Share

Bab 240

Author: Clarissa
Setelah berpikir sejenak, Tiffany mengangguk. "Benar juga."

Saat itu, Tiffany yang menyuruh Sean memasukkan Garry ke lembaga penelitian. Garry bisa masuk berkat koneksi Sean. Karena hubungan mereka telah hancur, tidak ada salahnya Sean mengeluarkannya.

Namun, para netizen tidak berpikir demikian.

[ Kasihan sekali! Semua masalah bisa diselesaikan! Jangan berpikir untuk mengakhiri hidup! ]

[ Tenang saja, kami pasti akan menuntut keadilan untukmu! ]

[ Para petinggi Kota Aven, masa kalian diam saja melihat ada yang ditindas begini? Apa saja yang kalian lakukan? ]

[ Mark ini bajingan! ]

[ Tiffany wanita murahan! ]

[ Mark berengsek! ]

[ Tiffany memang jalang! ]

Sekelompok orang meninggalkan komentar pedas. Sementara itu, Garry masih merasa tidak cukup. Dia menghela napas dan berkata, "Jangan bicara begitu. Adik kelasku punya kesulitannya sendiri. Dia nggak mungkin maju untuk membelaku. Dia masih punya urusan ...."

"Hanya saja ...." Garry tampak pasrah. "Aku benaran buntu. Aku nggak punya kek
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
berhati² lah tif...Sean akan melindungi mu
goodnovel comment avatar
Ismariani
makasih thor udah up...đź«° pokoknya ceritanya paling ter ter the best ....di tunggu up selanjutnya đź«°.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 241

    "Aku tahu kamu punya kemampuan untuk melindungiku." Tiffany menggigit bibirnya sambil merangkul leher Sean. Setelah mengecup bibir Sean, dia meneruskan, "Tapi, masalah ini terjadi karenaku. Aku nggak bisa diam begitu saja, menunggumu mengatasi masalah untukku."Mata Tiffany berbinar-binar. "Sudah banyak hal yang kamu lakukan untukku. Aku nggak bisa terus dilindungi olehmu. Aku harus bisa tumbuh. Ini satu-satunya cara supaya aku lebih waspada lain kali."Ucapan Tiffany berhasil membujuk Sean. Dia hanya bisa mengembuskan napas dan mengiakan, "Ya sudah."Sean tidak percaya Tiffany bisa lebih berwaspada setelah kejadian kali ini. Namun, dia merasa lega karena istrinya adalah wanita yang mandiri."Aduh, siapa yang menyiram cuka di sini?" Mark mengangkat tangan untuk menutup wajah kirinya. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya. "Charles, tolong aku! Ada yang mau membunuh jomblo sepertiku!"Charles terkekeh-kekeh di ujung telepon. "Tapi, kulihat kamu suka jadi nyamuk di sana?"Saat berikutnya,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 241

    "Aku tahu kamu punya kemampuan untuk melindungiku." Tiffany menggigit bibirnya sambil merangkul leher Sean. Setelah mengecup bibir Sean, dia meneruskan, "Tapi, masalah ini terjadi karenaku. Aku nggak bisa diam begitu saja, menunggumu mengatasi masalah untukku."Mata Tiffany berbinar-binar. "Sudah banyak hal yang kamu lakukan untukku. Aku nggak bisa terus dilindungi olehmu. Aku harus bisa tumbuh. Ini satu-satunya cara supaya aku lebih waspada lain kali."Ucapan Tiffany berhasil membujuk Sean. Dia hanya bisa mengembuskan napas dan mengiakan, "Ya sudah."Sean tidak percaya Tiffany bisa lebih berwaspada setelah kejadian kali ini. Namun, dia merasa lega karena istrinya adalah wanita yang mandiri."Aduh, siapa yang menyiram cuka di sini?" Mark mengangkat tangan untuk menutup wajah kirinya. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya. "Charles, tolong aku! Ada yang mau membunuh jomblo sepertiku!"Charles terkekeh-kekeh di ujung telepon. "Tapi, kulihat kamu suka jadi nyamuk di sana?"Saat berikutnya,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 242

    Tiffany mengangguk. Jika Garry ingin memulihkan posisinya dan mendapat bonus, dia pasti akan pergi sore ini bersama para pedemo.Bagaimanapun, tidak ada kesempatan yang lebih bagus lagi daripada ini. Dengan begitu, Tiffany dan Sean hanya perlu menunggu di lembaga penelitian.Namun, jika Garry masih punya hati nurani dan tahu malu, dia tidak akan pergi sore ini.....Setelah makan siang, Sean mengemudikan mobilnya untuk membawa Tiffany ke lembaga penelitian. Saat ini, sudah ada beberapa sukarelawan yang menunggu di luar.Tiffany dan Sean masuk dari belakang. Begitu mereka masuk, terdengar sambutan yang lantang. "Selamat datang, Pak Sean, Bu Tiffany!"Tiffany terperanjat. Setelah tersadar dari keterkejutannya, dia melihat para staf lembaga penelitian ini berbaris menjadi dua baris dan berdiri di pinggir pintu dengan rapi. Mereka bertepuk tangan untuk menyambut mereka.Tiffany tak kuasa mengangkat alisnya. Perlakuan ini sama seperti saat Liam mengundangnya ke Grup Maheswari .... Apa jalan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 243

    Edwin tersenyum dan keluar. Tiffany memelototi Sean dengan cemberut. Sean tersenyum dan duduk di pinggir ranjang. "Kenapa? Memangnya yang kubilang salah?"Tiffany mencebik, lalu bersandar di paha Sean. "Benar, tapi kamu nggak usah terang-terangan begitu.""Ya sudah." Sean menunduk, lalu mengelus kepala Tiffany. "Lain kali aku nggak bakal terang-terangan seperti itu lagi kok.""Begini baru benar."Mungkin karena kesehatannya belum pulih setelah keguguran, Tiffany segera ketiduran.Pukul dua siang lewat, terdengar keributan di luar lembaga penelitian. Tiffany pun terbangun. "Suara apa itu?"Sean memicingkan matanya. "Mungkin para pedemo sudah sampai."Tiffany bangun dengan mata yang masih kantuk. Dia memandang ke luar jendela. Dari kejauhan, dia langsung melihat Garry yang berdiri di antara kerumunan.Garry benar-benar datang. Seketika, emosi dalam hati Tiffany pun bergejolak.Sejak Garry membuatnya keguguran, Garry tidak memiliki posisi apa pun di dalam hati Tiffany lagi. Kini, kehadira

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 244

    Di antara dua ruangan itu, terdapat sebuah pintu rahasia. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa dua lukisan kuno di dinding tersebut sebenarnya adalah pintu tersembunyi.Untuk memastikan Tiffany dan Sean bisa melihat dengan jelas, Edwin bahkan dengan sengaja memasang kamera tersembunyi di ruang tamu.Saat ini, Tiffany duduk di atas ranjang sambil memandangi layar komputer di hadapannya. Garry terlihat jelas di layar. Di wajahnya, tidak ada sedikit pun rasa penyesalan atau permintaan maaf.Edwin yang duduk di kursi berkata dengan santai, "Garry, aku rasa aku sudah menjelaskan semuanya dengan sangat jelas. Kamu diterima di sini karena punya hubungan sama Pak Sean. Tapi sekarang, setelah melakukan hal yang merugikan Pak Sean, tentu saja kamu nggak bisa tetap bekerja di sini.""Aku bahkan sudah menggandakan gajimu. Aku nggak tahu apa lagi yang membuatmu nggak puas. Bisa-bisanya kamu menghasut orang-orang ke depan lembaga penelitian untuk bikin keributan," tambah Edwin.Garry tersenyum tipis

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 245

    Tiffany tanpa sadar mundur selangkah. Garry yang berada di hadapannya tidak berbeda dari orang gila. Tatapannya kepadanya penuh dengan kegilaan, haus darah, dan obsesi yang sama persis seperti cara pandang pria tidak waras di desanya.Dari belakang, Sean menarik Tiffany ke dalam pelukannya. Melihat pria itu keluar, mata Garry berkilat dengan kebencian yang tajam. Dia terkekeh sebelum berujar, "Matamu ini nggak jelek, kenapa harus pura-pura buta sih?"Sean juga tersenyum. Dia membalas, "Bukannya kamu juga sangat pandai menghalalkan segala cara? Kenapa malah repot-repot berpura-pura jadi orang benar?"Kata-kata itu membuat Garry terdiam selama beberapa saat. Akhirnya, dia mendengus kesal dan menatap Sean dengan kebencian yang membara.Garry membalas, "Bagaimanapun, aku nggak pernah sekejam dirimu. Kamu pakai uang untuk memaksa Tiffany nikah denganmu, bahkan mau dia melahirkan anak untukmu!"Makin lama berbicara, suara Garry makin dipenuhi amarah. Kenapa hal ini bisa terjadi? Hanya karena

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 246

    "Orang miskin seperti kalian memang menarik," ucap Sean yang meletakkan lengannya di bahu Tiffany dengan gerakan santai dan elegan. Senyuman di sudut bibirnya dingin dan membawa sedikit ejekan.Sean menambahkan, "Ketika Tiffany lagi dalam kesulitan dan sangat membutuhkan bantuan, kamu malah menghindar. Bahkan untuk sekadar memberikan dukungan atau kata-kata yang tulus, kamu juga nggak bersedia.""Tapi setelah aku bantu dia melewati masa-masa sulit itu, kamu muncul dan menuduhku memaksanya menikah denganku demi uang," ujar Sean."Kamu bilang aku nggak bersaing secara adil denganmu. Kenapa kamu bisa punya nyali untuk bilang seperti itu? Seingatku kamu pernah membeli sebuah mobil, 'kan? Berapa harganya? 1,2 miliar. Sementara biaya untuk mengobati nenek Tiffany juga kebetulan 1,2 miliar," lanjut Sean.Wajah Garry perlahan memucat. Di sisi lain, Tiffany menggigit bibirnya erat-erat. Hatinya bergetar hebat. Dia masih mengingat mobil itu dengan jelas.Saat itu, Tiffany bekerja di panti jompo

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 247

    Buku catatan yang dipeluk erat oleh Mimi jatuh ke lantai. Dia buru-buru berjongkok untuk memungut buku catatannya, lalu berjalan cepat ke arah Tiffany dan Sean sambil terus membungkuk dan memberi hormat.Mimi berucap, "Maaf, aku benar-benar nggak tahu kalau kenyataannya seperti ini." Dia memejamkan matanya, lalu mengentakkan kaki dengan keras sambil menambahkan, "Aku ... aku cuma mengagumi Garry. Apa pun yang dia katakan, aku langsung percaya. Aku nggak sangka ....""Anggap saja aku dibutakan. Aku akan segera mengunggah pernyataan klarifikasi di X untuk membuktikan bahwa semua itu adalah kebohongan!" seru Mimi.Setelah itu, Mimi menatap Tiffany dengan mata yang sedikit memerah. Dia memohon, "Nona Tiffany, tolong jangan marah padaku. Maafkan aku ya. Aku benar-benar ...."Melihat ekspresi Mimi yang cemas, sedih, dan penuh penyesalan, Tiffany mengernyit dalam diam. Dia teringat pada dirinya sendiri.Ketika pertama kali menyadari siapa sebenarnya Garry, perasaannya juga serupa. Tiba-tiba,

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 509

    Ucapan Niken tidak bisa meyakinkan Tiffany. Saat Tiffany hendak bertanya lagi, Kendra dan Indira sudah menyajikan makanan.Niken yang duduk di samping Tiffany berujar, "Kita jarang bisa makan bersama. Panggil anak-anak dan ibumu kemari."Kendra tertegun sejenak, lalu mengangguk dan menyahut dengan hormat, "Oke."Tak lama kemudian, suasana menjadi ramai. Jonas dan Jones duduk bersama. Mereka yang penasaran memandangi wanita paruh baya di samping Tiffany.Bertha yang duduk agak jauh melihat Niken dan Tiffany sambil tersenyum lebar. Dia berkomentar, "Benar-benar mirip! Sudah kubilang, Tiffany sangat cantik. Dia pasti mewarisi gen ibunya yang bagus."Niken tersenyum kepada Bertha dan membalas, "Terima kasih. Tapi, cuma parasnya yang mirip denganku. Kepintarannya masih kalah jauh dariku."Bertha langsung merasa tidak senang. Dia menanggapi, "Tiffany sangat pintar!"Niken menimpali, "Kepintarannya nggak mirip denganku. Mungkin dia mirip ayahnya."Bronson dan Tiffany sama-sama tidak tahu keke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 508

    Sewaktu Niken baru sampai ke kediaman Keluarga Rimbawan, Xavier belum genap berusia 10 tahun. Kala itu, dia masih polos.Ibu Xavier sudah meninggal dan ayahnya sering mabuk-mabukan. Hanya pembantu yang menjaga Xavier dan Jayla di rumah.Suatu hari, Xavier tersesat saat bermain sendirian di halaman. Dia sampai di ruang bawah tanah tempat Niken dikurung. Itu adalah pertama kalinya Xavier mempunyai ingatan yang mengerikan.Ruang bawah tanah itu lembap dan gelap. Hanya ada cahaya lampu kuning. Seorang wanita yang rambutnya berantakan dikurung dalam kandang.Sepertinya wanita itu disiksa dengan kejam. Sekujur tubuhnya dilumuri darah. Xavier yang baru berusia 7 tahun berteriak, "Hantu!"Niken mendongak. Kedua matanya sangat jernih. Dia memandang Xavier dan berucap sembari tersenyum, "Nak, di sini nggak ada hantu. Jangan takut."Suara Niken sangat lembut hingga membuat Xavier hampir meneteskan air mata. Suaranya sangat mirip dengan suara ibunya Xavier, begitu pula tatapannya yang lembut. Namu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 507

    Tiffany memandang Niken dengan ekspresi terkejut sambil berucap, "Jadi ...."Sejak menyuruh Xavier kembali ke Kota Aven, Niken sudah berencana untuk mengakui Tiffany? Jadi, sejak awal Niken tidak berniat mencelakai Kendra. Niken hanya ingin Kendra membantunya dan Tiffany saling mengakui.Niken meminum teh, lalu menimpali, "Iya. Karena kita sudah saling mengakui, aku nggak usah mengganggu Kendra lagi. Kalau dia mau lanjut jadi pengawalku, juga nggak masalah. Kalau nggak, dia juga bisa buka toko kecil bersama istrinya."Niken tersenyum dan menambahkan, "Mungkin waktu aku hampir mati, aku bisa hidup bersama mereka. Bagaimanapun, sekarang margaku juga Maheswari."Tiffany mengatupkan bibirnya seraya mengepalkan tangannya dengan erat. Mereka baru duduk di sini kurang dari 10 menit, tetapi Niken sudah mengungkit tentang kematian 3 kali.Tiffany mempunyai firasat Niken tidak mungkin berbicara seperti ini tanpa alasan. Apa ....Tiffany merasa sedih. Dia ingin menggenggam tangan Niken. Namun, Ni

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 506

    Xavier mengingatkan, "Tiffany baru mengakuimu. Kalau kamu bicara begini, Tiffany mengira kamu mengidap penyakit parah."Niken tertegun sejenak, lalu berbalik dan tersenyum kepada Xavier. Dia menyahut, "Benar juga. Kita jangan bahas tentang kematian dulu."Selesai bicara, Niken melihat Tiffany dan bertanya, "Tadi kamu panggil aku apa?"Tiffany menjawab, "Aku panggil kamu ... ibu."Tiffany memandang Niken dengan wajah memucat seraya bertanya, "Tadi ... apa maksudmu?"Niken meletakkan cangkir teh dan menyahut, "Nggak apa-apa. Aku cuma merasa mati di tempat seperti ini cukup bagus kalau ke depannya aku punya kesempatan."Kemudian, Niken tersenyum kepada Tiffany sembari menambahkan, "Semua orang pasti akan mati, 'kan?"Tiffany mengatupkan bibirnya. Dia merasa gelisah. Kenapa Niken malah membicarakan tentang kematian pada suasana yang bagus seperti ini? Apa karena dia sudah terbiasa dengan perpisahan atau karena alasan lain?Niken berucap, "Setelah makan malam, kamu beri tahu Bronson aku gan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 505

    Seperti Indira, Tiffany juga merasa sangat terkejut. Dia berdiri di belakang Indira, memandang Kendra dan Niken dengan tatapan tak percaya.Barusan pamannya mengatakan ... Niken datang ke sini untuk mengganti nama dan mengakui Kendra sebagai adiknya? Bukan cuma mengganti nama, tetapi juga mengganti marga?!"Hei, kenapa bengong?"Xavier mendekat dan menyenggol bahunya pelan sambil berbisik di telinganya. "Apa kamu merasa sangat tersentuh?""Kemarin setelah kamu cerita semuanya ke aku, aku langsung kasih tahu Niken. Niken bilang itu bukan masalah.""Kalau kamu benar-benar ingin tetap menggunakan nama Tiffany Maheswari dan tetap mempertahankan margamu, dia akan mengganti marga dan namanya, asalkan itu membuatmu bahagia."Hati Tiffany menghangat seketika. Dia mendongak, menatap wanita yang berdiri di pintu masuk itu.Musim gugur mulai membawa hawa dingin, tetapi Niken mengenakan gaun ketat berwarna putih gading dengan bordiran elegan dan dilapisi jaket tipis berwarna putih transparan. Ramb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 504

    Sikap Jonas yang gugup justru membuat Indira semakin curiga. Dia mengerutkan alis, langsung mendorong Jonas ke samping, lalu berjalan cepat menuju ruang makan di mana Tiffany berada.Dengan suara keras, pintu ruang makan terbuka lebar.Tiffany yang duduk di dalam, terkejut dan langsung menoleh ke arah pintu. Di sana, berdiri Indira dengan tatapan dingin yang bercampur dengan kemarahan."Tiffany, tempat ini nggak menyambutmu! Aku sudah bilang dengan jelas, aku nggak mau datang ke pernikahanmu dan aku juga nggak mau berurusan denganmu lagi!"Tiffany menggigit bibirnya sambil menatap Indira dengan tatapan penuh rasa sakit. Dia tahu, alasan Indira berbicara seperti itu adalah agar Tiffany bisa melupakan masa lalu dan menerima keluarga barunya.Namun, tatapan dan nada bicara yang dingin itu tetap membuat hati Tiffany terasa seperti dihancurkan. Dengan suara lirih, Tiffany berkata, "Bibi, apa Bibi benar-benar sebenci itu sama aku?"Indira mendengus dan memutar matanya. "Ya, benar!""Tapi ...

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 503

    "Kak Tiffany?" Jonas tampak sangat bersemangat begitu melihat Tiffany."Apa yang kamu lakukan di sini?" Tiffany yang sama-sama terkejut langsung berdiri dari kursinya, lalu memeluk Jonas dengan penuh emosi."Sudah lama sekali kita nggak ketemu! Kenapa kamu bisa ada di sini? Lalu, di mana Bibi?"Jonas menjawab dengan antusias, "Tempat ini adalah restoran pedesaan yang dikelola Ibu! Aku dan Jones lagi libur musim panas, jadi kami membantu di sini!"Wajah remaja itu bersinar dengan kegembiraan. "Kak Tiffany, kenapa kamu bisa datang ke sini? Apa kamu sengaja datang untuk menemui kami karena tahu ini restoran keluarga kami?""Aku ...." Tiffany menggigit bibirnya. "Aku datang ke sini karena ada yang mengundangku makan siang."Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu melanjutkan, "Bibi nggak mau kasih tahu aku di mana kalian berada. Aku bahkan nggak tahu kalian tinggal di sini. Kalau bukan karena undangan makan siang hari ini, aku nggak akan tahu kalian ada di sini dan bahkan membuka restoran

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 502

    "Tentu saja!" Tiffany melanjutkan dengan suara lembut dan memohon belas kasihan, "Mana mungkin aku tega memaki kamu, kamu itu hebat banget ....""Kalau begitu ...." Sean tersenyum tipis, mendekatkan bibirnya ke telinganya, lalu berbisik dengan suara rendah, "Mari kubuat kamu lebih merasakan betapa hebatnya suamimu."Tiffany terkejut. Dasar pria jahat! Cukup sudah!....Tiffany bangun dengan tubuh lelah dan nyaris kehabisan tenaga pada pukul sembilan pagi lebih. Pukul setengah sepuluh, dia dibangunkan oleh dering telepon dari Xavier."Kelinci kecil, aku sudah di depan rumahmu. Bersiaplah, Niken ingin bertemu denganmu."Tiffany menguap dan melihat waktu di ponselnya, "Aku baru saja bangun, tunggu sebentar ya."Dia masih ingat, kemarin Xavier sudah meneleponnya untuk membuat janji makan siang bersama Niken hari ini. Setelah menutup telepon, Tiffany bergegas berganti pakaian, menyikat gigi, mencuci muka, dan mengoleskan pelembap wajahnya.Hanya dalam waktu sepuluh menit, Tiffany yang sudah

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 501

    Tiffany mengangguk pelan."Aku mau tidur." Bronson tersenyum tipis."Kalian juga sebaiknya segera istirahat. Anak muda jangan bergadang terlalu larut."Setelah berkata demikian, dia berbalik dan pergi. Tiffany berdiri di tempatnya, wajahnya tiba-tiba memerah. Dia tahu Bronson mungkin hanya ingin menyuruhnya untuk tidur lebih awal.Namun, kenapa ... kenapa dia tiba-tiba memikirkan hal-hal yang tidak senonoh? Apakah ini karena dia terlalu lama bersama Sean, sehingga pikirannya jadi tidak murni lagi?"Apa yang kamu pikirkan?" Saat Tiffany berusaha menenangkan diri dan hendak menepuk-nepuk wajahnya yang panas, suara Sean yang rendah dan penuh tawa tiba-tiba terdengar di telinganya."Tadi Paman bilang, jangan bergadang terlalu larut. Apa yang kamu pikirkan, hm?"Tiffany terdiam. Kamu sudah mendengar dan melihat semuanya, apa masih perlu bertanya?!"Dasar gadis kecil berpikiran jorok." Sean tersenyum, lalu mengangkatnya dengan mudah dan menggendongnya dalam pelukan horizontal. "Kenapa kamu d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status