makan selagi hangat.""Lap dulu keringatmu." Kendra menggelengkan kepala dengan putus asa dan berbalik untuk mengantarkan sarapan kepada Sean.Gadis muda berbaju putih itu merogoh saku bajunya, tetapi tidak menemukan tisu. Saat dia hendak pergi ke toilet, tiba-tiba muncul sehelai saputangan berwarna biru tua di depannya. Sapu tangan itu disodorkan oleh tangan yang elegan.Tanpa berpikir panjang, Tiffany menerimanya, "Terima kasih.""Kamu seharusnya tahu, aku menyuruhmu pergi beli sarapan bukan karena aku benar-benar lapar." Suara Sean yang dingin, membuat tangan Tiffany yang sedang mengusap keringat berhenti sejenak. "Kami cuma mau bicarakan sesuatu yang nggak ingin kamu dengar."Tiffany berhenti mengusap keringatnya. Dia menoleh dan memandang Sean dengan tatapan yan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 32

    Setelah selesai makan, Tiffany mengumpulkan semua kemasan bekas sarapan Kendra dan membuangnya. Tepat ketika dia selesai, pintu ruang gawat darurat terbuka.Seorang perawat mendorong nenek Tiffany keluar dari ruang gawat darurat. Sementara itu, dokter melepaskan masker medisnya dan berkata, "Pasien sudah melewati masa kritis, tapi dia masih harus istirahat untuk pemulihan dalam waktu lama."Setelah itu, dokter menatap Kendra dengan pandangan penuh makna. "Kondisi tubuhnya sudah sangat lemah. Sebagai keluarga, saya harap kalian lebih berhati-hati. Dia nggak boleh mengalami stres lagi."Kendra mengangguk dan menjawab, "Saya mengerti."Perkataan dokter membuat Tiffany mengernyit. Apakah neneknya mengalami stres belakangan ini?Saat mengetahui bahwa Tiffany akan menikah dengan seseorang yang memiliki disabilitas sebelumnya, neneknya sempat jatuh sakit parah. Hal apa lagi yang membuatnya stres akhir-akhir ini? Tiffany melirik Kendra dengan penuh curiga.Kendra yang tampak gelisah, segera me

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 33

    Sebagai salah satu universitas terbaik di kota ini, tidak jarang ada kejadian beberapa siswa yang dikejar oleh kerabat miskin hingga ke gerbang kampus untuk menagih uang. Namun, Tiffany sama sekali tidak menyangka bahwa Thalia yang tidak memiliki hubungan darah dengannya akan datang mencarinya di kampus."Kita keluar lewat pintu belakang saja," usul Julie sambil menghela napas melihat wajah Tiffany yang terkejut. "Sudah kuduga kamu nggak siap menghadapi ini, jadi aku sengaja kembali untuk menemanimu.""Foto-foto itu sudah diunggah Leslie ke forum kampus. Kalau kamu keluar lewat pintu depan dan ketangkap sama bibimu, seluruh kampus akan tahu kamu ini 'gadis miskin yang jadi simpanan'!"Hati Tiffany tiba-tiba menciut. Gosip memang sangat mengerikan. Meskipun tidak pernah merasa malu menikah dengan Sean, Tiffany telah terbiasa dengan kehidupan yang sederhana dan damai. Dia tidak ingin menjadi bahan gosip bagi orang lain.Setelah menarik napas dalam-dalam, Tiffany menggenggam ponselnya leb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 34

    Perubahan situasi yang mendadak ini membuat Tiffany dan Julie kebingungan. Bahkan Vernon dan teman-temannya juga terkejut dengan apa yang terjadi.Saat Vernon dibantu untuk berdiri oleh teman-temannya, dia mencabut dart kecil yang menancap di lututnya sambil melihat ke sekeliling dengan marah. "Siapa itu? Sialan, ikut campur urusan orang saja!"Dart yang dipegangnya adalah dart kecil berwarna biru.Tiffany mengerutkan keningnya. Dia mengenali dart itu. Dia pernah melihatnya di laci meja samping tempat tidur Sean pagi ini saat merapikan kamar.Saat itu, dia bertanya-tanya apakah dart itu adalah milik Sean. Namun, kemudian dia ingat bahwa Sean adalah seorang tunanetra. Mana mungkin dia bisa melihat target untuk melempar dart? Agar tidak menyinggung perasaan Sean, dia memutuskan untuk tidak bertanya.Namun, mana mungkin dart ini muncul di sini dan bahkan menancap tepat di lutut Vernon?"Keluar kalian, dasar pengecut!" Vernon berteriak dengan marah. Dia merasa yakin bahwa orang yang melemp

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 35

    Setelah mengobrol sejenak, semua orang masuk ke dalam mobil. Genta mengemudi, sementara Sean, Tiffany, dan Julie duduk di kursi belakang. Keheningan di dalam mobil itu terasa begitu mencekam.Tiffany diam-diam melihat ke arah Chaplin yang masih berdiri di dekat pintu belakang kampus melalui kaca spion. "Genta, nggak apa-apa kamu ninggalin dia sendirian begitu?"Genta menjawab dengan tenang sambil tetap fokus mengemudi, "Nggak masalah. Chaplin punya kendaraan sendiri, jadi Nyonya nggak perlu khawatir.""Oh." Tiffany mengangguk pelan, lalu melirik ke sebelah kirinya. Sean sedang bersandar di kursi kulit, entah dia sedang tertidur atau hanya memejamkan mata. Kemudian, dia menoleh ke sebelah kanannya dan melihat Julie yang duduk diam bagaikan patung.Julie yang tampaknya tidak tahan dengan keheningan ini, memberikan isyarat kepada Tiffany. Kemudian, dia mengeluarkan kertas dan pena dari tasnya. Dengan cepat, dia menuliskan sesuatu dan menyerahkannya kepada Tiffany.Tiffany mengerutkan keni

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 36

    Padahal hanya makan malam biasa, tapi kenapa terasa seperti pertemuan rahasia? Apalagi ketika Sean meminta Chaplin untuk bersiap-siap.Setelah akhirnya tiba di tempat yang disebut "Rooftop Garden" setengah jam kemudian, dia baru mengerti mengapa Genta bereaksi seperti itu sebelumnya.Rooftop Garden ternyata bukan nama sebuah restoran, melainkan atap sebuah hotel. Hotel itu memiliki lebih dari 30 lantai, cukup tinggi untuk menikmati pemandangan kota saat senja. Atap hotel ini dilengkapi dengan pengamanan yang sangat baik dan dihiasi dengan sangat indah, tetapi hanya ada satu meja di sana.Genta mendorong kursi roda Sean ke depan meja dan Tiffany duduk di seberangnya.Seorang pelayan mendekat, lalu bertanya, "Pak Sean, menu yang sama seperti biasanya?""Ya, seperti biasa," jawab Sean dengan tenang.Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Tak lama kemudian, berbagai hidangan yang belum pernah dilihat Tiffany sebelumnya telah dihidangkan di atas meja.Melihat Tiffany menatap makanan itu d

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 455

    Carla yang berdiri di samping pun membelalak. "Kak ...."Ucapan Sanny ini sama dengan mengakui bahwa Sean dan Tiffany tak terpisahkan. Lantas, bagaimana dengan dirinya?Carla memegang dinding untuk menopang tubuhnya. Dia datang ke hadapan Sanny dengan susah payah. "Bukannya kamu bilang mereka akan cerai sebentar lagi? Aku calon istri Sean, 'kan?"Derek mengelus janggutnya sambil tersenyum tipis. "Dik, kamu bilang kamu calon istri Sean? Kalau Sean kehilangan tangannya, apa kamu masih mau sama dia? Kamu akan melayaninya nggak?"Begitu mendengarnya, Carla sontak termangu. Dia tentu tidak bersedia! Saat mengetahui Sean buta saja, dia menolak untuk menikah! Jika Sean tidak mengklarifikasi kebenaran, Carla tidak mungkin mempertimbangkan Sean!Lagi pula, siapa yang akan sebodoh Tiffany, menikah dengan orang cacat? Namun, Carla tidak berani mengungkapkan pemikirannya ini. Dia tersenyum tulus sambil menyahut, "Tentu saja mau!"Carla mengira jawabannya ini akan menunjukkan ketulusannya terhadap

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 454

    Kedatangan mereka adalah sesuatu yang sangat terhormat. Tidak peduli di mana pun, orang-orang pasti akan merasa takjub mendengarnya."Aku kurang suka sama adikmu." Bronson menguap, lalu melirik Sanny dengan dingin. "Kami datang untuk menjenguk Tiffany."Begitu mendengarnya, ekspresi Sanny sontak menegang. "Menjenguk ... Tiffany ...?"Apa yang berharga dari gadis ini? Dia hanya anak adopsi seorang pelaku pembakaran. Dia hanya gadis desa yang tidak tahu diri!"Ya." Bronson melepaskan tangannya yang terus memapah Derek. Kemudian, dia datang ke sisi Sofyan untuk memapah Tiffany yang tidak sadarkan diri. "Kami datang untuk mencarinya."Bronson mengernyit, mencoba melepaskan tangan Sean dari tubuh Tiffany. Namun, usahanya sia-sia.Carla yang babak belur pun tertawa dan berkata, "Tangannya nggak bakal lepas dari tubuh Tiffany. Kami semua sudah mencobanya. Selain memotong daging jalang itu, nggak ada cara lain lagi."Bronson mengernyit mendengarnya. Saat berikutnya, dia langsung mengangkat kak

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   #Bab 453

    Eee ... memukul wanita ....Bronson berdeham, lalu mendongak melirik Carla yang berdiri di depannya.Harus diakui bahwa dia sangat marah dengan tindakan Carla. Namun, dia tidak akan memukul gadis muda seperti Carla.Bagaimanapun, Carla sebaya dengan Tiffany. Bronson yang sudah berusia 40-an tahun tidak mungkin main tangan dengan Carla. Kalaupun memukul wanita, tidak mungkin yang usianya masih semuda ini. Jangan sampai orang lain mengira Carla adalah putrinya.Bronson mengernyit, lalu melirik lengan baju berwarna biru yang terlihat di pojok. Dia memanggil, "Chaplin?"Pemuda berusia 13 tahun itu pun melangkah maju dengan ragu. "Ya, aku di sini."Bronson memberinya isyarat mata. "Kamu lihat itu tadi? Dia mau melukai kakak dan kakak iparmu. Pukul dia.""Oh." Chaplin mengangguk, lalu bergegas mendekati Carla.Carla termangu sejenak. Kemudian, dia menatap Chaplin dengan dingin. "Kamu berani memukulku? Aku calon istri ...."Plak! Sebelum Carla menyelesaikan ucapannya, Chaplin sudah melayangka

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 452

    Jari Carla berdarah. Rasa perih ini sampai membuat kepalanya sakit. Carla menggertakkan giginya sambil menekan jarinya dengan tangan yang satu lagi. "Pengawal, panggil dokter kemari!"Dengan mata memerah, Carla memelototi tangan Sean yang merangkul Tiffany. "Kamu nggak mau lepas, 'kan? Suruh dokter potong daging Tiffany pakai pisau bedah!"Carla yakin dirinya tidak akan kalah dari pasangan ini. Lagi pula, mereka jatuh pingsan.Sofyan yang berdiri di samping pun menasihati, "Nona, kamu yakin? Aku tahu kamu sangat marah, tapi jangan sampai melukai orang. Gimana kalau Tuan Sean membencimu karena masalah ini?""Hehe." Carla terkekeh-kekeh. "Kamu rasa aku takut dibenci Sean? Kalau aku takut, mana mungkin aku berdiri di sini dan menyuruh orang membawa Tiffany pergi!"Carla melirik Sofyan dengan dingin. "Aku nggak pernah peduli pada orang lain. Yang kumau adalah posisi sebagai istri Sean dan uang yang diberikan Kak Sanny. Aku nggak peduli Sean menyukai atau membenciku!"Sofyan termangu, lalu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 451

    "Sean!" Air mata Tiffany mulai jatuh tanpa bisa dihentikan, bahkan tangisannya terdengar sangat menyedihkan."Jangan nangis." Tubuh Sean semakin berat. Suaranya rendah dan serak dengan sedikit penyesalan dan sedikit rasa bersalah. "Aku nggak bisa memelukmu lagi."Begitu Sean selesai berbicara, tubuhnya yang lemas langsung jatuh setengah berlutut di lantai. Tiffany tahu ini adalah efek dari obat tidur dan anestesi. Hatinya terasa cemas dan marah.Mereka benar-benar tega melakukan hal seperti ini kepada Sean! Meskipun tubuhnya tidak terluka parah, obat-obatan seperti ini bisa merusak saraf Sean.Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu mengangkat tangannya untuk menopang tubuh Sean. "Sayang, nggak apa-apa. Kamu nggak bisa memelukku, tapi aku bisa memelukmu! Aku sangat kuat, kamu harus percaya padaku!"Tiffany memeluknya, berusaha sekuat tenaga agar tubuhnya dapat menopang berat tubuh Sean."Dasar bodoh." Sean tersenyum pahit. Tubuhnya akhirnya tidak kuat lagi. Dia benar-benar terjatuh di

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 450

    Tiffany bergidik. Saat Tiffany tersadar, polisi sudah datang. Tiffany mengerahkan tenaganya ketika tangannya diborgol.Tiffany berteriak ke arah kamar Sean, "Sean! Cepat bangun! Aku tahu obat tidur nggak bisa sepenuhnya mengendalikan saraf seseorang! Kalau kamu bisa dengar, cepat bangun! Kalau kamu nggak bangun sekarang, kamu nggak akan bisa melihatku lagi!"Energi Tiffany terkuras setelah melontarkan semua ucapan itu. Air matanya juga terus mengalir. Begitu tahu dendam di antara pamannya dan Keluarga Tanuwijaya, Tiffany pernah memikirkan berbagai macam cara dirinya dan Sean berpisah.Tidak disangka, mereka akan berpisah dengan cara seperti ini. Selama bertahun-tahun, Sean tidak memiliki teman dekat. Orang-orang yang bisa dipercayainya hanya Sofyan, Genta, Chaplin, dan beberapa orang lainnya. Namun, Sean malah dikhianati.Tiffany merasa sedih. Carla memelototi Tiffany dan berujar dengan geram, "Nggak ada gunanya kamu teriak! Pak Polisi, cepat bawa dia pergi!"Polisi membawa Tiffany ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 449

    Tiffany berujar seraya memelotot, "Kalian ...."Kemudian, Tiffany menenangkan dirinya dan menambahkan, "Ternyata kalian yang rencanakan serangan kali ini."Jika semua ini tidak direncanakan mereka, Sanny tidak mungkin begitu yakin bisa memfitnah Tiffany. Sanny melihat kukunya dan menyahut, "Benar. Mungkin Sean nggak menyangka orang yang kuutus untuk menjaganya dulu akan mematuhiku begitu aku kembali."Genta menghampiri Sanny dan berucap dengan sopan, "Nona Sanny, aku sudah meminta dokter untuk menambah dosis obatnya. Tuan Sean nggak akan bisa sadar untuk sementara waktu.""Oke," ujar Sanny. Dia menatap Tiffany seraya tersenyum bangga dan bertanya, "Sudah jelas, 'kan?"Tiffany mengernyit. Dia baru paham sebenarnya Sean tidak diserang. Sean hanya diberi obat agar tidak sadarkan diri.Akhirnya, Tiffany merasa tenang. Ternyata Sean tidak benar-benar terluka, melainkan dikhianati keluarganya.Carla tersenyum lebar sembari menggenggam pegangan kursi roda Sanny dan berkata, "Kak, kita jalanka

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 448

    Tiba-tiba, Sanny menampar Tiffany. Alhasil, Tiffany yang lemas hampir terjatuh ke lantai."Tiffany!" seru Julie. Dia bergegas menghampiri Tiffany dan memapahnya. Julie memelototi Sanny seraya memarahi, "Atas dasar apa kamu memukul Tiffany?"Sanny mencibir, lalu menyahut, "Karena dia nggak tahu diri."Tatapan Sanny sangat dingin. Dia menatap Tiffany seraya melanjutkan, "Kemarin aku sudah bilang dengan jelas. Tapi, kamu masih bersikeras ingin bersama adikku. Tiffany, aku nggak pernah lihat wanita yang begitu nggak tahu malu sepertimu!"Tiffany menggertakkan giginya. Dia memandangi Sanny dan menegaskan, "Bukan aku yang membakarmu. Seharusnya dendam di generasi sebelumnya nggak memengaruhi hubunganku dengan Sean."Tiffany menambahkan, "Aku mencintai Sean, jadi aku nggak bisa meninggalkannya. Aku nggak merasa tindakanku salah."Sebelumnya, Tiffany hanya bisa menangis di depan Sanny. Sekarang, dia bisa berbicara dengan tegas. Sikapnya membuat Sanny terlihat seperti orang yang keterlaluan.Na

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 447

    Zara sudah memberi tahu Julie apa yang terjadi saat Tiffany bertemu Sanny terakhir kali. Julie tidak ingin Tiffany berhadapan dengan Sanny. Namun, dia tidak bisa menghalangi Tiffany yang ingin melihat kondisi Sean.Julie yang memapah Tiffany mencebik dan mengingatkan, "Nanti kalau kamu bertemu Sanny, jangan anggap serius omongannya."Tiffany menyahut sembari mengangguk, "Iya, aku tahu."Sanny memang tidak menyukai Tiffany. Julie mendesah, lalu memapah Tiffany keluar. Kamar Sean terletak di lantai paling atas. Belasan pria kekar yang berpakaian hitam berdiri di depan pintu kamar Sean.Tiffany yang dipapah Julie berucap dengan lirih, "Sofyan, aku mau lihat Sean."Wajah Tiffany sangat pucat. Sofyan yang dilema memandang Tiffany sambil menjelaskan, "Nyonya, tapi Nona Sanny memerintahkan siapa pun nggak boleh masuk tanpa persetujuannya."Tiffany membalas, "Tapi, aku ini istri Sean."Julie menimpali seraya mengernyit, "Benar, Tiffany ini istri sah Sean. Kenapa kalian halangi dia lihat suami

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status