"Ya." Tiffany menceritakan segala yang terjadi kepada Darmawan. "Sebenarnya semua ini salahku. Aku tahu dia punya prestasi yang baik, makanya mengira dia juga orang yang baik. Aku terlalu percaya padanya ....""Percaya pada orang bukan kesalahanmu." Darmawan menggeleng dan mengembuskan napas. "Biar aku yang memberinya pelajaran."Tiffany terbelalak. "Kakek ...." Bukannya tadi Darmawan bilang dia sudah tua dan tidak bisa mengurus masalah mereka lagi? Kenapa tiba-tiba mau memberi Garry pelajaran?"Aku memang nggak bisa apa-apa lagi." Seolah-olah mengetahui isi pikiran Tiffany, Darmawan terkekeh-kekeh. "Tapi, aku bisa menyuruh orang yang turun tangan. Orang itu pasti mau."Darmawan menghela napas sebelum melanjutkan, "Pertempuran besar akan segera dimulai. Sudah waktunya dia pulang."Tiffany tidak tahu siapa orang yang disebut Darmawan. Darmawan bangkit dan berpesan, "Istirahat dengan baik. Wanita paling lemah di saat seperti ini."Tiffany menggigit bibirnya. "Ya, aku ngerti.""Kalau begi
Setelah berpikir sejenak, Tiffany mengangguk. "Benar juga."Saat itu, Tiffany yang menyuruh Sean memasukkan Garry ke lembaga penelitian. Garry bisa masuk berkat koneksi Sean. Karena hubungan mereka telah hancur, tidak ada salahnya Sean mengeluarkannya.Namun, para netizen tidak berpikir demikian.[ Kasihan sekali! Semua masalah bisa diselesaikan! Jangan berpikir untuk mengakhiri hidup! ][ Tenang saja, kami pasti akan menuntut keadilan untukmu! ][ Para petinggi Kota Aven, masa kalian diam saja melihat ada yang ditindas begini? Apa saja yang kalian lakukan? ][ Mark ini bajingan! ][ Tiffany wanita murahan! ][ Mark berengsek! ][ Tiffany memang jalang! ]Sekelompok orang meninggalkan komentar pedas. Sementara itu, Garry masih merasa tidak cukup. Dia menghela napas dan berkata, "Jangan bicara begitu. Adik kelasku punya kesulitannya sendiri. Dia nggak mungkin maju untuk membelaku. Dia masih punya urusan ....""Hanya saja ...." Garry tampak pasrah. "Aku benaran buntu. Aku nggak punya kek
"Aku tahu kamu punya kemampuan untuk melindungiku." Tiffany menggigit bibirnya sambil merangkul leher Sean. Setelah mengecup bibir Sean, dia meneruskan, "Tapi, masalah ini terjadi karenaku. Aku nggak bisa diam begitu saja, menunggumu mengatasi masalah untukku."Mata Tiffany berbinar-binar. "Sudah banyak hal yang kamu lakukan untukku. Aku nggak bisa terus dilindungi olehmu. Aku harus bisa tumbuh. Ini satu-satunya cara supaya aku lebih waspada lain kali."Ucapan Tiffany berhasil membujuk Sean. Dia hanya bisa mengembuskan napas dan mengiakan, "Ya sudah."Sean tidak percaya Tiffany bisa lebih berwaspada setelah kejadian kali ini. Namun, dia merasa lega karena istrinya adalah wanita yang mandiri."Aduh, siapa yang menyiram cuka di sini?" Mark mengangkat tangan untuk menutup wajah kirinya. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya. "Charles, tolong aku! Ada yang mau membunuh jomblo sepertiku!"Charles terkekeh-kekeh di ujung telepon. "Tapi, kulihat kamu suka jadi nyamuk di sana?"Saat berikutnya,
"Aku tahu kamu punya kemampuan untuk melindungiku." Tiffany menggigit bibirnya sambil merangkul leher Sean. Setelah mengecup bibir Sean, dia meneruskan, "Tapi, masalah ini terjadi karenaku. Aku nggak bisa diam begitu saja, menunggumu mengatasi masalah untukku."Mata Tiffany berbinar-binar. "Sudah banyak hal yang kamu lakukan untukku. Aku nggak bisa terus dilindungi olehmu. Aku harus bisa tumbuh. Ini satu-satunya cara supaya aku lebih waspada lain kali."Ucapan Tiffany berhasil membujuk Sean. Dia hanya bisa mengembuskan napas dan mengiakan, "Ya sudah."Sean tidak percaya Tiffany bisa lebih berwaspada setelah kejadian kali ini. Namun, dia merasa lega karena istrinya adalah wanita yang mandiri."Aduh, siapa yang menyiram cuka di sini?" Mark mengangkat tangan untuk menutup wajah kirinya. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya. "Charles, tolong aku! Ada yang mau membunuh jomblo sepertiku!"Charles terkekeh-kekeh di ujung telepon. "Tapi, kulihat kamu suka jadi nyamuk di sana?"Saat berikutnya,
Tiffany mengangguk. Jika Garry ingin memulihkan posisinya dan mendapat bonus, dia pasti akan pergi sore ini bersama para pedemo.Bagaimanapun, tidak ada kesempatan yang lebih bagus lagi daripada ini. Dengan begitu, Tiffany dan Sean hanya perlu menunggu di lembaga penelitian.Namun, jika Garry masih punya hati nurani dan tahu malu, dia tidak akan pergi sore ini.....Setelah makan siang, Sean mengemudikan mobilnya untuk membawa Tiffany ke lembaga penelitian. Saat ini, sudah ada beberapa sukarelawan yang menunggu di luar.Tiffany dan Sean masuk dari belakang. Begitu mereka masuk, terdengar sambutan yang lantang. "Selamat datang, Pak Sean, Bu Tiffany!"Tiffany terperanjat. Setelah tersadar dari keterkejutannya, dia melihat para staf lembaga penelitian ini berbaris menjadi dua baris dan berdiri di pinggir pintu dengan rapi. Mereka bertepuk tangan untuk menyambut mereka.Tiffany tak kuasa mengangkat alisnya. Perlakuan ini sama seperti saat Liam mengundangnya ke Grup Maheswari .... Apa jalan
Edwin tersenyum dan keluar. Tiffany memelototi Sean dengan cemberut. Sean tersenyum dan duduk di pinggir ranjang. "Kenapa? Memangnya yang kubilang salah?"Tiffany mencebik, lalu bersandar di paha Sean. "Benar, tapi kamu nggak usah terang-terangan begitu.""Ya sudah." Sean menunduk, lalu mengelus kepala Tiffany. "Lain kali aku nggak bakal terang-terangan seperti itu lagi kok.""Begini baru benar."Mungkin karena kesehatannya belum pulih setelah keguguran, Tiffany segera ketiduran.Pukul dua siang lewat, terdengar keributan di luar lembaga penelitian. Tiffany pun terbangun. "Suara apa itu?"Sean memicingkan matanya. "Mungkin para pedemo sudah sampai."Tiffany bangun dengan mata yang masih kantuk. Dia memandang ke luar jendela. Dari kejauhan, dia langsung melihat Garry yang berdiri di antara kerumunan.Garry benar-benar datang. Seketika, emosi dalam hati Tiffany pun bergejolak.Sejak Garry membuatnya keguguran, Garry tidak memiliki posisi apa pun di dalam hati Tiffany lagi. Kini, kehadira
Di antara dua ruangan itu, terdapat sebuah pintu rahasia. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa dua lukisan kuno di dinding tersebut sebenarnya adalah pintu tersembunyi.Untuk memastikan Tiffany dan Sean bisa melihat dengan jelas, Edwin bahkan dengan sengaja memasang kamera tersembunyi di ruang tamu.Saat ini, Tiffany duduk di atas ranjang sambil memandangi layar komputer di hadapannya. Garry terlihat jelas di layar. Di wajahnya, tidak ada sedikit pun rasa penyesalan atau permintaan maaf.Edwin yang duduk di kursi berkata dengan santai, "Garry, aku rasa aku sudah menjelaskan semuanya dengan sangat jelas. Kamu diterima di sini karena punya hubungan sama Pak Sean. Tapi sekarang, setelah melakukan hal yang merugikan Pak Sean, tentu saja kamu nggak bisa tetap bekerja di sini.""Aku bahkan sudah menggandakan gajimu. Aku nggak tahu apa lagi yang membuatmu nggak puas. Bisa-bisanya kamu menghasut orang-orang ke depan lembaga penelitian untuk bikin keributan," tambah Edwin.Garry tersenyum tipis
Tiffany tanpa sadar mundur selangkah. Garry yang berada di hadapannya tidak berbeda dari orang gila. Tatapannya kepadanya penuh dengan kegilaan, haus darah, dan obsesi yang sama persis seperti cara pandang pria tidak waras di desanya.Dari belakang, Sean menarik Tiffany ke dalam pelukannya. Melihat pria itu keluar, mata Garry berkilat dengan kebencian yang tajam. Dia terkekeh sebelum berujar, "Matamu ini nggak jelek, kenapa harus pura-pura buta sih?"Sean juga tersenyum. Dia membalas, "Bukannya kamu juga sangat pandai menghalalkan segala cara? Kenapa malah repot-repot berpura-pura jadi orang benar?"Kata-kata itu membuat Garry terdiam selama beberapa saat. Akhirnya, dia mendengus kesal dan menatap Sean dengan kebencian yang membara.Garry membalas, "Bagaimanapun, aku nggak pernah sekejam dirimu. Kamu pakai uang untuk memaksa Tiffany nikah denganmu, bahkan mau dia melahirkan anak untukmu!"Makin lama berbicara, suara Garry makin dipenuhi amarah. Kenapa hal ini bisa terjadi? Hanya karena
"Kalian bisa masuk sekarang." Charles membuka pintu, membiarkan Tiffany dan Cathy masuk.Begitu pintu terbuka, bahkan sebelum Tiffany bisa bereaksi, Cathy langsung melangkah cepat ke depan dan meraih tangan Derek. "Kakek! Bagaimana keadaan Kakek?""Coba kulihat, apakah lukanya parah? Aduh, aku benar-benar kasihan .... Kakek sudah setua ini, masih harus menanggung penderitaan seperti ini ...."Tiffany berdiri di ambang pintu, melongo melihat adegan di depannya.Apakah ini benar-benar Cathy yang dia kenal?Dalam ingatan Tiffany, Cathy bukanlah tipe orang yang suka bersikap manja, apalagi menunjukkan perhatian sebesar ini kepada Derek. Perhatian dan kehangatan Cathy sekarang, meskipun tampak mendalam, nada bicara dan tangisannya terdengar agak dibuat-buat.Charles melirik Tiffany dengan sedikit canggung, lalu berkata, "Dia ini ....""Nona Besar Keluarga Japardi," jawab Tiffany dengan hati-hati."Benar, dia Nona Besar." Bronson tersenyum dan menepuk pundak Tiffany dengan penuh kasih."Aku
Tiffany tertegun cukup lama sebelum menyadari bahwa wanita ini adalah Cathy. Hanya dalam waktu kurang dari sebulan, dia telah berubah menjadi seperti ini."Pak Derek terluka karena jarum." Apa yang dapat dilihat Tiffany, tentu saja Charles juga langsung bisa mengetahuinya. Dia mengerutkan alis. "Pak Derek, Anda harus melepas pakaian ini. Pakaian ini telah dimanipulasi oleh seseorang."Barulah Derek mendengus dan mengangguk. Dengan bantuan Dokter Charles serta Bronson, dia melepas pakaian itu dan menggantinya dengan pakaian tidur. Saat mereka membantu Derek mengganti pakaian, Tiffany dan Cathy keluar dari ruangan."Dik." Cathy berdiri dengan tangan bersilang di dada dan menatap Tiffany dengan wajah penuh rasa superior. Saat itu, meskipun dia hanya mengenakan kaus putih dan celana jeans, wajahnya masih menunjukkan keangkuhan seperti sebelumnya."Aku hitung-hitung, sepertinya aku lahir lebih awal dua atau tiga hari darimu. Jadi, nggak berlebihan kalau aku memanggilmu adik, bukan?"Tiffany
Tiffany mengangkat matanya yang berlinang air mata seraya menatap Derek. "Ibuku ... apa Kakek tahu di mana dia?"Derek mengangguk ringan, matanya memancarkan sedikit kelelahan. "Hubungan antara ayah dan ibumu sangat rumit. Tapi yang harus kamu ingat adalah, baik ayah maupun ibumu, di hati mereka, mereka sangat menyayangimu.""Dalam dunia mereka, selain satu sama lain, hanya ada kamu."Tiffany menggigit bibirnya, lalu menoleh untuk melihat Bronson yang masih memeluknya. "Ayah ....""Ya." Bronson menarik napas panjang, lalu melepaskan pelukannya perlahan-lahan dan menyeka air matanya. Dalam hidupnya yang lebih dari 40 tahun, ini adalah kedua kalinya dia menangis.Pertama kali adalah ketika Nancy meninggalkannya.Pria itu menarik napas dalam-dalam. "Tiffany, mengenai ibumu ... kami membutuhkan kerja samamu."Tiffany mengangguk. "Apa yang perlu aku lakukan?"Namun, sebelum Bronson bisa menjawab, Derek tiba-tiba mengerutkan alis dengan keras. Tubuhnya tampak lemah saat dia duduk kembali di
"Tentu saja, bukan karena kamu akan menderita di Keluarga Japardi. Tapi, pada masa itu, Keluarga Japardi punya banyak musuh.""Waktu itu, ayahmu sangat menonjol di dunia bisnis dan membuat banyak orang marah. Banyak yang mencoba menyakiti kamu dan ibumu.""Meski setiap kali ancaman itu diselesaikan oleh ibumu dengan mudah, akhirnya dia nggak tahan dengan kehidupan seperti itu, sehingga memilih untuk membawamu pergi.""Alasan dia mengatur Cathy untuk menggantikanmu .... Pertama, agar ayahmu punya pelipur lara di hatinya dan nggak terus mencarimu ke seluruh penjuru dunia.""Kedua, untuk membuat semua orang berpikir bahwa Cathy adalah kamu, bahwa anak yang tinggal bersama Keluarga Japardi adalah putri sulung mereka. Dengan begitu, orang-orang yang berniat jahat terhadapmu nggak akan lagi mengejar keberadaanmu yang sebenarnya.""Mengenai alasan kenapa kamu akhirnya diculik oleh Kendra ...."Derek menutup matanya sejenak sebelum melanjutkan, "Itu karena suami baru ibumu pada awalnya nggak m
Tiffany duduk di sofa sambil menatap kedua pria di depannya. Setiap kata yang mereka ucapkan jelas terdengar olehnya. Setiap kalimat yang mereka sampaikan, dia mengerti maksudnya.Namun, dia tetap merasa tidak memahami apa pun.Kenapa dia tiba-tiba menjadi anak Keluarga Japardi? Kenapa pamannya, Kendra, tiba-tiba dianggap sebagai penculik anak? Kenapa dia sekarang disebut sebagai putri dari pemimpin Keluarga Japardi dan Keluarga Rimbawan?Bagaimana mungkin dia memiliki orang tua yang begitu luar biasa? Lalu, jika memang begitu, mengapa sepanjang hidupnya dia selalu dihina, dicap bodoh, dan dianggap tidak lebih dari seorang gadis desa yang sederhana?"Aku tahu ini sulit untuk kamu terima," ujar Derek sambil tersenyum pasrah. Dia mengambil setumpuk laporan hasil tes DNA dari tasnya dan meletakkannya di tangan Tiffany.Tumpukan laporan itu tebal sekali."Ini adalah hasil dari berbagai lembaga pengujian DNA ternama di dunia.""Tiffany, aku tahu kamu pintar, dan sebagai mahasiswa kedokteran
"Tiffany, kamu itu terlalu banyak memikirkan orang lain. Kenapa kamu nggak lebih sering memikirkan dirimu sendiri? Apa kamu benar-benar nggak mau jadi cucuku?""Mau." Tiffany tetap berdiri di tempatnya dengan senyum sopan. "Tapi, Kakek, orang tuaku meninggalkanku di tumpukan sampah sejak kecil. Aku ditemukan dan diambil oleh pamanku dari sana.""Saat aku berusia enam tahun, aku jatuh sakit parah. Pamanku bilang ibuku ingin membawaku pulang untuk tinggal bersamanya. Aku sangat ketakutan sampai penyakitku semakin parah.""Akhirnya, waktu aku hampir sekarat dan hampir mendapatkan surat peringatan kritis dari dokter, pamanku berjanji padaku bahwa dia nggak akan pernah mengembalikanku ke rumah orang tuaku seumur hidup."Setelah berkata demikian, Tiffany tersenyum dan mengangkat wajahnya untuk menatap Derek dan Bronson. Namun, matanya yang jernih menyiratkan kegetiran yang rumit.Tatapan itu membuat kedua pria dewasa itu saling berpandangan dengan ekspresi canggung sebelum menghela napas pan
Ekspresi terkejut Bronson saat memegang sendok membuat Tiffany merasa gugup. Dia menggigit bibirnya. "Paman Bronson, ada masalah sama masakannya?"Ikan asam pedas ini adalah salah satu hidangan andalannya. Paman dan bibinya sebenarnya tidak pernah membuat ikan asam pedas untuknya.Namun, setelah menikah dengan Sean, karena Sean mengatakan dia suka makan ikan, Tiffany mulai belajar memasaknya. Ketika pertama kali melihat resep ikan asam pedas, dia langsung menyukai cara memasaknya. Tiffany selalu merasa percaya diri dengan kemampuan memasaknya.Namun, mengapa setelah Bronson mencicipi ikan asam pedas buatannya, dia menunjukkan reaksi seperti itu?Tangan Bronson yang memegang sendok sedikit bergetar. Dia berbalik menatap Derek dengan penuh rasa haru. "Dia benar-benar ... dia benar-benar!"Ini adalah rasa masakan Nancy! Sudah 19 tahun sejak Nancy pergi. Selama 19 tahun itu, dia tidak pernah lagi mencicipi masakan buatan Nancy.Namun kini, dia bisa merasakan rasa masakan itu kembali di hid
Orang pertama yang masuk ke rumah adalah Zara yang mengenakan gaun panjang hitam ketat.Ketika Tiffany membawa hidangan terakhir ke meja makan, dia mengangkat kepala dan melihat gadis itu berdiri di dekat pintu sambil tersenyum ke arahnya. Tiffany hampir tidak bisa memercayai matanya!Zara yang berdiri di depannya sekarang tidak lagi memancarkan kesan dingin dan dewasa seperti saat pertama kali mereka bertemu, atau tampak manja seperti ketika dia mengenakan gaun Lolita di rumah Keluarga Japardi. Zara saat ini tampak bersih, rapi, percaya diri, dan ceria.Mungkin ... ini adalah versi asli dari Zara yang seharusnya."Apa yang membuatmu terpesona seperti itu?" Zara tersenyum tipis ke arahnya. "Pak Bronson dan Pak Derek sudah tiba."Setelah itu, Zara bergeser ke samping. Di belakangnya, di dekat pintu masuk, berdiri Derek dan Bronson yang membawa banyak tas berisi hadiah.Kedua pria itu berdiri di ambang pintu, menatap Tiffany dengan sorot mata yang penuh semangat dan kehangatan. "Tiffany.
Ibu Raiyen langsung tersadar. "Bos, Anda ....""Ya." Pemilik toko menjawab dengan puas sambil menyilangkan tangan di dada. "Aku nggak memasukkan terlalu banyak, cuma empat atau lima jarum halus yang sulit terlihat.""Jarum-jarum ini dilapisi dengan sesuatu yang akan membuat orang tua merasa gatal luar biasa."Ibu Raiyen membelalakkan matanya dengan terkejut. "Anda melakukan ini ... nggak takut kalau dia akan kembali mencari Anda nantinya?""Apa yang perlu ditakuti?" Pemilik toko memutar matanya. "Gimana dia mau membuktikan bahwa aku yang masukkan jarum-jarum itu, bukan dia sendiri yang menyelipkannya karena ada dendam sama orang tua itu?""Tanpa bukti, dia nggak bisa berbuat apa-apa padaku."Ibu Raiyen tercengang untuk beberapa saat, lalu akhirnya menatap pemilik toko dengan penuh rasa kagum, bahkan mengacungkan jempol. "Anda memang cerdik. Aku benar-benar nggak kepikiran sampai ke sana."Seandainya saja dia berpikir seperti itu sebelumnya, untuk apa lagi dia berseteru dengan Tiffany?