"Miriam, lepaskan aku. Jangan membuat keributan."
Miriam tertegun dan tanpa sadar melepaskannya. Ratih menghela napas lega, tetapi dia tidak menyangka suara pria di belakangnya terdengar perlahan,"Nona, Kamu ...?"
“Tengku Ammar, ini teman yang bekerja sebagai perawat Nenek di rumahku. Sudah kami anggap seperti keluarga sendiri.” Miriam segera menarik Ratih dan memperkenalkannya kepada Tengku Ammar. Ratih ditarik oleh Miriam dan hampir jatuh. Untungnya, Abdul memegangnya dan bertanya dengan khawatir,"Apakah kamu baik-baik saja?"
Wajah Miriam menjadi gelap dan dia melotot ke arah Abdul dengan tatapan tidak senang. Kemudian dia diam-diam mendorong Ratih ke arah Tengku Ammar dengan paksa, bermaksud melihat Ratih mempermalukan dirinya sendiri. Tengku Ammar menangkapnya dengan cepat. Semua orang tahu bahwa Tengku Ammar selalu bersikap dingin dan memiliki alergi disentuh orang lain. Dia paling benci tubuhnya di sentuh orang lain.Wajah Ratih menjadi pucat. Dia bahkan tidak berani menatapnya dan dengan cepat berusaha melepaskan diri dari pelukan pria itu. Namun aroma familiar malam itu menusuk indra penciumannya.
Miriam mengerutkan kening. Bukankah Tengku Ammar selalu tidak tertarik pada wanita? Mungkinkah Tengku Ammar sudah sembuh dari penyakitnya? Miriam dengan cepat mencibir dalam hatinya. Dia terlalu banyak berpikir. Bagaimana mungkin? Orang macam apa Tengku Ammar itu? Bagaimana mungkin dia tertarik pada orang biasa seperti Ratih? Belum lagi gadis ini adalah tenaga kerja dari negeri tetangga. Mungkin dia hanya bersikap sopan karena tidak tahu latar belakang wanita ini! Namun untuk mencegah hal ini terjadi, Miriam segera menjelaskan kepada Tengku Ammar,"Tengku Ammar, Ratih dulunya adalah pacar Abdul. Tapi dia melakukan kesalahan dan tidur dengan pria lain. Itulah sebabnya Abdul dan aku punya kesempatan untuk menikah."
Tengku Ammar berkata dengan tidak senang,"Miriam, tidak ada yang perlu dikatakan tentang ini."
Ratih menundukkan kepalanya lebih dalam lagi. Di mata orang lain, dia pasti malu! Tetapi hanya dia yang tahu dalam hatinya bahwa itu karena dia takut pada pria ini. Karena laki-laki yang tidur dengannya berada tepat di depannya, dan dia berbohong kepadanya terakhir kali. "Begitu," kata Tengku Ammar ringan. Tatapan dinginnya menyapu Ratih. Meskipun kepala Ratih menunduk, dia masih bisa merasakan tatapannya menyapu dirinya. "Paman kecil, ibu ada di sana. Kamu harus pergi ke sana!" kata Tengku Ammar. “Paman kecil?” Ratih hampir melompat keaget dan menatap Tengku Ammar dengan tak percaya. Tengku Ammar tersenyum dingin dengan penuh minta, ia mengulurkan tangannya."Nona Ratih, Saya paman Abdul. Ini pertama kalinya kita bertemu.”
Wajah Ratih menjadi semakin pucat. Kepalanya akan meledak. Dia melihat tangan Tengku Ammar yang terulur, namun dia tidak menyambutnya dan segera melarikan diri. "Paman, jangan pedulikan dia. namanya juga pembantu." Miriam mendengus dingin dan cepat-cepat meminta maaf kepada Tengku Ammar sambil tersenyum. Tengku Ammar menjawab dengan ekspresi dingin,"Panggil saja aku Tengku Ammar!"
Setelah itu, dia berbalik dan pergi. Miriam tidak bisa berkata apa-apa. Wajahnya memucat, dan dia bertanya pada Abdul, bertingkah seperti anak manja."Abdul…mengapa paman kecilmu bersikap begitu?"
Abdul juga mengerutkan kening. Sikap Tengku Ammar menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak mengakui identitas Miriam.Seperti yang diharapkan, Tengku Ammar pergi tanpa menunggu pernikahan selesai. sikapnya mengejutkan para tetua. Di sisi lain, Nyonya Wan, ibunya Abdul dan suaminya juga tidak ramah, mereka juga memperlakukan Miriam dengan dingin.
"Bantu aku menyelidiki wanita itu, namanya Ratih," kata Tengku Ammar dingin setelah masuk ke dalam mobil. Asistennya, Imran, segera mengangguk. Dia punya banyak cara untuk menyelidiki Ratih, yang sama sekali tidak punya latar belakang apalagi gadis itu sudah pasti terdaftar di kedutaan. Setengah jam kemudian, semua informasi dikirim ke Tengku Ammar. Tengku Ammar dengan santai membolak-baliknya, dan tatapannya berubah dingin. Dia berkata dengan kesal,"Pantas saja aku tidak bisa mengetahuinya. Beraninya gadis ini berbohong padaku dengan nama palsu."
Ratih melarikan diri. Dia benar-benar tidak menyangka pria yang malam itu adalah Tengku Ammar. Walaupun dia menyebut namanya saat itu, dia tidak menyangka bahwa itu adalah orang terkaya di Terengganu, Tengku Ammar Shah Alam. Lucunya bahwa Tengku Ammar sebenarnya adalah paman bungsu Abdul, sang mantan pacar. Ada banyak cerita lain tentang pria ini. Dia adalah pria dingin yang tidak tertarik pada wanita. Sebuah rumor mengatakan bahwa dia sudah memiliki kekasih namun sang ibu ingin menjodohkannya dengan perempuan dari keluarga kesultanan semenanjung timur Malaysia. Singkatnya, dia adalah harimau di gunung yang tinggi. Orang biasa seperti Ratih tidak dapat menyentuhnya. Tetapi sekarang, Ratih tidak hanya menyentuhnya, tetapi dia juga memakannya dari kepala sampai kaki. Sebelumnya ia merasa sedih karena telah dimanfaatkan oleh laki-laki tak dikenal, tetapi kini ia paham betul bahwa dialah yang telah dimanfaatkan oleh laki-laki itu. Sekarang Tengku Ammar akan sangat mudah untuk mencari tahu siapa dia, bagaimana jika lelaki itu marah dan menyiksanya?Tengku Ammar masih duduk di ruang kerjanya dengan wajah muram. Ditangannya ada satu eks majalah Melayu News edisi minggu depan. Dia segera melemparnya ke tempat sampah. “Apa ini semua rencana ibu?” Ia bertanya pada Imran yang mematung di depan meja. Imran sedikit ragu untuk menjawab. Majalah ini memang di kirimkan oleh Nyonya besar Shah Alam langsung ke meja Tengku Ammar pagi ini. Belum dicetak dan di pasarkan. Dia dengan mudah dapat menebak niat pihak lain mengirimkan majalah ini ke meja Tuannya.“Dimana dokumen tentang gadis itu?” Tengku Ammar bertanya dengan wajah dingin. Imran dengan patuh mengambil sebuah map di lemari dokumen rahasia. “Tuan, apakah anda yakin akan terlibat dengan gadis ini?” Imran mau tidak mau memberanikan diri bertanya. Dia sebenarnya tidak punya kualifikasi untuk mempertanyakan tindakan yang diambil atasannya, namun ini sebagian besar menyangkut kehidupan pribadi Tuannya. “Dia adalah target yang cocok.” Sinar kelicikan
Dia segera mengangkat kepalanya dan menatap pria itu. Tidak semua orang punya wajah yang tampan. Jelas itu adalah pria yang pernah tidur dengannya tempo hari. Dia segera menundukkan kepalanya. Berusaha membuat dirinya tidak terlihat sehingga pria itu tidak bisa mengenalinya."Nila, kemarilah. Temani Tuan Ammar melihat apartemen." Manajer itu tiba-tiba memanggil petugas penjualan senior yang sangat cantik untuk menemani pelanggan baru itu. Ratih segera menghela napas dan berbalik menuju kursi sofa di lobi, namun sebelum punggungnya menyentuh sofa, sebuah suara bariton yang familiar terdengar menggelitik di telinganya.“Ratih, aku ingin Nona Ratih yang menemaniku.” Pikiran Ratih hampir meledak. Ah, bagaimana pria itu bisa tahu bahwa dia bekerja disini? "Ratih, manajer memanggilmu. Cepatlah." Lina menyodoknya, segera membuat dia berubah panik. “Ini pelanggan pertamamu! Berusaha lah dengan keras.” Bisik Lina di telinganya.
Ratih hampir menjatuhkan map itu ke lantai namun dia tetap berusaha kuat untuk tenang. Itu adalah kontrak pernikahan. Berisi beberapa kewajiban dan beberapa klausul tentang hubungan bisnis. Dia membaca satu persatu klausul yang tertulis di dalamnya seperti yang di perintahkan.“Jelaskan.” Ratih sudah selesai membaca poin demi poin.“Aku butuh seseorang untuk menjadi tameng.” Ujar Tengku Ammar dengan tatapan datar.“Mengapa harus aku?” Dia mengangkat wajah dan bertemu dengan tatapan mata Tengku Ammar yang sedang menelisiknya.“Tidak ada alasan.” Jawabnya dingin.Ratih menjadi sedikit kesal dengan jawaban ini. Ada ribuan gadis yang akan berbaris untuk mendapatkan kesempatan memegang kontrak ini di Terengganu, mengapa harus dia?“Kalau begitu, aku menolak.” Ratih menutup map dan meletakkannya di meja sofa lalu bangkit untuk pergi. Namun dia segera ingat bahwa pria ini adalah pelanggan pertamanya yang harus dia selesaikan.Melihat gadis itu berbalik, wajah Tengku Ammar menjadi semakin din
Ratih merasakan kepalanya berputar dan berdenging. Namun dia bertahan untuk mendengarkan sampai akhir.“Bicaralah kondisimu. Aku tau kamu butuh uang.” Ujar Tengku Ammar tenang. Dia lalu menyodorkan selembar dokumen berisi keuntungan apa yang akan di peroleh Ratih jika dia setuju menjadi istri bayarannya.“Kamu akan mendapatkan gaji bulanan, dan kompensasi atas malam itu. Tidak perlu khawatir untuk biaya hidup dan kebutuhan lainnya. Aku akan menyediakannya.” Jelas Tengku Ammar dengan nada serius.Ratih sebenarnya tidak punya pilihan lain, selama tiga hari bekerja sebagai Staf penjualan, dia bahkan belum mendapatkan pelanggan satu orangpun. Persaingan disana terlalu ketat. Para staf senior selalu mencuri pelanggan orang lain.Lagipula, mendapatkan pelanggan untuk membeli apartemen mewah itu sedikit sulit karena penjualan property akhir-akhir ini sedang sepi.“Berapa kompensasinya?” Tanya Ratih akhirnya.“Kamu bisa menyebutkan.” Jawab Tengku Ammar murah hati. Ratih merasa senang dengan j
Ingin menahan buku nikah?Namun buka cuma buku nikah yang di tahan, Kartu identitas dan passport juga ditahan.“Ini bukan pernikahan namanya. Ini hanya pindah majikan.” Geramnya kesal sambil melangkah pergi.Mendengar kata-katanya, wajah tampan Tengku Ammar berubah menjadi hitam.“Kamu! Berhenti disana!” Perintahnya dingin.Ratih berbalik dengan kesal.“Ada apa lagi? Bukankah kita sudah menikah? Apalagi yang kamu mau?” Dia bertanya dengan kesal. Entah mengapa setiap melihat pria ini dia merasa emosinya sedikit meledak-ledak.Namun belum sempat Tengku Ammar mengatakan apapun, kepala Ratih tiba-tiba pusing. Dia berdiri dengan sempoyongan dan hampir jatuh. Melihat itu Tengku Ammar segera mendekat dengan curiga. Apa ini trik seorang gadis?Karena kepalanya sangat pusing, Ratih segera berjongkok di tanah. Ada apa dengan tubuhnya, dia sudah sarapan tadi pagi, kenapa tiba-tiba pusing?Tak lama kemudian rasa sakit tiba-tiba menyerang perut bagian bawahnya. Dia dengan cepat memegang perutnya s
Wajah Ratih memucat, tubuhnya terasa ingin pingsan lagi. Ketika dia tahu dia hamil, dunia sepertinya sudah berakhir. Bagaimana dia bisa pulang dengan bayi? Lagipula, apakah bayi ini diinginkan oleh Tengku Ammar? Mereka hanya terikat kontrak."Apa kamu tidak minum pil pagi itu?" Tengku Ammar bertanya."Pil?" Kening Ratih berkerut. Apakah itu pil aborsi?Melihat Ratih yang kebingungan, Tengku Ammar segera ingat bahwa gadis ini sangat awam tentang masalah ini. "Lupakan saja!" Dia melambaikan tangan tidak sabar."Bagaimana kita menyelesaikan ini?" Ratih bertanya dengan perasaan campur aduk. Sejujurnya dia sendiri sangat tidak siap untuk hamil, tapi dia perlu meminta pendapat Tengku Ammar. "Maksudmu?" Kening Tengku Ammar berkerut."Bantu aku mencari dokter aborsi." Dia segera menjawab.Aborsi? "Apa katamu?" Melihat Tengku Ammar melotot engan kaget, nyali Ratih sedikit menciut."Bukankah kamu hanya butuh istri tapi tidak butuh anak?" "Jangan bicara omong kosong!" Ujarnya dengan tatapan
Itu adalah seorang wanita yang anggun dan elegan. Dia tampak berusia awal empat puluhan, dan sosoknya sangat dingin. Dia adalah tipe penampilan yang akan membuat orang sangat terpana pada pandangan pertama. Lagipula, dia tampak sedikit familiar.Tidak tahu mengapa, tetapi ketika melihatnya, Ratih merasa sedikit malu dan segera bangkit. Setelah wanita itu masuk, dia menatapnya dan berkata dengan ringan,"Kamu pasti Ratih!"Ratih mengangguk, tetapi menatapnya dan bertanya dengan bingung,"Maaf, Anda ...?""Saya Nyonya Syah Alam.""Ah? Istri Tengku Ammar?” Ratih terkejut.Bukankah mereka mengatakan bahwa Tengku Ammar belum menikah? Bagaimana dia bisa punya istri?Wajah Nyonya Syah Alam menjadi gelap. Dia mengerutkan kening dan berkata,"Apakah ada yang salah dengan IQ-mu? Bagaimana mungkin Teuku Ammar jatuh cinta pada wanita sepertimu? Apakah informasi ini benar? Bagaimana mungkin selera anakku bisa seburuk itu?""Anda ibunya Tengku Ammar?" Ratih bahkan lebih terkejut."Tapi Anda terliha
Nyonya Ammar tidak tinggal lebih lama karena Ratih juga harus melalui prosedur pemeriksaan sebelum diizinkan keluar dari rumah sakit. Ketika dia keluar dan menghentikan taksi, dia melihat Abdul datang. Ia tidak menyangka akan melihat mobil yang dikenalnya terparkir di pinggir jalan.Ratih mengerutkan kening dan mengabaikannya saat dia berjalan mendekat.Orang-orang di dalam mobil bergegas membuka pintu dan mengejarnya."Ratih, ayo kita bicara," kata Abdul cemas.Ratih berhenti, berbalik, dan berkata sambil tersenyum dingin,"Apa yang harus kita bicarakan?""Ratih, mengapa kamu begitu kejam padaku?""Abdul, Aku berterima kasih padamu karena meminjamkanku kartu anggota terakhir kali, tetapi kamu membawa Miriam dan yang lainnya ke sana. Jangan bilang kalau kamu tidak punya niat lain."Dia bukan orang bodoh. Dia tahu itu saat melihat Miriam dan yang lainnya hari itu. Abdul melakukannya dengan sengaja. Dia tahu bahwa Ratih ada di sana, tetapi dia tetap membawa mereka bertiga ke sana. Dia i
Ratih tidak bisa menggerakkan kakinya, jadi dia hanya bisa melihat Nyonya Aziz meraih kursi rodanya dan memarahi Lina.Beberapa pelayan di rumah itu ingin bergerak untuk menolong Ratih namun Nyonya Shah alam membentak dengan ekspresi membunuh."Mari kita lihat siapa yang berani bergerak membantunya." Mendengar peringatan ini, para pelayan tidak berani bergerak. Bagaimana pun ini adalah Nyonya Besar, memecat mereka semudah mengalihkan tatapan."Nyonya Aziz, lepaskan aku. Jika itu adalah masalah passport, aku bisa menyelesaikannya sendiri. Aku tidak butuh bantuanmu. Lagipula bukankah aku sudah melunasi semua hutang-hutang padamu?"“Aku hanya berniat membantumu. Jangan duduk di kursi yang bukan milikmu. Kembalilah ke negeramu dengan baik.” Nyonya Aziz memarahi dengan marah.Nyonya Shah Alam mendengus mendengar ini,"Mengapa kamu melawan? Bagaimana mungkin wanita yang tidak berpendidikan dan dari keturunan rendahan sepertimu bisa menjadi menantu keluarga Shah Alam kita?"Nyonya Aziz henda
Mendengar itu Ratih sedikit tersedak. Dia tidak bisa menjawab. Belum lagi mereka mengira dia pura-pura hamil kemarin, sekarang dia sudah duduk di kursi roda meski masih bisa sembuh. Berapa banyak alasan yang dimiliki wanita itu agar dia menyerah?"Tapi…" dia ingin bilang bahwa dia masih hadir menghadiri kelas universitas di sore hari namun Tengku Ammar memotongnya dengan kesal."Apakah kamu masih mencoba berbohong padaku?”Ratih terkejut dan berkata,"Apa yang kamu tahu?"Bukankah pria ini sudah tau kalau dia sedang kuliah?Apa yang harus di sembunyikan?"Aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari orang sepertimu," Jawab Ratih dengan suara rendah. Tampak sedikit lelah.“Apa maksudmu?” Tengku Ammar bahkan lebih marah.“Bukankah sebelumnya aku pernah bilang bahwa aku tidak mengizinkanmu menghubunginya, tapi kau tetap saja terlibat dengannya. Apakah kamu begitu tergila-gila dengan uang?"Tengku Ammar bertanya dengan tatapan curiga.“Aku….” Ratih tidak bisa lagi menjawab."Mengapa kamu lebi
Pembantu?Mata Tengku Ammar berkilat kaget. Dia sudah tahu sejak awal, namun kapan Hafiz mengetahui rahasia ini? Tampaknya sebentar lagi berita paling panas di media ibukota akan mengangkat topic ini."Bagaimana kamu tahu dia pembantu?" Seberapa parah rumor itu telah menyebar?"Apa kau masih perlu bertanya? Siapa kau? Kau adalah Tengku Ammar, orang terkaya di empat negera bagian. Bagaimana orang sepertimu bisa terjebak dengan seorang pembantu?”Kali ini kata-kata Hafiz memang cukup tajam. Bukan saja karena dia peduli namun lebih karena sakit hati. Bagaimana adiknya yang cantik dan terpelajar bisa kalah dari seorang pembantu? Sungguh memalukan!“Itu bukan urusanmu!” Jawab Tengku Ammar muram.“Baiklah, Namun apa yang dia lakukan diluar? Sebagai istrimu, bukankah seharusnya dia mendapatkan apa pun yang dia inginkan? Tapi, sekarang dia ingin mendapatkan uang tambahan. Apa artinya ini? Apakah kamu tidak menafkahinya?” Lanjut Hafiz tanpa ampun. Namun setelah kata-kata itu selesai sebuah puk
"Apa ini tentang perceraian." Ratih duduk dan berkata dengan gelisah. Mereka baru saja bertempur semalam, bagaimana jika dia hamil lagi setelah mereka bercerai?Tengku Ammar mengerutkan kening dengan ekspresi muram,"Ratih, jangan lupakan perjanjian kita sebelumnya. Ngomong-ngomong, Kamu belum melihat klausul terakhir! Jika kamu berani menyebut-nyebut masalah perceraian, kamu harus membayarku 20 juta Ringgit sebagai ganti rugi atas hilangnya masa mudaku."“Apa??” Ratih melompat kaget."Tidak ada klausul seperti itu dalam kontrak. Aku melihatnya dengan jelas. Itu tidak mungkin.” Bantahnya seketika. Dia memeriksanya dengan teliti, oke!"Ruang kosong dibagian paling bawah itu bisa ditambahkan. Aku menambahkannya kemudian, jadi kamu pasti tidak tahu." Tengku Ammar mengakui kecurangannya tanpa malu-malu.Sudut mulut Ratih berkedut. Orang ini benar-benar tidak punya integritas!"Mengapa kamu melakukan ini?" Ratih bertanya dengan marah."Tentu saja untuk mengakhiri pikiran-pikiranmu yang kac
Dia pasti sudah mandi. Rambutnya tidak dicukur, jadi dibiarkan terurai menutupi dahinya.Hal ini membuatnya tampak jauh lebih muda dari biasanya, tetapi karena wajahnya yang buruk, ia tampak sedikit putus asa.Dari sudut pandang mana pun, itu tampak seperti bos bangkrut dalam drama TV.Dia berpikir bahwa sumber keuangan keluarga Shah Alam masih sangat banyak. Bagaimana mereka bisa bangkrut secepat ini? Tengku Ammar ingin marah, tetapi ketika dia mendengar dan melihat ekspresi khawatir gadis ini, dia tidak bisa marah.Dia begitu kesal hingga dia tertawa,"Apakah kamu akan senang jika aku bangkrut? Apakah kamu ingin aku bangkrut?” Tanyanya kesal."Tentu saja tidak. Aku hanya merasa kamu terlihat tidak sehat, jadi aku sedikit khawatir." Ratih segera menjelaskan.Tengku Ammar menarik napas dalam-dalam dan tiba-tiba tidak ingin membahas video itu. Dia berdiri menariknya ke sampingnya dan ingin merangkulnya. Namun dia segera mencium baud aging panggang dan sedikit bau minuman."Apa kamu pe
Hati Ratih sedikit tidak nyaman, tetapi dia juga merasa sedikit lega.Mereka berdua tidak cocok. Lebih baik mereka bercerai. Mereka tidak berutang apa pun kepada satu sama lain.Mari kita lihat kapan pria akan membicarakannya! Sekalipun dia hendak menceraikannya sekarang, Ratih tidak punya apa pun untuk dikatakan. Misi mereka sudah sedikit banyak berhasil.Namun, Tengku Ammar tidak mengatakan apa-apa, dia meminta Imran untuk membelikannya sekantong pakaian dan memintanya untuk berganti pakaian di kamar mandi. Imran bahkan tidak membelikannya pembalut.Ketika dia keluar, Tengku Ammar melepas jasnya dan mengikatkannya di pinggangnya.Ratih menolak dengan halus,"Itu akan mengotori pakaianmu.""Itu hanya pakaian," kata Tengku Ammar acuh tak acuh.Ratih menggigit bibirnya dan mengikuti di belakang Tengku Ammar.Ketika mereka masuk ke dalam mobil, dia mengira Tengku Ammar akan menyinggung soal perceraian, tetapi Tengku Ammar tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia memejamkan mata dan bersan
“Mengapa kamu tidak setuju dia menikah dengan Zarina?” Ratih mau tidak mau sedikit penasaran."Kamu tidak perlu peduli tentang itu.Dia lebih cantik darimu, punya bentuk tubuh yang lebih bagus darimu, lebih terdidik darimu, dan lebih cakap darimu.Terlebih lagi, mereka adalah kekasih masa kecil, dan memiliki hubungan yang dalam. Dia juga berasal dari keluarga baik-baik.”Jelasnya dengan bangga. Seharusnya Ratih merasa bahagia mendengar penjelasan itu. Tujuannya menikah sedikit banyak telah mencapai hal-hal baik."Lalu mengapa kamu tidak setuju? Kamu sebaiknya setuju saja," kata Ratih.Namun, bahkan jika Tengku Ammar ingin menceraikannya sekarang, dia tidak takut. Dengan uang yang diberikan Hafiz, dia akan mampu membiayai ibunya sampai akhir perawatannya.Namun, anak dalam perutnya … membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.Nyonya Shah Alam menggertakkan giginya, be
“Apakah dia kekasihmu?”Hafiz tertawa terbahak-bahak,"Nona Ratih memang pandai bercanda. Bagaimana kamu bisa tahu kalau dia adalah kekasihku?Dia hanyalah seorang wanita yang kukagumi. Sayang sekali seseorang memiliki perasaan padanya, tetapi dia tidak.”"Tetapi untuk menerima hadiah sebesar itu dari Tuan Hafiz, aku yakin dia akan tersentuh." Ratih menjamin.Wanita mana yang tidak akan terharu setelah menerima hadiah rumah? Hafiz ini benar-benar ahli. Metodenya sangat brilian."Itu belum tentu benar. Dia mungkin hanya mengucapkan terima kasih kepadaku." Hafiz mendesah.Ratih tersenyum malu. Dia hanya ingin menghasilkan uang dan tidak ingin mendengar kisah cinta Hafiz yang rumit.Beruntungnya, Hafiz tidak mengeluh karena naksir padanya. Hafiz mengeluarkan sebuah amplop tebal.“Komisi di awal.” Ujarnya murah hati. Ketika Ratih meliha
Mendengar itu, wajah Tengku Ammar bahkan tidak menunjukkan emosi apapun.“Hukum telah mengakuinya.” Jawabnya sederhana.Nyonya Shah Alam semakin marah ketika mendengar ini. Dia menunjuk ke arahnya dan berkata dengan marah,"Tengku Ammar, apakah kamu pikir kamu bisa mengabaikan ibumu sekarang setelah kamu dewasa?Kamu tidak memberi tahuku tentang hal besar seperti pernikahanmu, dan kamu tidak menggelar pesta pernikahan. Apakah kamu menganggapku sebagai ibumu?”"Jika kamu tidak datang sekarang, aku akan membawanya ke rumah besar untuk memperkenalkan diri hari ini dan memberitahumu tentang pernikahan kami," kata Tengku Ammar dengan tenang.Nyonya Shah Alam mendengus dingin,“Kamu baru saja mendapat surat nikah. Tengku Ammar, jangan pikir aku tidak tahu apa yang sedang kamu rencanakan.Kamu hanya menyimpan tempat untuk Zarina sehingga kamu bisa memberinya pesta perni