Share

part 11

Wajah Ratih memucat, tubuhnya terasa ingin pingsan lagi. Ketika dia tahu dia hamil, dunia sepertinya sudah berakhir. Bagaimana dia bisa pulang dengan bayi? Lagipula, apakah bayi ini diinginkan oleh Tengku Ammar? Mereka hanya terikat kontrak.

"Apa kamu tidak minum pil pagi itu?" Tengku Ammar bertanya.

"Pil?" Kening Ratih berkerut. Apakah itu pil aborsi?

Melihat Ratih yang kebingungan, Tengku Ammar segera ingat bahwa gadis ini sangat awam tentang masalah ini.

"Lupakan saja!" Dia melambaikan tangan tidak sabar.

"Bagaimana kita menyelesaikan ini?" Ratih bertanya dengan perasaan campur aduk. Sejujurnya dia sendiri sangat tidak siap untuk hamil, tapi dia perlu meminta pendapat Tengku Ammar.

"Maksudmu?" Kening Tengku Ammar berkerut.

"Bantu aku mencari dokter aborsi." Dia segera menjawab.

Aborsi?

"Apa katamu?" Melihat Tengku Ammar melotot engan kaget, nyali Ratih sedikit menciut.

"Bukankah kamu hanya butuh istri tapi tidak butuh anak?"

"Jangan bicara omong kosong!" Ujarnya dengan tatapan
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status