DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 62πππPOV YUNI"Ya udah jadi nggak ini Bapak mau pulang sekarang? Yuni tungguin loh ini. Kalau mau pulang hayuk.""Ya udah Yun, Bapak pulang aja deh sama kamu. Di sini juga 'kan udah ada si Fatan, biarin dia ajalah yang jaga istrinya.""Nah gitu dong. Lagian Bapak juga harus ngurus sawah 'kan? Bisa kekeringan sawah kita Pak, kalau Bapak terlalu lama di sini. Si Mala juga katanya mau pindah ke kontrakan, tapi dia masih nungguin Bapak.""Iya bener. Eh apa iya adikmu itu jadi pindah Yun? Kemana jadinya? Emang dia udah ada kontrakannya?""Ada. Soal itu itu Bapak gak usah khawatir.""Nggak loh Yun, Bapak tuh sebenernya khawatir karena takut dia nanti keseret seret, gak ada duit buat bayar kontrakannya, kamu tahu sendiri harga kontrakan di kota mahal banget, alhasil apa? Balik lagi aja ntar adikmu itu ke rumah. Kan percuma meningan udah diem aja di rumah sama kita, suruh dia gak usah pindah."Aku mengulum senyuman lebar pada bapak yang tampak sedang lesu."
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 63πππ"Yaa yang waktu itu kamu pernah ke sana," jawab Bang Wija apa adanya. Tanpa dia tahu sebenernya aku lagi pamer tipis-tipis sama Mbak Jessica. Haha yakin deh kalau suami tahu aku lagi pamer, habis ini aku bakal diceramahin."Asiik. Kalau gitu ayo ah sekarang aja. Tapi bentar deng, Yuni mau ambilin baju dulu buat Ibu." Gegas aku bangkit dan pergi ke kamar ibu.Aku harap Mbak Jessica itu mulai kepanasan."Yuni."Kaaan bener dia nyamperin. Yakin deh dia mulai kepanasan."Hm apa sih?" ketusku."Rumah siapa yang tadi kamu omongin itu, hah? Sengaja kamu mau manas-mansin, Mbak? Asal kamu tahu ya Yuni, Mbak tuh gak akan iri sama apa yang kamu punya itu, karena Mbak yakin apa yang kamu punya gak akan ada apa-apanya sama apa yang Mbak miliki. Paham?""Apa sih, ya udah," ketusku lalu pergi setelah menaruh tas berisi baju ibu di atas kasur."Dasar kurang ajar. Awas aja kamu Yuni. Sok sokan punya rumah gede palingan juga cuma rumah subsidi, gak beda jauh sama
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 64πππ"Hilih mobil kredit aja kamu bangga-banggain," ketusnya."Sorry ya Bu, emangnya Mbak Jessica punya mobil aja mesti kredit? Lihat doong plat nomornya, ini mobil dah lunas," tandasku seraya gegas masuk ke dalam mobil.Ibu meremas jari jemarinya sambil mendesah menahan kesal, "dasar anak gak tahu diuntung. Baru punya segitu aja sombong."Gak aneh emang, selaluu itu yang ibu omongin ke aku. Anak gak tahu diuntunglah, anak gak tahu dirilah, pembangkanglah dan lainnya yang membuat hati serta telingaku sakit saat mendengarnya.Heran emang. Salah aku tuh apa sih sebenernya? Rasa-rasanya saat aku kecil aku gak pernah tuh ngerasa jadi anak pembangkang, aku selalu nurutin apapun kemauan ibu, beres-beres rumah, dagang cilok sepulamg sekolah. Aku juga bahkan udah banyak banget ngalah selama ini saat ibu memperlakukan kami secara gak adil.Aku selalu berusaha banget jadi anak yang baik buat ibu meski dia cuma ibu sambungku tapi teteeep aja menurut ibu aku se
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 65πππBang Wija disuruh kawin sama si Nayla? Ya Tuhan. Engaaak! Jangan sampe mimpi buruk ini jadi nyata."Saya yakin Nayla juga akan setuju kalau kamu yang jadi suaminya Wijaya," kata Nyonya Kinanti lagi sambil menatap mata Bang Wija lekat.Bang Wija baru akan bicara saat aku refleks teriak."Enggak Nyonya!"Mereka menoleh."Yun, Ab-""Maaf Nyonya, saya tahu suami saya sudah sedekat itu dengan Nayla sampai-sampai suami saya sudah menganggap Nayla adalah adiknya sendiri, tapi maaf, kalau untuk menjadikannya istri alias madu saya, rasanya saya yang akan menolaknya mentah-mentah," ungkapku memotong ucapan Bang Wija.Nyonya Kinanti menarik napas berat, beliau lalu mengajakku duduk di sofa."Ayo Nak, kita harus bicara sebentar di sofa."Bang Wija mengekor kami."Yuni, saya tahu, gak akan ada satu orang pun wanita yang mau dimadu, tapi ... lihat semua ini Yuni." Nyonya Kinanti merentangkan kedua tangannya, lalu menatap ke setiap sudut rumah ini dengan niat
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 66πππJujur ya, aku ngeri kalau kami bawa duit segitu banyak. Cash pula. Tahu sendiri gimana gak amannya apa-apa yang disimpen di rumah tuh, risikonya kalau gak dipaling ya mungkin kebakaran atau ... ah amit-amitlah pokoknya."Nyonya Kinanti nyuruh Abang bawa dulu uangnya Yun, ya dari pada Abang simpen di mobil 'kan?"Aku menggigit bibir. Apalagi di mobil, makin bahaya aja. Bisa-bisa tar malem aku gak bisa tidur nyenyak gara-gara keingetan mulu sama itu duit. Jangankan duit yang gampang dibawanya, mobil segede gaban yang susah dibawanya aja bisa dibawa lari dengan mudah kalau sama yang ahlinya. Ahli pencurian maksudnya. Hadeeh."Ah ya udah ayok, tapi inget ya, jangan sampe ada yang tahu kalau tas itu isinya duit semua, jangan pokoknya termasuk Bapak, gak boleh," tegasku."Loh kenapa? Gak percaya tah kamu sama Bapak Yun?"Aku mengecap bibir, "ck Abang nih kalau ngomong asal napa sih. Yuni tuh bukan gak percaya sama Bapak kali Bang, tapi kalau Bapak sam
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 67πππ"Bapak tega." Aku gegas pergi ke kamar sambil terisak-isak."Yuuun.""Tega tega. Kau yang tega Yuni, kau larang-larang itu Bapakmu mau bantu biaya rumah sakit Mbakmu, apa hakmu? Pake bilang Bapakmu tega, orang yang udah di alam kubur ya sudah lupain gak usah kau ingat-ingat terus, paham!" teriak Ibu dari luar.Hati ini makin sakit aja rasanya."Yuun, ada apa? Kamu kenapa nangis begini Yun?" Suami yang sedang tiduran gegas bangkit saat melihatku masuk kamar sambil terisak-isak."Bapak Bang, Bapak mau jual rumah ini, Yuni gak mau Bang, Yuni sedih, rumah ini adalah rumah satu-satunya peninggalan almarhumah Ibu, masa iya mau dijual juga sama Bapak, nanti kalau Yuni dan si Mala kangen sama almarhumah Ibu gimana?" Aku mencecar, mengeluarkan semua yang terlintas di kepalaku sambil terus terisak-isak."Oh gitu, sabaar ... sabaar. Tenang dulu, sebentar Abang ambilkan kamu minum dulu." Gegas Bang Wija bangkit mengambil air ke belakang."Kamu itu jangan su
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 68πππIbu senyum remeh, " ya udah kalau beneran mau kamu yang beli, maka duitnya harus secepatnya ada, karena kalau kelamaan Ibu gak bisa jamin, rumah itu bakal Ibu tawarin ke orang lain," tandasnya lalu pergi masuk ke dalam rumah.Aku mengatur napas yang menderu."Yuun, kamu itu, bukannya jangan mau kalau ibumu itu ngomong 700 juta, rum-""Yuni kecewa sama, Bapak," potongku. Untuk pertamakalinya aku males ngomong sama bapak sampe kaki ini tega melangkah ke dalam sebelum Bapak selesai bicara.Ah gak tahulah, pokoknya aku kesel banget. Gegas aku masuk ke kamar."Yuni udah deal Bang, rumah ini akan Yuni beli dengan harga 700 juta.""700 juta?" Bang Wija terperangah."Iya, kenapa? Mahal?""Lumayan Yun. Emang kamu punya uangnya?" Dia nanya sambil nyengir dan garuk-garuk.Mendadak diam. Denger pertanyaan Bang Wija aku baru ngeuh duitku cuma ada 150 juta, terus sisanya 550 juta itu dari mana? Astaga. Kok bisa-bisanya aku kebawa emosi maen dal dil aja tadi s
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 69πππ"Apa? Abang nih ngomong apa?" Aku terkejut bukan main."Uangnya gak ada soalnya Yun," katanya lagi seraya menunjukan tas yang isinya memang sudah kosong melompong itu."Uangnya gak ada? Abang yakin? Abang pindahin ke tempat lain kali, terus Abang lupa nyimpen." Aku buru-buru mengunci pintu kamar dari dalam, takut takut ada yang dengar obrolan kami."Abang pindahin kemana Yuniii? Uangnya emang Abang taro di sini, di atas lemari baju, dari kemaren sore Abang gak pindahin kemana-mana kok.""Ya ampun terus kemana uangnya, Bang?" Dengan jantung yang mendadak tak karuan cepat aku naik ke atas kasur untuk menengok barangkali duitnya berceceran di atas lemari, tapi nihil.Ya Tuhan, terus kemana duitnya?"Tadi pagi saat Abang mau kerja, Abang cek lagi gak duitnya?""Nggak Yun, Abang gak cek lagi. Karena Abang pikir duitnya aman di sana.""Ish Abang nih ceroboh amat sih, udah tahu itu duit orang, bisa-bisanya ditaro sembarangan." Aku mulai kesal.Bang Wij
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 91 πππSi Nayla mengangguk dan cepat mundur bersamaku. Sementara aku mempersilakan dua orang polisi itu untuk maju ke depan pintu.Tok tok tok!Musik terdengar dimatikan."Siapa sih ganggu aja? Si Inem pasti nih," gerutu mantan Ibu tiriku di dalam.Tok tok tok."Bentaaar! Sabar kenap-" Ucapannya terhenti saat ibu membuka pintu dan dia langsung melihat dua orang polisi tengah berdiri di depannya."Oh saya kira siapa. Ada apa ya, Pak?" tanyanya dengan nada suara yang melandai."Maaf apa Ibu yang bernama Ibu Halimah?""Y-a, kenapa?""Anda kami tangkap!""Ap-pa?!" Dia tampak terkejut bukan main. "Saya ditangkap? Kenapa? Apa salah saya, Pak? Kalian salah orang kali ah," cecarnya. Aku menangkap kecemasan pada nada bicaranya."Mohon kooperatif, Anda kami tangkap atas dugaan tindak kejahatan yang telah Anda lakukan, Anda sengaja membakar rumah Saudari Nayla ini dengan motif tertentu," terang petugas itu sambil dengan paksa memakaikan borgol di kedua pergelan
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 Bπππ***Setelah aku dibebaskan oleh si Nayla langsung yang segaja pulang dari Belanda, kami lanjut menjemput Nyonya Kinanti dari rumah sakit. Hari ini beliau diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Setelah mengurus administrasi, kami lalu dijemput Bang Wija di depan rumah sakit.Hah, aku bersyukur setelah seminggu di kurung akhirnya aku dibebaskan. Kalau bukan karena kebaikan hati Nyonya Kinanti yang terus membujuk si Nayla, mungkin kasus ini masih membelengguku. Pasalnya para petugas itu benar-benar lambat dalam menangani kasus kebakaran yang dilaporkan si Nayla itu. Sampai aku ngerasa waktuku terbuang sia-sia hanya untuk menunggu mereka mencari bukti."Mbak, sekali lagi aku minta maaf ya, aku cuma cemas aja saat aku diberitahu soal kondisi yang terjadi di rumah, apalagi saat aku dengar soal kondisi Ibu, aku udah gak bisa mikir apa-apa. Aku nyalahin kamu saat itu karena memang kamu 'kan yang bertanggung jawab di rumah. Belum lagi
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 Aπππ"Loh loh ya Ibu nggak bakalan diciduk dong Na, kamu 'kan tahu siapa yang akan jadi tumbalnya."Keningku mengerut. Yang akan jadi tumbalnya? Maksud dia apa?"Yuuun!"Aku berbalik dan cepat-cepat menjauh dari teras paviliun saat Bang Wija memanggilku di dapur. Gawat kalau sampai suamiku tahu aku sedang ada di pavilun hendak melabrak dua orang jahat itu, bisa-bisa Bang Wija ceramah lagi. Bisa ribet dah urusannya.Setelah kusembunyikan gelang itu pada saku cardiganku, aku gegas menghampiri Bang Wija."Ya, Baaang.""Kamu pulang toh Yun?""Iya Bang, Yuni mau lihat kondisi rumah sebentar. Oh ya, Abang belum berangkat kerja?""Udah Yun, ini Abang balik lagi karena ada yang ketinggalan."Mulutku membola, lalu kuelus lengannya, "lain kali dinget-inget dong, ketinggalan mulu perasaan."Dia nyengir. Kamipun jalan ke ruang depan, niat hati mau mengantarnya berangkat lagi, tapi kedatangan dua orang polisi yang sudah berdiri di depan pintu membuat langkah ka
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 Bπππ"Siap, Nyonya." Mbak Inem mengangkat kedua jempolnya lalu gegas pulang naik taksi.***"Hallo Mbak Inem, ada apa?" Pagi-pagi sekali Mbak sudah telepon."Nya, ada kabar penting. Semalam pas Inem pulang dari rumah ke paviliun, Inem denger si Bibik pegawai baru itu lagi cekikikan sama anak perempuannya. Gak jelas sih apa yang mereka ketawain, tapi yang Inem tangkep sih kayaknya mereka ngerasa puas banget karena Nyonya Kinanti masuk rumah sakit. Oh ya, saat Inem datang dari rumah sakit juga si Bibik itu juga langsung nanya-nanya soal kondisinya Nyonya Kinanti. Tapi anehnya, Inem kok ngelihat dia gak ada rasa khawatir-khawatirnya atau gimana gitu layaknya orang yang habis kena musibah," tutur Mbak Inem panjang lebar.Sontak saja tanganku mengepal. Bener dugaanku, pasti gak salah lagi, ini adalah ulah mantan ibu tiriku. Astaga kejam banget dia. Terbuat dari apa hatinya itu? Udah baik kuberi dia kesempatan, tapi malah dia sia-siakan. Oke, aku gak ak
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 Aπππ"Ya Tuhan, semoga Nyonya Kinanti baik-baik aja."Bang Wija cepat menyalakan APAR, dan tak lama dari itu Inem juga datang bersama Pak Wahyu yang juga membawa alat pemadam yang serupa. "Cepat telepon pemadam Nem, takut apinya makin membesar!" titah Bang Wija agak teriak.Inem mengangguk dan gegas lari ke arah meja telepon. Sementara aku yang mendadak lemas hanya bisa teriak-teriak memanggil Nyonya Kinanti."Ada apa ini Yun?" Bapak datang dengan wajah cemas."Kebakaran Pak, gas meledak kata Mbak Inem, Nyonya Kinanti di dalem.""Ya Allah terus gimana?""Banyak asap Pak, jangan ke sini, Bapak tunggu di depan aja. Bang Wija sama Pak Wahyu lagi coba memadamkan apinya kok." Cepat kubawa Bapak kembali ke ruangan depan.Setelah itu aku buru-buru balik lagi ke dapur. Untunglah saat aku kembali ke sana Nyonya Kinanti sudah berhasil diselamatkan meski sudah dalam keadaan pingsan dan terdapat beberapa luka bakar di wajah dan tubuhnya. "Ya ampun Nyonya Ki
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 Bπππ"Kurang sabar dan masih seneng ngomel, itu yang bikin kesel. Jangankan si Yuni sama Bapak, Viona aja kesel dengernya Ibu ngomel-ngomel gini," ketus Mbak Viona.Ibu diam. Kullihat dari kaca dia menyilangkan kedua tangannya untuk menahan kekesalan. Sementara aku cekikikan puas, mantan ibu tiriku iti lagi terbakar api cemburu rupanya, aih kayak ABG aja.Setelah puas mengintip, aku gegas kembali ke dapur mengambil jus kemasan dan membawanya ke gazebo. "Loh udah selesai tah belajar ngajinya?""Selesai Yun, istirahat dulu. Udah mau Dzuhur," jawab Bapak.Kamipun minum jus sebentar, setelah itu pergi ke masjid dekat rumah bersama Nyonya Kinanti juga. Rencana di sana Nyonya Kinanti ingin dituntun membaca Syahadat oleh pemuka agama yang biasanya juga menjadi imam masjid."Oh kalian di teras rupanya? Tolong beresin bekas minum kami di gazebo ya," titahku pada Ibu dan Mbak Viona, sebelum kami berangkat ke masjid.Aku tak melihat lagi bagaimana ekspresi w
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 AπππBiarin, aku sengaja bergurau di depan mantan ibu tiriku untuk membuatnya sadar. Pede banget tadi dia coba rayu-rayu bapak, kukenalkan dia sama wanita yang jauh lebih berkelas dan lebih segalanya baru tahu rasa tuh. Minder minder dah."Kamu nih bercanda terus, gak enak sama Nyonya Kinanti." Bapak menyikut lenganku. Aku nyengir."Duduk Nyonya." Bapak mempersilakan Nyonya Kinanti duduk di bangku yang bersisian dengannya."Terimakasih. Saya senang sama Yuni, karena dia punya selera humor yang tinggi." Nyonya Kinanti berbasa-basi."Ibu ngapain masih di sini? Sana lanjutin kerjaan rumah. Rumah masih belum divacum gitu malah ditinggalin," ketusku pada ibu.Tanpa bicara atau menolak lagi, gegas ia pun ke depan meski dengan wajah yang udah ditekuk."Saya pikir Nyonya dateng agak siang, tahunya pagi-pagi udah sampe aja." Aku membuka obrolan."Iya nih Yun, sengaja saya dateng pagi-pagi, tadinya mau ketemu orang dulu tapi eeh orang yang mau diajak ketemu
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 Bπππ"Padahal Inem udah bangunin terus Nya, tapi Bu Halimah ini ngeyel, dirasa tidur di hotel kali," timpal Inem kesal.Semua pekerja rumah memang biasanya ditempatkan tidur di paviliun belakang, makanya Inem tahu alasan hari ini mantan ibu tiriku itu telat masuk ke istana. Ngakunya sih kepala sakit, tapi kata Inem semalaman Ibu nonton tv sampai menjelang pagi. Hmm emang dah gak bener nih orang, andai bukan karena rasa iba dan permintaan bapak kemarin, aku ogah berurusan sama mantan ibu tiriku ini."Tolonglah Yun, rumah ini gede, gak akan sempit walau nanti kami numpang tinggal beberapa bulan aja sampe kaki Mbak sembuh," rengek Mbak Viona kemarin.Aku mengerling malas. Aih, mereka kok malah maksa sih? Kayaknya bener dugaanku deh, mereka datang bukan cuma murni mau minta maaf dan mengakui kesalahan mereka tapi karena mereka ada keinginan tinggal di sini. Buktinya mereka maksa gitu. Heuh kesel."Maaf Mbak, tapi rumah ini gak bisa sembarang asal neri
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 AπππJangan-jangan mereka lagi ngefrank nih, mereka itu kan banyak akal bulusnya."Ibu ngaku salah selama ini sama kamu Yuni, Ibu ngaku udah memperlakukan kamu dengan cara enggak baik. Tapi asal kamu tahu Yuni, Ibu udah mendapatkan balasannya. Kamu lihat sendiri sekarang Ibu gimana, Ibu terlunta-lunta, Ibu dan Mbakmu ini persis kayak gembel, diusir dari satu tempat ke tempat lainnya. Kami bener-bener merasakan pembalasan dari perbuatan kami selama ini Yun," tutur Ibu lagi. Wanita itu lalu bangkit sambil terus menatapku lekat, kemudian menggenggam tanganku paksa."Tolong maafkan Ibu Yun, Ibu ingat ceramah seorang ustaz seminggu lalu, katanya perbuatan jahat kita pada anak yatim atau piatu pasti akan mendapatkan balasannya, baik di dunia maupun di akhirat. Ibu takut semua ini adalah azab Yun, karena itu Ibu datang ke sini untuk meminta maaf sama kamu."Aku menarik tanganku kasar saat ibu tak henti-hentinya bicara."Kami tahu kesalahan kami terlalu be