Share

Bab 266

Author: Clarissa
Dengan kata lain, di seluruh Keluarga Sanskara, semuanya adalah pelayan Sean selain Faris.

Sebagai putri Keluarga Sanskara, tidak peduli betapa mulianya Valerie di hadapan semua orang, dia hanya pelayan di mata Sean.

Memang benar, Valerie tidak berhak berbicara lancang kepada Sean ....

"Lain kali sebelum bicara padaku, tanya ayahmu dulu harus gimana bersikap supaya aku nggak marah. Jangan sampai terulang lagi," ujar Sean sambil bersandar di sofa dengan culas dan memainkan rambut Tiffany.

Tiffany menunduk, memegang jaket Sean. Dia sedang membersihkan noda di atas jaket itu.

Valerie menggertakkan giginya. Ketika melihat kedekatan Tiffany dengan Sean, hatinya diliputi kecemburuan. Tiffany menyeka noda di jaket Sean, sedangkan Sean memainkan rambut Tiffany! Keduanya jelas-jelas memamerkan kemesraan!

Valerie yang berbakat dan terkenal saja tidak berhak berbicara lancang kepada Sean. Lantas, bagaimana dengan Tiffany yang tidak bisa apa-apa? Bagaimana bisa wanita ini memamerkan kemesraan bers
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
yes...mark sama Julie aja...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 267

    Tiffany membelalakkan matanya, lalu bertanya dengan suara rendah, "Kamu mengenalnya?"Bukankah Mark baru pulang dari luar negeri? Bukankah dia tinggal di luar negeri selama belasan tahun? Bagaimana bisa Julie mengenalnya?Tiffany menyenggol bahu Julie dan bertanya, "Kapan kalian kenal?"Julie menggigit bibirnya. Dia mendongak, lalu melihat Mark dan Sean yang sama-sama naik ke lantai atas. Ekspresi Mark terlihat dingin dan angkuh, membuat hati Julie menegang.Beberapa saat kemudian, Julie mengembuskan napas panjang dan berkata, "Mungkin aku salah kenal orang." Tiffany pun mengernyit. Dia masih ingin berbicara, tetapi Mark dan Sean sudah memasuki ruang privat. Dia pun tidak bertanya lagi dan masuk, lalu duduk di samping Sean.Mark tentu duduk di seberang keduanya. Sementara itu, Julie ragu-ragu sejenak sebelum duduk di samping Mark.Hidangan di meja sangat mewah. Setiap hidangan dimasak oleh koki dengan sepenuh hati. Ini pertama kalinya Tiffany melihat hidangan yang begitu menggugah sele

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 268

    Setelah pintu ruang privat ditutup kembali, Tiffany beserdawa dan mendongak melirik Sean. "Sayang, kenapa kamu mengusirnya?"Sean menunduk dan menyeka noda makanan di sudut bibir Tiffany dengan penuh kasih sayang. "Ada dua alasan. Pertama, aku nggak ingin orang lain melihat serakus apa kamu saat menggerogoti paha ayam."Tiffany termangu. Dia melirik paha ayam yang ada di piringnya. Seketika, wajahnya tersipu. Koki di sini terlalu hebat. Begitu memasuki ruang privat, dia langsung terpana dengan paha ayam yang berwarna coklat keemasan itu.Namun, setelah diletakkan di atas piring, Tiffany merasa malu jika harus menggerogoti paha ayam di hadapan Mark yang masih belum terlalu akrab dengannya. Makanya, dia tidak memakan paha ayamnya sejak tadi."Cepat dimakan." Sean mengelus kepala Tiffany. "Kalau kamu suka makanan di sini, aku bisa merekrut koki mereka."Sejak menikah sampai sekarang, Tiffany tidak pernah berkomentar tentang makanan di rumah. Apa pun yang dimasak pelayan di rumah, Tiffany

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 269

    Setelah Tiffany selesai menggerogoti paha ayam, kedua orang di luar masih belum masuk. Tiffany mengelus perutnya yang kenyang dan bertanya, "Kenapa mereka belum balik? Mereka nggak lapar ya?"Kalau tidak salah ingat, sepertinya mereka berdua masih belum makan sejak siang tadi?Sean terkekeh-kekeh. "Kalau kamu nggak mencari mereka, mereka nggak bakal masuk.""Kenapa begitu?" Tiffany tidak mengerti.Sean mengecup pipinya, lalu menyahut, "Mereka akan mengira kita sedang melakukan sesuatu yang tak senonoh di sini."Tiffany termangu sejenak sebelum memahami ucapan Sean. Seketika, wajahnya memerah. Dia pun bangkit dan keluar.Di koridor, Mark sedang merokok di sudut. Julie sedang bermain game di kursi samping. Jarak di antara keduanya sangat jauh. Mereka sama sekali tidak berinteraksi seperti yang dibayangkan Sean.Tiffany mencebik, lalu menarik Julie ke ruang privat. Di depan pintu, Julie menoleh menatap Mark. "Kamu nggak masuk?"Mark tidak menyangka Julie akan berbicara dengannya. Setelah

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 270

    Tiffany yang bersandar di bahu Sean tampak menguap. Kemudian, dia berkata, "Antar Julie pulang. Jangan ambil kesempatan dalam kesempitan!"Mark mendorong Julie yang mabuk sambil berujar, "Bangun."Julie bangkit, lalu terkekeh-kekeh dan mengelus dada Mark. "Tampan ...."Mark mengernyit dan menarik tangan Julie dari tubuhnya. Namun, Julie malah meletakkan tangannya yang satu lagi dan berkata, "Biar kusentuh sedikit ...."Sean pun tergelak melihat pemandangan di depan, lalu berujar kepada Tiffany, "Kamu seharusnya khawatir Julie yang mengambil kesempatan dalam kesempitan."Tiffany sungguh kehabisan kata-kata. Sean pun tidak memedulikan mereka lagi. Dia langsung menggendong Tiffany dan turun, lalu masuk ke mobil.Di perjalanan pulang, Tiffany bersandar di pelukannya sambil tertidur. Setelah mobil tiba di vila, Sean menggendongnya ke kamar dan menurunkannya di ranjang dengan pelan.Di bawah sinar lampu, Sean bisa melihat wajah Tiffany dengan jelas. Wajah Tiffany memerah, membuatnya terlihat

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 271

    "Tuan, apa ada masalah?" tanya Sofyan dengan hati-hati saat melihat wajah Sean yang berangsur dingin.Sean hanya berdiri diam di tempatnya. Namun, aura yang dipancarkannya membuat orang-orang merasa sesak.Sofyan memanggil lagi dengan perlahan, "Tuan ...."Sean memejamkan matanya, lalu berucap dengan suara yang sangat rendah, "Aku mau rekaman CCTV lalu lintas sore hari ini. Cari tahu siapa yang menculik Garry.""Baik!" Sofyan merasa lega, lalu buru-buru menuruni tangga.Sean memasuki ruang kerjanya. Setelah duduk, dia menatap lekat-lekat inisial yang ada di kertas itu.Orang tua Sean meninggal saat Sean kecil. Setiap kali Sean membawa pulang rapor, wanita ini yang akan menandatanganinya. Kemudian, dia akan mengelus kepala Sean dan berkata, "Sudah kutandatangani."Saat itu, Sean yang masih kecil selalu mengeluh, "Guru bilang harus tulis nama lengkap di bawah, nggak boleh cuma inisial."Karena masalah ini, Faye sampai datang ke sekolah untuk mencari wali kelas Sean. "Aku kakaknya, jadi n

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 272

    Wajah dingin Sean terlihat sangat tegang. Dia mendongak dan bertanya dengan tidak percaya, "Baru 20 tahun?""Ya." Sofyan menyahut, "Menurut data yang ada, Nona Zara ini memang baru berusia 20 tahun.Sofyan tahu isi pikiran Sean. Dia menunduk dan meneruskan, "Aku sudah tanya kepada para ahli. Mereka bilang kalau wanita pintar merawat diri, mereka bisa terlihat lebih muda 10 tahun."Sean memejamkan matanya dan tersenyum getir. "Daripada berharap mereka adalah orang yang sama, lebih baik diselidiki dulu. Wajahnya memang asli atau hasil oplas?"Sofyan termangu sejenak sebelum mengiakan, "Baik, aku selidiki sekarang juga.""Buat janji juga dengan wanita bernama Zara itu." Sean menunduk menatap foto di atas meja. Sambil tersenyum dingin, dia meneruskan, "Wanita ini berani menculik Garry dengan mobil keluarganya, bahkan menyuruh pengawal pribadinya menampakkan diri.""Baik."Selah Sofyan pergi, Sean berdiam di ruang kerjanya sambil mengamati beberapa foto itu. Samar-samar, dia bisa melihat be

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 273

    Dengan demikian, Tiffany tertidur lagi di pelukan Sean.Ketika bangun kembali, waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi lewat. Dia menguap, lalu berbalik, tetapi tidak menemukan sosok Sean.Tiffany pun berhitung. Pukul 5 pagi ke pukul 10 pagi, Sean tidur kurang dari 5 jam. Apa badannya bisa tahan?Setelah berguling berkali-kali di ranjang, Tiffany memutuskan untuk mengajak Sean tidur lebih awal malam ini.Saat ini, Tiffany sontak teringat pada Julie. Semalam Julie mabuk dan memeluk Mark dengan manja. Dia merekam semuanya. Hari ini, dia akan mengejek Julie!"Masa aku berlebihan seperti itu?" Julie yang berada di ujung telepon tidak memercayai perkataan Tiffany. "Aku nggak percaya aku melakukan hal semacam itu. Aku wanita baik-baik.""Hahaha!" Tiffany tertawa terbahak-bahak. "Julie, kamu pintar sekali berbohong.""Aku nggak bohong!" Julie mencebik. "Kalau kamu benaran punya videonya, kirim kasih aku.""Oke." Tiffany sungguh bersemangat sekarang. "Kebetulan aku belum makan. Gimana kalau kita

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 274

    Wanita itu mengenakan celana panjang berpinggang tinggi dan berwarna biru tua serta atasan berlengan pendek dan berwarna hitam. Kedua kakinya ramping. Tubuhnya sangat seksi. Wajahnya yang cantik pun membuat orang-orang tidak bisa mengalihkan pandangan.Julie mengernyit. "Aku bukan menyuruhmu melihat dia. Lihat pria paruh baya di belakangnya. Bukannya itu Pak Sofyan, kepala pelayan kalian?"Tiffany termangu dan memandang ke depan lagi. Tadi Sofyan dihalangi oleh orang-orang yang berlalu lalang sehingga Tiffany tidak melihatnya.Ketika melihat kembali, Tiffany baru menyadari bahwa orang itu memang Sofyan. Dari kejauhan, Sofyan tampak mengobrol dengan wanita itu. Keduanya sama-sama menuju ke lift.Setelah lift terbuka, Sofyan mempersilakan wanita itu masuk. Tiffany sontak terbelalak. Jika tidak salah ingat, Sofyan dan Rika sama-sama pelayan Keluarga Tanuwijaya. Lantas, Sofyan sedekat itu dengan wanita itu karena mengenalnya atau demi Sean?Julie menyenggol lengan Tiffany. "Jadi, itu Pak S

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 761

    Kepala Lena langsung terpelintir ke samping karena tamparan itu. Dia menjilat darahnya yang amis dan manis di sudut bibirnya, lalu menatap Miska yang menamparnya dengan tatapan yang dingin. "Kamu pikir kamu ini siapa?"Miska menatap Lena dengan dingin dan berkata, "Aku ini tunangan pria yang di dalam. Karena kamu, tunanganku baru jadi seperti sekarang. Kalau terjadi apa-apa padanya, aku nggak akan memaafkanmu."Setelah menatap Miska dengan tatapan menyindir selama beberapa saat, Lena tertawa. "Kamu adalah tunangannya pria itu? Kalau begitu, kamu benar-benar kasihan. Kalau kamu nggak bilang, aku akan mengira kamu ini adiknya Tiffany. Kemungkinan besar, pria itu bersamamu karena menganggapmu sebagai pengganti Tiffany, 'kan?"Setelah mengatakan itu, Lena melanjutkan sambil menggelengkan kepala dan ekspresinya terlihat kasihan. "Sayang sekali. Meskipun sudah ada kamu yang sebagai pengganti, hatinya tetap nggak bisa melupakan Tiffany. Kalau nggak, dia juga nggak akan menabrak truk itu demi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 760

    "Aku Miska, panggil aku Miska saja." Gadis itu meremas tali ranselnya dan bertanya dengan cemas, "Katanya dia mau datang duluan untuk kasih kamu kejutan. Kenapa tiba-tiba kecelakaan?"Tiffany memejamkan matanya, tidak tahu harus menjelaskan dari mana untuk sesaat. Namun, dia tetap menatap gadis itu dan berkata, "Miska, kamu ... harus menyiapkan mentalmu. Cedera Xavier kelihatannya cukup parah."Miska tertegun, baru menyadari betapa serius situasinya. Mata bulatnya yang hitam sontak menjadi suram. "Dia ... dia nggak apa-apa, 'kan? Kami baru saja ... tunangan."Kalau saja Miska tidak menyebut itu, mungkin Tiffany bisa menahan diri. Namun, begitu kalimat itu dilontarkan, rasa sakit langsung menyayat hatinya.Semua ini salahnya. Karena kebaikannya sendiri, dia memberi celah bagi kakak beradik itu untuk menyakitinya.Seandainya hari itu dia berbicara terus terang kepada Sean soal kejadian tiga tahun lalu, seandainya dia membongkar kebohongan Vivi, mungkin Xavier yang jauh-jauh datang untuk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 759

    Di belakang mereka mulai terdengar teriakan, ada yang mulai menelepon polisi. Suara sirene mobil patroli dan ambulans pun terdengar bersahut-sahutan.Tiffany terdiam dalam pelukan Sean, matanya masih tertutup oleh telapak tangan pria itu. Dia seperti boneka yang kehilangan jiwanya, bersandar lemas di dadanya."Xavier ... dia baik-baik saja, 'kan?""Dia akan baik-baik saja." Sean memeluknya erat. "Dia sudah dibawa ambulans untuk mendapatkan pertolongan. Kita ke sana ya.""Ya ...." Tiffany masih bersandar di pelukannya, suaranya lirih. "Sean, kamu yakin nggak salah lihat? Dia bilang besok baru sampai dan bawa tunangannya ke sini .... Gimana mungkin .... Nggak mungkin. Dia seharusnya masih di luar negeri sekarang ...."Nada suaranya pilu.Sean memeluknya lebih erat. "Mungkin dia mau kasih kejutan untukmu." Suara berat Sean terdengar serak. "Tadi dia telepon aku, tanya kamu di mana.""Aku bilang kamu di lembaga penelitian. Setelah itu, dia langsung matiin telepon. Sepertinya dia datang leb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 758

    "Tiff ... kamu benaran cuma butuh dua hari untuk menyelesaikan makalah serumit ini?"Di dalam kantor Risyad, Tiffany tersenyum sambil menatapnya. "Ini semua berkat bimbingan Pak Risyad yang luar biasa. Aku tahu kamu sangat menghargaiku, jadi aku nggak berani menyepelekan tugasku. Makanya, aku buru-buru menyelesaikannya."Risyad yang memakai kacamata tebal itu pun memancarkan kebanggaan dan kekaguman. "Anak muda memang luar biasa! Penuh semangat, penuh energi, dan punya kemampuan!"Saking semangatnya, Risyad menahan Tiffany untuk mengobrol. Sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu dari luar, barulah Tiffany bisa terbebas dari pembicaraan panjang Risyad yang sangat antusias.Saat Tiffany keluar dari lembaga penelitian, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Matahari masih bersinar, tetapi cahayanya terasa lembut.Saat berdiri di depan gerbang lembaga penelitian, Tiffany meregangkan badan sambil menarik napas lega. Beban besar di hatinya akhirnya terangkat.Beberapa hari ke depan, tugasnya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 757

    Xavier dan tunangannya dijadwalkan tiba di Kota Aven tiga hari lagi. Agar punya waktu untuk menemani tunangan Xavier jalan-jalan di Kota Aven, Tiffany sampai mengambil cuti beberapa hari dari lembaga penelitian.Untungnya, pihak lembaga cukup pengertian. Meskipun Tiffany baru bekerja di sana, setiap kali dia meminta cuti, atasan selalu menyetujui tanpa banyak tanya."Tapi, Tiff ...." Suara Risyad terdengar dari seberang telepon, diiringi batuk kecil. "Aku ingat kamu janji, selama beberapa hari ini di rumah, kamu bakal menyelesaikan jurnal penelitianmu, 'kan?"Tiffany buru-buru mengangguk. "Tenang saja, Pak! Sebelum masa cuti habis, aku pasti akan kirim jurnal penelitianku ke lembaga! Aku nggak pernah ingkar janji kok!"Suaranya yang tegas dan meyakinkan membuat Risyad tertawa. "Oke, jangan sampai kamu ingkar janji ya!"Setelah mengobrol sebentar, Tiffany langsung merengek manja pada Sean untuk mengantarnya pulang agar bisa segera menulis jurnal.Meskipun mengatakan akan menyelesaikanny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 756

    Begitu selesai bicara, Xavier langsung mengakhiri panggilan.Di sisi lain, Tiffany masih memegang ponsel dengan perasaan yang menggebu-gebu. Xavier akhirnya menemukan cinta sejatinya! Bagi Tiffany, ini benar-benar adalah kabar bahagia!Selama lima tahun terakhir, Xavier selalu ada di sampingnya, menjaga janji yang pernah dia ucapkan pada mendiang ibunya. Tiffany bahkan sempat khawatir, apakah Xavier akan selamanya membujang demi merawatnya?Dia bahkan pernah berpikir, kalau dia akhirnya balikan dengan Sean dan meninggalkan Xavier begitu saja, bukankah itu terlalu kejam?Apalagi selama lima tahun ini, perhatian Xavier padanya benar-benar tak ada duanya. Bahkan, Xavier tidak sebaik itu terhadap adik kandungnya sendiri, Jayla.Tiffany benar-benar tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Xavier. Kini, karena Xavier sudah menemukan cinta sejatinya, dia akhirnya merasa lega.Tak lama kemudian, Sean kembali ke mobil. Tiffany yang kini sudah tidak mengantuk, bersandar di kursi sambil terse

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 755

    Tak lama kemudian, mobil sampai di taman kanak-kanak.Meskipun Sean sudah sangat berhati-hati, suara gaduh dari luar mobil saat parkir tetap saja membangunkan Tiffany dari tidurnya.Mata wanita itu masih terlihat mengantuk, tetapi tetap terlihat jernih dan indah. Dia menguap dan menoleh ke luar jendela. "Sudah sampai ya."Setelah itu, dia mengangkat tangan untuk membuka pintu mobil, tetapi segera dihentikan oleh Sean.Pria itu tersenyum tipis, tampak tak berdaya. "Kalau masih ngantuk, jangan turun dulu. Biar aku saja yang antar mereka masuk. Kamu tunggu di mobil saja."Tiffany menggigit bibirnya, secara refleks menoleh menatap dua anak kecil di sampingnya. "Tapi ....""Sudahlah." Arlo menghela napas panjang. "Mama yang bodoh, istirahat saja di mobil. Kami turun dulu.""Betul! Mama istirahat saja ya!" Arlene ikut mengangguk sambil tersenyum lebar.Akhirnya, Tiffany pun ditinggal sendiri di dalam mobil, sementara ketiganya orang itu turun bersama.Bersandar di jok kulit mobil, Tiffany ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 754

    "Juga bakal jadi anak kecil yang gendut nanti," ucap Arlo yang mengikuti di belakang Sean dengan cemberut."Sembarangan! Arlene nggak bakal gendut!""Kamu bakal gendut!"Arlo menarik napas dalam-dalam. "Nggak masalah kalau Pak Sean antar kita ke sekolah setiap hari. Tapi, Mama juga harus ikut."Tiffany tertegun dan refleks bertanya, "Kenapa begitu?"Dia baru saja berpikir, kalau nanti anak-anak diantar Sean setiap hari, dia bisa bermalas-malasan di rumah dong ....Jujur saja, selama beberapa tahun ini, kecuali dalam kondisi khusus, semua urusan antar jemput anak-anak ke sekolah diurus oleh Tiffany sendiri. Itu cukup melelahkan.Sekarang dia akhirnya mendapat kesempatan untuk bermalas-malasan, tetapi anaknya malah tidak memberinya izin?"Buat menunjukkan kepemilikan." Arlo mencebik dan berkata dengan suara rendah, "Soalnya para ibu-ibu terus melihat Pak Sean kayak mau diterkam. Jadi, Mama harus selalu ikut. Kalau nggak, para guru juga bisa jadi gila."Tiffany tidak bisa berkata-kata. Ay

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 753

    Tiffany keluar dari kamar Sean dengan pipi memerah. Di luar pintu, dua bocah kecil yang memakai setelan jas kecil dan gaun kecil sedang berdiri manis, dengan tas kecil di punggung mereka. Mereka bersandar di dinding koridor seperti dua murid SD yang sedang dihukum berdiri.Melihat Tiffany keluar, Arlo cemberut dan mengedipkan mata dengan nakal. "Mama ini nggak tahan godaan, cepat banget ditaklukkan."Wajah Tiffany langsung memerah.Arlene yang melihat itu buru-buru berlari ke depan Tiffany dan melindunginya. "Kakak nggak boleh bicara kayak gitu ke Mama ya! Mama itu kayak Arlene, suka sama pria ganteng!"Arlo memutar bola matanya dengan pasrah. "Kalian sama-sama bucin."Arlene membalas dengan percaya diri, "Hmph! Kata Guru, cewek yang bucin itu lebih disukai!"Suara polos kedua anak itu seketika membuat hati Tiffany hangat dan senang. Dia tersenyum tipis, lalu berjongkok sambil mengelus kepala Arlene. "Mana PR yang butuh tanda tangan Mama?"Arlene cemberut dan berjinjit mendekat ke teli

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status