Share

Part 5 Melarikan diri

"Ratih, kenapa pergi? Kamu belum makan jamuan pernikahan." Miriam, si jalang itu, benar-benar muncul dan bahkan mencengkeramnya.

Ratih menggertakkan giginya karena marah dan merendahkan suaranya,

"Miriam, lepaskan aku. Jangan membuat keributan."

Miriam tertegun dan tanpa sadar melepaskannya.

Ratih menghela napas lega, tetapi dia tidak menyangka suara pria di belakangnya terdengar perlahan,

"Nona, Kamu ...?"

“Tengku Ammar, ini teman yang bekerja sebagai perawat Nenek di rumahku. Sudah kami anggap seperti keluarga sendiri.” Miriam segera menarik Ratih dan memperkenalkannya kepada Tengku Ammar.

Ratih ditarik oleh Miriam dan hampir jatuh. Untungnya, Abdul memegangnya dan bertanya dengan khawatir,

"Apakah kamu baik-baik saja?"

Wajah Miriam menjadi gelap dan dia melotot ke arah Abdul dengan tatapan tidak senang. Kemudian dia diam-diam mendorong Ratih ke arah Tengku Ammar dengan paksa, bermaksud melihat Ratih mempermalukan dirinya sendiri. Tengku Ammar menangkapnya dengan cepat.

Semua orang tahu bahwa Tengku Ammar selalu bersikap dingin dan memiliki alergi disentuh orang lain. Dia paling benci tubuhnya di sentuh orang lain.

Wajah Ratih menjadi pucat. Dia bahkan tidak berani menatapnya dan dengan cepat berusaha melepaskan diri dari pelukan pria itu. Namun aroma familiar malam itu menusuk indra penciumannya.

Miriam mengerutkan kening. Bukankah Tengku Ammar selalu tidak tertarik pada wanita? Mungkinkah Tengku Ammar sudah sembuh dari penyakitnya?

Miriam dengan cepat mencibir dalam hatinya. Dia terlalu banyak berpikir. Bagaimana mungkin? Orang macam apa Tengku Ammar itu? Bagaimana mungkin dia tertarik pada orang biasa seperti Ratih? Belum lagi gadis ini adalah tenaga kerja dari negeri tetangga. Mungkin dia hanya bersikap sopan karena tidak tahu latar belakang wanita ini!

Namun untuk mencegah hal ini terjadi, Miriam segera menjelaskan kepada Tengku Ammar,

"Tengku Ammar, Ratih dulunya adalah pacar Abdul. Tapi dia melakukan kesalahan dan tidur dengan pria lain. Itulah sebabnya Abdul dan aku punya kesempatan untuk menikah."

Tengku Ammar berkata dengan tidak senang,

"Miriam, tidak ada yang perlu dikatakan tentang ini."

Ratih menundukkan kepalanya lebih dalam lagi. Di mata orang lain, dia pasti malu! Tetapi hanya dia yang tahu dalam hatinya bahwa itu karena dia takut pada pria ini.

Karena laki-laki yang tidur dengannya berada tepat di depannya, dan dia berbohong kepadanya terakhir kali.

"Begitu," kata Tengku Ammar ringan.

Tatapan dinginnya menyapu Ratih. Meskipun kepala Ratih menunduk, dia masih bisa merasakan tatapannya menyapu dirinya.

"Paman kecil, ibu ada di sana. Kamu harus pergi ke sana!" kata Tengku Ammar.

“Paman kecil?” Ratih hampir melompat keaget dan menatap Tengku Ammar dengan tak percaya.

Tengku Ammar tersenyum dingin dengan penuh minta, ia mengulurkan tangannya.

"Nona Ratih, Saya paman Abdul. Ini pertama kalinya kita bertemu.”

Wajah Ratih menjadi semakin pucat. Kepalanya akan meledak. Dia melihat tangan Tengku Ammar yang terulur, namun dia tidak menyambutnya dan segera melarikan diri.

"Paman, jangan pedulikan dia. namanya juga pembantu." Miriam mendengus dingin dan cepat-cepat meminta maaf kepada Tengku Ammar sambil tersenyum.

Tengku Ammar menjawab dengan ekspresi dingin,

"Panggil saja aku Tengku Ammar!"

Setelah itu, dia berbalik dan pergi.

Miriam tidak bisa berkata apa-apa.

Wajahnya memucat, dan dia bertanya pada Abdul, bertingkah seperti anak manja.

"Abdul…mengapa paman kecilmu bersikap begitu?"

Abdul juga mengerutkan kening. Sikap Tengku Ammar menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak mengakui identitas Miriam.

Seperti yang diharapkan, Tengku Ammar pergi tanpa menunggu pernikahan selesai. sikapnya mengejutkan para tetua. Di sisi lain, Nyonya Wan, ibunya Abdul dan suaminya juga tidak ramah, mereka juga memperlakukan Miriam dengan dingin.

"Bantu aku menyelidiki wanita itu, namanya Ratih," kata Tengku Ammar dingin setelah masuk ke dalam mobil.

Asistennya, Imran, segera mengangguk. Dia punya banyak cara untuk menyelidiki Ratih, yang sama sekali tidak punya latar belakang apalagi gadis itu sudah pasti terdaftar di kedutaan. Setengah jam kemudian, semua informasi dikirim ke Tengku Ammar.

Tengku Ammar dengan santai membolak-baliknya, dan tatapannya berubah dingin. Dia berkata dengan kesal,

"Pantas saja aku tidak bisa mengetahuinya. Beraninya gadis ini berbohong padaku dengan nama palsu."

Ratih melarikan diri. Dia benar-benar tidak menyangka pria yang malam itu adalah Tengku Ammar.

Walaupun dia menyebut namanya saat itu, dia tidak menyangka bahwa itu adalah orang terkaya di Terengganu, Tengku Ammar Shah Alam.

Lucunya bahwa Tengku Ammar sebenarnya adalah paman bungsu Abdul, sang mantan pacar.

Ada banyak cerita lain tentang pria ini. Dia adalah pria dingin yang tidak tertarik pada wanita. Sebuah rumor mengatakan bahwa dia sudah memiliki kekasih namun sang ibu ingin menjodohkannya dengan perempuan dari keluarga kesultanan semenanjung timur Malaysia. Singkatnya, dia adalah harimau di gunung yang tinggi. Orang biasa seperti Ratih tidak dapat menyentuhnya.

Tetapi sekarang, Ratih tidak hanya menyentuhnya, tetapi dia juga memakannya dari kepala sampai kaki. Sebelumnya ia merasa sedih karena telah dimanfaatkan oleh laki-laki tak dikenal, tetapi kini ia paham betul bahwa dialah yang telah dimanfaatkan oleh laki-laki itu.

Sekarang Tengku Ammar akan sangat mudah untuk mencari tahu siapa dia, bagaimana jika lelaki itu marah dan menyiksanya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status