"Sebelum temani kamu ke desa, aku sudah minta Charles pergi ke luar negeri untuk hubungi tim spesialis mata terbaik. Aku ingin mereka memberikan rencana pengobatan dan alasan yang masuk akal agar 'kesembuhan' mataku tampak wajar," kata Sean dengan pelan."Tapi aku nggak mau bohongi kamu. Aku mau jujur sama kamu sebelum orang lain tahu bahwa mataku sembuh dan sebenarnya mataku nggak pernah bermasalah. Tapi akhirnya, aku kalah cepat dari Garry."Tiffany memeluknya dengan erat. Mendengar suara Sean yang sedih membuat hatinya terasa seperti ditusuk sesuatu yang tajam. Saat mereka bertengkar tadi malam, dia memang tidak memberikan Sean kesempatan untuk menjelaskan dan dia menganggap ucapan Sean tentang rencananya hanyalah alasan.Namun, sekarang dipikir-pikir ....Sebelum dia marah malam itu, Sean memang meminta Rika memasak banyak makanan kesukaannya dan benar-benar menyuruh semua staf pulang lebih awal. Sean tidak membohonginya.Malam itu, Sean memang berniat untuk membuka hatinya sepenuh
Video Mark yang memukul Garry menjadi viral dalam semalam. Anak konglomerat tiduri istri teman, pukuli dokter setelah anaknya keguguran. Setiap elemen dalam judul itu cukup untuk membuat netizen menjadi heboh.Keesokan paginya, Tiffany sedang bersandar di tempat tidur sambil menikmati bubur yang disuapkan Sean ketika telepon berbunyi. Nama di layar membuat Tiffany tertegun. Itu panggilan dari kakek Sean, Darmawan.Tiffany melihat telepon itu dengan bingung, lalu menoleh ke arah Sean. "Kamu sudah kasih tahu Kakek soal keguguran ini?"Sean menggeleng. "Belum."Tiffany menghela napas lega dan menjawab panggilan itu. Namun, begitu telepon tersambung, Sean langsung meraih ponselnya dari tangan Tiffany. "Lanjutkan makanmu, biar aku yang bicara sama dia."Sebelum Tiffany sempat bereaksi, Sean telah keluar membawa ponselnya. Tiffany duduk bersandar di tempat tidur dan memakan buburnya, sambil diam-diam mendengarkan percakapan Sean dengan kakeknya dari luar."Dia lagi di rumah sakit, statusnya
"Bahkan orang Keluarga Tanuwijaya saja nggak tahu, lalu gimana pengunggah video ini bisa tahu aku dan Mark bersahabat? Kalau bukan karena dikasih tahu sama Garry, mana mungkin pengunggah ini tahu hubunganku sama Mark?"Tiffany bersandar di tempat tidur, tubuhnya terasa dingin dan menggigil. Sejak kemarin hingga sekarang, Garry terus-menerus mendorong batas toleransinya. Dulu, dia tidak pernah melihat sisi Garry yang seperti ini.Saat di sekolah, Garry adalah siswa teladan dan panutan semua murid. Namun setelah bekerja, dia bisa melakukan hal-hal seperti ini ....Sebelumnya Tiffany selalu berpikir bahwa Garry hanya salah paham pada Sean. Namun dia tidak menyangka, salah paham itu bisa membuat Garry merencanakan jebakan seperti ini untuknya.Bahkan setelah Tiffany kehilangan anaknya, ketika Mark memukul Garry untuk membelanya, Garry masih menggunakan cara licik seperti ini untuk membalas dendam."Aku ngasih tahu kamu masalah ini," kata Sean sambil membereskan peralatan makan dengan tenan
Tiffany mengerutkan alis, menatap Lulu dengan tajam. "Bibi, apa maksud ucapanmu itu?""Apa maksudku?" Lulu tertawa dingin sambil membantu Darmawan masuk ke kamar. Matanya penuh dengan ejekan. "Kamu pikir kami bodoh bisa dibohongi begitu saja?""Sekarang seluruh dunia tahu hubunganmu sama pria yang diadopsi Keluarga Sanskara itu. Masih mau coba menutupinya dari kami?""Berlagak polos di hadapan kami, tapi mempermalukan Keluarga Tanuwijaya di belakang. Kalau kamu benar-benar menghormati Kakek, apa mungkin kamu keluar bersenang-senang sama pria lain sampai punya anak?"Tangan Tiffany mencengkeram selimut dengan erat, berusaha menahan diri. Namun, dia tetap mencoba tersenyum sopan ke arah Darmawan. "Kakek juga nggak percaya sama aku?"Darmawan mendengus keras sambil duduk di kursi yang telah disiapkan. "Kalau kamu mau kami percaya, tunjukkan bukti bahwa anak yang kamu gugurkan itu adalah anak Keluarga Tanuwijaya!"Tiffany menggigit bibirnya. "Kakek, kalau kubilang aku baru kenal Mark semin
"Kalau kita nggak datang, mungkin dia sudah lupa dia masih punya kakek dan paman," jelas Lulu.Tatapan Darmawan menjadi suram mendengarnya."Aku memang salah soal ini." Sean menyunggingkan senyuman dingin. Dia perlahan-lahan masuk ke bangsal, lalu duduk di samping Tiffany. "Kemarin aku seharusnya menelepon orang rumah untuk mengabari juga."Sean mengambil apel di meja dan memotongnya dengan santai untuk Tiffany. "Kemarin Tiffany merengek karena keguguran. Aku terus merawatnya, makanya lupa."Wajah Darmawan menjadi pucat. Lulu mengerlingkan matanya dan membalas, "Apa maksudmu? Tiffany lebih penting daripada Keluarga Tanuwijaya?"Sean masih menunduk dan memotong apel. "Kalau Bibi memahaminya seperti itu, aku juga nggak keberatan."Lulu sontak murka. Dia menyalahkan Sean karena Sean tidak mengabari keluarganya, tetapi Sean malah mengatakan Tiffany lebih penting daripada keluarganya.Bukankah ini sangat jelas bahwa Sean melawannya? Si buta yang buta selama bertahun-tahun kini sudah bisa me
Begitu mendengar Sean membahas tentang Ronny, ekspresi Lulu sontak berubah."Sean, kenapa kamu memfitnah pamanmu sendiri? Pamanmu nggak mungkin melakukan hal seperti itu," ujar Lulu.Sean hanya tersenyum dingin menatapnya tanpa berbicara.Darmawan mengernyit, lalu menoleh dan melirik Lulu. "Sebenarnya siapa yang bicara jujur di sini?"Lulu menggertakkan gigi, merasa sangat panik. Bagaimana bisa Sean tahu tentang Sava Media? Lulu sudah berpesan kepada Sava Media untuk tidak terlalu terang-terangan supaya tidak ketahuan.Namun, hanya dalam semalam, Sean bukan hanya mengetahui nama perusahaan yang menyebarkan berita, tetapi juga menemukan bahwa Sava Media punya hubungan dengan Grup Ronny? Sebenarnya Sean sudah tahu sejak awal atau informasinya memang begitu luar biasa?Meskipun memiliki banyak keraguan di hati, Lulu tetap menatap Darmawan dengan tenang. "Ayah, Sean pasti salah. Mana mungkin Ronny melakukan hal seperti itu? Sean keluarganya. Kalau Sean kenapa-napa, Keluarga Tanuwijaya juga
Sean mengangkat tangannya untuk menyeka bibir Tiffany. "Oh ya, itu berarti Bibi juga sangat sibuk sampai nggak punya waktu untuk meneleponku? Sepertinya nggak sulit untuk meneleponku dan menanyakan kebenaran, 'kan?"Ekspresi Lulu seketika menjadi masam. Darmawan melambaikan tangannya dan menegur, "Sudah, jangan ribut lagi!""Suruh orang-orangmu jangan macam-macam. Tutup perusahaan mediamu itu!" jelas Darmawan sambil melirik Lulu.Usai berbicara, Darmawan melirik Sean. "Kamu juga sama. Kalau sudah tahu itu rumor, kenapa nggak mengklarifikasinya? Aku nggak mau tahu kamu pakai cara apa. Pokoknya dalam 3 hari, aku mau masalah ini beres."Darmawan melambaikan tangannya dan meneruskan, "Kalian semua keluar. Aku mau mengobrol berdua dengan Tiffany."Lulu mengerlingkan matanya. "Apa yang bisa kamu bicarakan dengan wanita nakal seperti dia?"Darmawan sontak mengedarkan tatapan dingin. Pada akhirnya, Lulu hanya bisa keluar dengan enggan."Kamu nggak boleh bicara kasar padanya." Setelah mempering
"Ya." Tiffany menceritakan segala yang terjadi kepada Darmawan. "Sebenarnya semua ini salahku. Aku tahu dia punya prestasi yang baik, makanya mengira dia juga orang yang baik. Aku terlalu percaya padanya ....""Percaya pada orang bukan kesalahanmu." Darmawan menggeleng dan mengembuskan napas. "Biar aku yang memberinya pelajaran."Tiffany terbelalak. "Kakek ...." Bukannya tadi Darmawan bilang dia sudah tua dan tidak bisa mengurus masalah mereka lagi? Kenapa tiba-tiba mau memberi Garry pelajaran?"Aku memang nggak bisa apa-apa lagi." Seolah-olah mengetahui isi pikiran Tiffany, Darmawan terkekeh-kekeh. "Tapi, aku bisa menyuruh orang yang turun tangan. Orang itu pasti mau."Darmawan menghela napas sebelum melanjutkan, "Pertempuran besar akan segera dimulai. Sudah waktunya dia pulang."Tiffany tidak tahu siapa orang yang disebut Darmawan. Darmawan bangkit dan berpesan, "Istirahat dengan baik. Wanita paling lemah di saat seperti ini."Tiffany menggigit bibirnya. "Ya, aku ngerti.""Kalau begi
"Menawar harga saat belanja di pasar? Bukankah itu hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang ibu?" Tiffany melirik Sean dengan kesal. Nada suaranya terdengar kurang yakin.Meskipun membantah, Tiffany tahu bahwa sejak datang ke Kota Kintan, tidak ada satu pun tindak-tanduknya yang mencerminkan identitasnya sebagai putri Keluarga Japardi.Namun, dirinya memang seperti itu. Sejak kecil, dia tumbuh di Desa Maheswari dan tidak pernah hidup bergelimang harta, juga tidak iri pada kehidupan seperti itu. Bahkan, dia menyukai kehidupannya yang sekarang.Yang jelas, Tiffany sudah mengatakan yang sebenarnya kepada Filda dan memberinya peringatan. Jika Filda tidak mau percaya, itu salahnya sendiri karena terlalu picik.Tiffany menarik napas dalam, lalu menatap Sean. "Jadi, selanjutnya kita tinggal menunggu musuh terjebak dalam perangkap?"Sean mengangguk dan tersenyum. "Sambil menunggu, kamu bisa jalan-jalan dengan Julie."Tiffany mengernyit. "Jalan-jalan?""Benar." Tatapan Sean memancarkan sediki
Saat melewati Sean, Julie tersenyum tipis. "Demi menyingkirkan para pengganggu, aku terpaksa mengorbankan kakakmu."Sean tertawa pelan. "Dia pasti sangat senang."Julie mendengus, lalu pergi bersama para dokter muda. Seketika, ruangan itu hanya tersisa Tiffany dan Sean.Tiffany menutup pintu kantor, lalu menoleh ke arah Sean. "Barusan, kamu bertanya tentang aku ke para suster?""Kalau nggak?" Sean tersenyum tipis. "Aku sama sekali nggak tertarik pada mereka."Tiffany terdiam. Meskipun dalam hatinya dia selalu berpikir bahwa mereka tidak punya hubungan lagi, entah kenapa, kata-kata itu membuat hatinya terasa agak hangat.Wanita itu menggigit bibirnya, lalu berdeham dengan pelan. "Mereka bilang apa lagi padamu?""Banyak." Sean duduk di kursi Tiffany, lalu menyilangkan kaki dan membuka berkas di meja Tiffany, sebelum akhirnya melirik ke layar komputernya."'Presdir, Istrimu Kabur Lagi'?" Sean menaikkan alisnya dan menatap Tiffany dengan tatapan penuh makna. "Siapa yang bilang dia sudah ng
Tatapan Tiffany menjadi suram. Saat berikutnya, dia melangkah dengan cepat menuju meja perawat dan berhenti tepat di depannya.Sean membelakangi Tiffany, sama sekali tidak menyadari bahwa dia sudah datang. Sebaliknya, seorang suster yang jeli langsung melihat kehadiran seorang wanita yang berdiri di belakangnya dengan aura penuh amarah."Dok ... Tiff ...." Begitu mendengar suara suster itu, semua orang langsung terdiam.Sean menoleh dan melirik Tiffany, tanpa sedikit pun menunjukkan rasa bersalah saat tertangkap basah. Bahkan, dia tersenyum lembut kepadanya. "Hai."Pria itu terlihat begitu tenang, tetapi para suster di sekitar justru tidak bisa santai. Mereka semua melirik Tiffany dengan hati-hati. Kenapa rasanya Tiffany terlihat tidak senang? Apa dia baru saja dimarahi oleh Filda?"Kalian nggak ada kerjaan?" Tiffany mengerutkan kening. Dari jauh tadi, dia tidak bisa mendengar percakapan mereka. Namun, sekarang saat sudah dekat, dia bisa mendengar suara bel panggilan perawat terus berb
Filda menatap Tiffany untuk waktu yang cukup lama. "Kamu bilang ... Keluarga Japardi yang di Elupa itu?"Marga ini sangatlah istimewa. Filda pernah mendengarnya saat belajar di Elupa dulu. Mereka adalah keluarga dengan kekuatan besar.Kini, Tiffany mengatakan bahwa dirinya bermarga Japardi. Selain keluarga itu, tidak ada keluarga lain yang terpikirkan olehnya."Benar." Tiffany tersenyum santai pada Filda. "Kamu pernah mendengar tentang keluarga kami?""Tentu saja ... pernah." Filda tersenyum, tetapi dalam hatinya mengejek habis-habisan, 'Keluarga Japardi? Jangan bercanda!'Keluarga Japardi adalah keluarga bangsawan di Elupa! Mana mungkin seorang putri dari keluarga bangsawan pergi ke kota kecil seperti Kota Kintan hanya untuk menjadi dokter biasa? Jangan kira dirinya tidak tahu apa-apa!Bahkan, apartemen yang Tiffany tinggali sekarang pun adalah fasilitas kecil yang dia dapatkan dari rumah sakit ketika pertama kali datang! Wanita ini berani mengaku sebagai anggota Keluarga Japardi? Das
Sean tersenyum. "Aku senang kamu berpikir seperti itu."Sanny mencebik. "Kamu senang buat apa? Yang penting itu kamu harus segera mendapatkannya kembali.""Beberapa hari ini, aku dengar dari para suster tentang kehidupannya dalam 2 tahun terakhir. Pria yang mengejarnya banyak sekali. Kalau kamu nggak berusaha lebih keras, anak-anakmu akan memanggil orang lain sebagai ayah!"Mata Sean sedikit meredup, tetapi dia tetap mengupas apel dengan tenang. "Mereka nggak akan punya kesempatan itu."Conan dan Sanny bertatapan. Detik berikutnya, apel dan pisau di tangan Sean kembali direbut. Conan langsung menariknya dan mendorongnya keluar dari kamar. "Jangan buang waktu di sini, kakakmu ada aku yang menjaganya. Pergi temui Dokter Tiffany!"Begitu ucapan itu dilontarkan, bam! Pintu kamar langsung tertutup rapat.Sean berdiri di luar pintu, menatap pintu yang tertutup rapat itu, lalu menghela napas pelan. Ternyata cinta benar-benar bisa mengubah seseorang.Jika 5 tahun lalu Sanny sudah bertemu Conan
"Aku rasa kamu akhir-akhir ini terlalu santai, sampai otakmu nggak bisa berpikir dengan benar ya? Pergi teliti proyek yang kamu bicarakan denganku sebulan lalu! Dalam satu minggu, aku ingin melihat inovasi dan perubahan yang kamu buat dalam penelitian itu!""Pak ...." Tiffany bahkan belum sempat membela diri, tetapi pintu kantor direktur sudah tertutup dengan keras. Brak!"Dok Tiff." Melihat Tiffany baru saja dimarahi lagi oleh Morgan, Filda berpura-pura tersenyum dan menepuk bahunya dengan ramah. “Akhir-akhir ini, Pak Morgan sedang banyak masalah di rumah. Makanya, suasana hatinya sedang buruk. Jangan menambah bebannya lagi."Tiffany mengatupkan bibirnya. Dalam hati, dia mengingat rencana yang sebelumnya dikatakan oleh Sean kepadanya. Dengan pasrah, dia hanya bisa menghela napas dan menatap Filda."Kamu juga tahu, kondisi Zion sekarang sangat sulit." Setelah mengatakan itu, Tiffany menggeleng. "Apa aku boleh duduk di kantormu sebentar? Aku ingin berbincang denganmu."Filda langsung be
"Pak, aku memang punya ... rekaman itu."Begitu keluar dari ruang kantor direktur, Filda langsung kembali ke kantornya, mengunci pintu, lalu menelepon Zion."Tapi ...." Di ujung telepon, Zion menghela napas pelan. "Aku nggak akan memberikannya padamu."Zion selalu lemah lembut dan rendah hati, selalu baik pada siapa pun yang pernah membantunya. Karena itu, dia tidak tega membongkar rencana licik Filda.Dia hanya bisa menghela napas dan berkata pelan, "Bu, sebaiknya sudahi saja masalah ini. Segala sesuatu yang terjadi 2 tahun lalu sudah menjadi hasil akhir. Nggak perlu diungkit lagi."Zion tidak tahu apa maksud Tiffany tiba-tiba menghadap direktur dan mengakui kesalahan. Namun, dia tidak ingin Tiffany ikut terseret dalam masalah ini, juga tidak ingin Filda kehilangan reputasinya seumur hidup."Biarkan semuanya berakhir padaku," ucap Zion.Di sisi lain, Filda begitu marah hingga mengentakkan kakinya ke lantai. "Zion, apa ini caramu membalas semua yang telah Dokter Tiffany lakukan untukmu
"Haha, baiklah! Kalau nanti anak-anak nggak mau ikut pulang denganmu, kamu jangan merasa malu ya!"Tiffany sangat mengenal anak-anaknya! Dia yang melahirkan mereka! Mereka tidak akan memilih pergi dengan Sean!Arlene memang suka jajan, tetapi dia paling tidak bisa jauh dari ibunya! Arlo anak yang cerdas dan dewasa. Dia tidak akan meninggalkan ibunya hanya karena sedikit kebaikan dari orang lain!"Oke." Sean tertawa pelan, lalu melirik Tiffany. "Tapi, soal masalah Bu Filda yang menjebakmu ... aku masih butuh kerja samamu."Mendengar akhirnya mereka berbicara tentang urusan serius, Tiffany tidak lagi berbelit-belit. Dia menatap Sean dengan sungguh-sungguh. "Apa yang harus kulakukan?""Pertama." Sean tersenyum tipis. "Kamu harus sedikit merendahkan diri dan pergi ke kantor Pak Direktur untuk mengaku salah, mengatakan kejadian di masa lalu memang kesalahanmu ...."....Keesokan paginya, setelah selesai memeriksa pasien, Tiffany mengetuk pintu kantor direktur. Saat ini, selain Morgan, Filda
Suasana di ruang tamu terasa sunyi dan agak aneh.Tiffany dan Sean saling menatap untuk waktu yang lama. Mata wanita itu penuh amarah, sedangkan mata pria itu tajam dan dingin.Beberapa saat kemudian, Tiffany akhirnya memalingkan wajahnya karena tidak ingin pria itu melihat wajahnya yang sudah merah padam. "Aku sudah bilang nggak, berarti nggak."Malam ini, Arlo dan Arlene baru saja bertanya tentang ayah mereka. Dia sudah menjelaskan semua dengan serius. Tidak ada harapan bagi mereka untuk bertemu ayah mereka untuk sementara waktu ini.Sekarang Sean malah ingin membawa kedua anak itu jalan-jalan. Dengan status apa dia akan membawa mereka pergi? Sebagai ayah? Sebagai tetangga? Atau sebagai teman ibu mereka?Sean dan Arlo begitu mirip. Jika mereka keluar bersama, pasti akan ada masalah."Dok Tiff." Sean meletakkan peralatan makan, bersandar di sofa dengan santai. Kakinya disilangkan, kedua tangannya bertumpu di lututnya, seperti seseorang yang sedang bersiap untuk bernegosiasi."Tadi kam