Share

Bab 4

Penulis: Ricny
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-29 16:20:52

DIKIRA SUAMI PENGANGGURAN

Bab 4

πŸ€πŸ€πŸ€

Hah? Aku melongo sendiri. Kuteliti suamiku yang hanya pakai kolor, kaos putih dan sandal jepit itu. Dia punya kartu debit? Kok bisa? Selama ini kupikir dia buta pengetahuan, secara katanya suamiku dari desa pedalaman.

"Bisa bisa, Mas," jawab si Mbak itu sambil senyum sumringah.

Suamipun memberikan kartu debitnya. Setelah selesai membayar tagihan baju segera kutarik dia keluar.

"Itu kartunya punya siapa, Bang?"

"Punya Abanglah, kau pikir kartu beginian bisa pakai rame-rame?" kekehnya.

Lagi-lagi aku bengong. 

"Abang gak pernah bilang Abang punya kartu begituan."

"Kamu gak pernah nanya Yun, udah ah lagian buat apa juga? Kan yang penting Abang kasih duit sama kamu."

"Eh tapi itu isinya hanyak enggak, Bang?" tanyaku lagi.

"Dikit Yun, tapi untungnya cukup buat bayarin bajumu tadi," jawabnya sambil cengengesan. Aku menjebik.

"Kirain banyak, huh."

Tak lama angkot yang kami tunggu pun datang.

"Abang turun sebentar di tempat yang tadi ya Yun, kasihan mereka masih di sana pasti," pintanya kemudian.

"Kagak usah, apaan sih, gak gelas banget."

Akhirnya suami hanya bisa pasrah sampai kami tiba di rumah.

"Diem di rumah, jangan balik lagi ke tempat gak jelas itu, Abang paham?" tegasku.

"Iya iya," jawabnya pasrah.

Suami lalu masuk ke dalam kamar, sementara aku membawa kue kering ke dapur.

Di dapur rupanya sedang ada Mbak Viona, tak sengaja aku juga dengar dia lagi ngobrol sama ibu.

"Mayan Bu, sisanya beliin emas atau baju aja buat kita, entar 'kan mau ada organ tunggal tuh, otomatis kita butuh baju ganti."

"Iya kamu tenang aja kenapa sih? Nih Ibu lagi hitung budgetnya biar lebihnya banyak," kata Ibu.

Mataku menyipit penuh selidik, mereka lagi ngobrolin apaan sih? Kok kedengerannya serius banget. Iseng, akhirnya kudengarkan obrolan mereka di balik tembok.

"Ngomong-ngomong Bu, warung kelontong Ibu akhirnya dipindah kemana?" tanya Mbak Viona lagi.

Aku terbelalak, mendadak dadaku juga bergemuruh. Warung kelontong ibu? Maksudnya warung yang mana ya? Apa selama ini ibu punya warung dan kami gak tahu?

"Dipindah ke Jakarta pusat, di sana 'kan rame 24 jam, gak kayak di Bekasi, sepi."

Aku makin penasaran, kutempelkan punggungku pada tembok pembatas antara dapur dan ruang keluarga itu. 

"Tapi Ibu pinter loh, Viona pikir rencananya bakal gagal mengingat si Yuni udah kawin, Viona pikir dia bakal lebih teliti saat Ibu bilang semua modal warung itu dipaling si Asep, tapi ternyata enggak, dia masih aja bodoh dan gak tahu apa-apa, haha." Mbak Viona tertawa puas. 

Ooh, jadi begitu ya? Selama ini rupanya ibu tiriku adalah dalangnya. Warung kelontong itu ternyata gak dicuri si Asep tapi dicuri ibu tiriku sendiri.

Dasar bedebah, gila, beraninya ibu tiriku lakuin ini sama aku, Mala dan bapak. Dia buat seolah-olah kami gak berdaya lagi, supaya kami merasa gak enak hati dan gak banyak nuntut. Kurang ajar!

"Iya, tapi Ibu heran, niat Ibu 'kan bilang warung itu gak ada supaya kita gak usah ada hajatan lagi, buang-buang duit aja, eeh malah suaminya si Yuni ngasih duit banyak banget, Ibu heran, penasaran juga dia dapat duit sebanyak itu dari mana ya Na?" Ibu bicara lagi.

Aku kembali menajamkan telinga.

"Gak tahu juga sih, bukannya si Wija itu pengangguran ya?"

"Iya pengangguran, males banget pula."

"Mungkin dia punya warisan, Bu."

"Bisa jadi, tapi apa sebanyak itu? Kemaren waktu dia nikah sama si Yuni 'kan dia juga yang bayarin semuanya, masa iya duit warisan gak habis-habis, sebanyak apa emang ya warisannya?"

Aku terbelalak mendengar ucapan ibu, mataku melotot dengan tangan yang refleks mengepal.

Bener-bener kurang ajar, gak tahu malu, jadi kemarin yang bayarin acara hajatan kami itu Bang Wijakupra? Terus kenapa kemarin saat kumpulan sodara-sodara tiriku bilang mereka nyumbang gede? Sampe mereka gak bersedia nyumbang acaranya si Mala.

Kenapa sih mereka itu sok banget jadi orang? Tingkahnya kayak orang yang peduli sama aku dan Mala, tapi rupanya mereka masa bodoh. Mereka sengaja gak mau adain hajatan supaya duit mereka gak boncos. Dasar keluarga tiri, gak ada yang tulus satupun. 

Hiiih gedeg banget aku. Awas aja kalian, kalian belum tahu siapa Yuni sebetulnya. Terus itu lagi Bang Wija, kenapa dia gak cerita kalau dia yang bayarin hajatan nikahan kami? Wah bener-bener ya itu orang mesti banget aku kasih pelajaran.

"Palingan ini yang terakhir Bu, si Wija itu udah gak bakal punya duit lagi, lihat aja."

"Iya kali."

"Untung kemaren kita main sandiwara Bu, kalau enggak, mungkin duit si Wija itu bakal dibeliin tanah dan si Yuni akhirnya bakal bangun rumah," kata Mbak Viona lagi.

Keningku kembali mengerut. Apalagi ini? Mereka mau bahas apa lagi? Seneng banget mereka ngegosip rupanya.

"Iya untung aja, sebenernya Ibu juga udah jengah dia ada di rumah ini, apalagi si Yuni itu udah nikah, tapi kalau sampe dia pindah dan akhirnya mampu bikin rumah, Ibu juga gak rela sih, soalnya kamu, mbakmu dan abangmu pasti bakal kalah saing."

Hah? Bener-bener keterlaluan. Aku pikir ibu gak pernah permasalahkan aku dan suami yang masih numpang di sini karena ibu tulus sayang sama kami, tapi rupanya dia ada maksud tersendiri.

Ibu tiriku itu gak mau kalau sampai aku terlihat lebih wah dibanding anak-anaknya.

"Eh tapi Ibu juga gemes sih sebetulnya,  gak sabar pengen cepet-cepet pindah alihkan surat-surat rumah ini atas nama Ibu," ujar Ibu lagi. Aku kembali menyimak walau rahangku sudah mengerat hebat.

"Ya pindahin aja Bu, kenapa emangnya? Kalau udah pindah nama 'kan enak, sewaktu-waktu ada apa-apa kita gampang ambil."

"Kamu ini gimana sih Viona? Kalau Ibu suruh tanda tangan itu bapakmu sekarang ya pasti dia bakal ngomonglah sama anaknya, makanya Ibu belum berani kalau kedua anaknya masih di rumah ini, apalagi si Yuni, dia bakal banyak tanya," jawab Ibu lagi.

"Ya suruh aja si Yuni ngontrak Bu, apa susahnya?"

"Gak bisa Viona, Ibu gak punya alesannya, makanya Ibu nunggu si Mala nikah dulu, biar nanti Ibu bisa kasih alesan kenapa si Yuni harus ngontrak, ya karena di rumah ini sekarang udah ada 3 kepala keluarga, gak bagus hidup dalam satu atap, begitu."

"Oh gitu ya, Bu."

"Iya makanya kamu doain dong, biar semuanya lancar, itu si Mala cepet kawin dan Yuni ngontak rumah, akhirnya Ibu gampang deh nyuruh bapak tanda tangan surat balik namanya."

"Iye Viona doain tapi Viona minta bagian yak, Bu, haha."

"Dasar rakus, udah Ibu kasih modal warung juga dulu kamu tuh."

Lagi-lagi aku terbelalak, bener 'kan apa kataku? Mereka itu busuk, semua usaha bapak enggak dijual untuk biaya pendidikan kami, tapi dijual untuk hidup hedon mereka. Keterlaluan, awas saja kalian. 

Kudengar mereka masih tertawa sambil melanjutkan obrolan mereka yang makin seru itu.

Sementara aku yang geram karena sudah mengetahui akal busuk mereka, cepat menampakan diri.

"Ini Bu kue nya."

Brrukk!

Kutaruh plastik kue itu sembarangan.

"Heh kamu tuh, udah gak ucap salam, kue main dilempar aja, udah tahu itu kue kering, kalau ancur gimana?" Ibu emosi, matanya melotot seperti biasa.

Ibu tiriku memang begitu, kalau lagi ngomong sama aku dan Mala, gak ada lembut-lembutnya secuilpun.

"Ancur? Ya tinggal beli lagilah, gitu aja repot, dana hajatan 'kan gede," tandasku seraya pergi dari hadapan mereka.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siti Aminah
yah sibpk dan anak2nya dibodohin sma istrinya jahatnya author buat si yuni pinter donk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 5

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 5πŸ€πŸ€πŸ€Aku pun balik ke kamar. Di sana suami sedang sibuk mengotak-ngatik ponselnya sambil tiduran."Abang!"Ia diam, masih saja sibuk."Abang!" panggilku agak kencang."Iya Yun, kenapa? Kamu tuh kalau ngomong ya pelan-pelan aja kenapa sih?" protesnya."Lagian Abang tuh dipanggil-panggil diem aja. Lagi apa sih? Gak lihat apa istrinya lagi kesel begini," balasku.Suami bangkit."Kesel kenapa lagi sih Yun? Kan Abang ada di rumah, gak kemana-mana.""Hiiih geer bener, Yuni bukan kesel karena masalah itu, tapi Yuni kesel karena si ibu tiri itu ternyata jahat banget."Suami menggeleng kepala."Kamu itu Yun, hidup itu yang rukun kenapa sih? Sama ibu sendiri kok begitu.""Bukan, enak aja, dia bukan ibu Yuni," sanggahku kesal."Ya terus ibunya siapa? Lah wong bapakmu yang nikah sama dia.""Iiiih Abang, Yuni tuh kesel sama ibu, Abang tahu gak? Tadi Yuni denger mereka lagi ngobrol panjang lebar, Abang tahu gak apa yang mereka bahas?"Suami menggelengkan kepalanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29
  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 6

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 6πŸ€πŸ€πŸ€"Ya serius dong Yun, kamu nih."Kutegakan kedua bahunya, "Abang coba Abang tatap Yuni," titahku serius. Aku ingin lihat dia itu sedang bercanda apa enggak sih sebenarnya."Apa?""Abang bercanda ya? Ini sama sekali gak lucu Abang, malah Yuni tuh kesel kalau Abang bercanda kek begini."Suami mengembuskan napas lelah."Kamu nih kok gak percayaan banget sama Abang Yun? Abang harus bilang apa biar kamu ini percaya? Abang gak bohong ini."Waduh, kalau dilihat dari ucapan dan raut wajahnya suamiku emang lagi gak bohong sih, dia ngomongnya serius banget, tapi masa iya dia punya rumah kontrakan?Jujur aku gak kenal banyak soal suamiku ini. Kenal sebulan pedekate, udah gitu langsung nikah.Tapi yang kutahu sih dia orang baik karena dia pernah nolongin aku dari para pemuda iseng saat aku pulang kerja.Katanya Bang Wija itu dari Kuningan Jawa Barat, kedua orang tuanya sudah meninggal, hidup di kota sebatang kara karena merantau sejak dulu, aku kenal dia saat

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 7

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 7πŸ€πŸ€πŸ€Suami malah tertawa."Kalem aja, bos nya baik," katanya sambil mengambilkan segelas air untukku dari atas meja."Hih Abang jangan dikasih ke Yuni, kalau bos nya marah gimana?" tolakku cepat."Ambil aja, kamu minum aja dulu Yun, bos nya baik kok."Mataku menatapnya serius."Kamu gak percaya?""Enggak.""Hah ya sudah, Abang keluar sebentar, kamu tunggu di sini dulu ya.""Aih Abang jangan tinggalin Yuni." Kutarik lagi tangannya itu."Gak apa-apa Yun, sebentar aja, cuma ke ruangan sebelah kok, tunggu ya, bos Abang lagi nunggu di sana."Mau tak mau akhirnya aku mengalah juga. Kubiarkan suami pergi ke ruangan sebelah dan aku kembali duduk bersender di sofa ruangan itu.Lama menunggu sampai pegel, aku pun bangkit untuk berjalan-jalan kecil. Saat meregangkan otot itu tak sengaja kulihat foto kecil di atas meja kerja di ruang itu.Di dalam foto itu tampak suamiku bersama seorang pria paruh baya sedang saling merangkul. Tampaknya orang itu dekat sekali den

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 8

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 8πŸ€πŸ€πŸ€Si Sasha itu hanya tersenyum menampailkan deretan gigi-giginya yang putih mengkilap kayak model iklan odol.Kami pun akhirnya makan meski moodku udah anjlok banget."Bapak tahu gak? Di kantin ini udah banyak banget menu baru selama Bapak cuti, nih salah satunya tteokbokki, mau cobain?" Wanita itu mulai bicara sambil menyodorkan mangkuknya ke arah suamiku.Suami cepat membuka telapak tangannya dan mendorong lagi mangkuk berisi makanan Korea itu ke arahnya."Gak usah Sas.""Loh kenapa? Bapak 'kan suka banget makanan Korea begini."Keningku mengerut. Jadi suamiku suka makanan Korea toh? Baru tahu aku, haih belagak banget Bang Wija, mana gak pernah bilang-bilang pula."Iya, tapi kalau saya mau nanti saya pesan aja," jawab suamiku ramah.Ini nih yang bikin aku gedeg juga. Suamiku itu kayaknya kelewat ramah dah, makanya si cewek genit ini terus aja ngemeng kayak caper gitu sama laki gue, hih."Oh oke, Bapak tumben pesen mie ayam? Setelah cuti kok seler

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 9

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 9πŸ€πŸ€πŸ€"Ya bisalah, makanya ini Yuni minta duitnya karena mau Yuni urus semuanya, sini buruan gak usah banyak alesan, atau duitnya emang udah gak ada?" Ibu menyeringai, keningnya mendadak basah dengan keringat."Apaan sih, kurang ajar banget emang ya kamu, suka banget nuduh-nuduh Ibu.""Ya udah kalau ngerasa duitnya masih ada sini buruan kasih ke Yuni, Yuni mau urus semuanya," desakku lagi.Ibu pun menghentakan kakinya dan pergi ke dalam kamar. Cepat kuikuti sampai di depan pintu."Nih," katanya sambil memberikan sejumlah uang entah berapa, tapi yang jelas uang itu tak sebanyak yang diberikan oleh suamiku kemarin.Tak mau habis akal, cepat kuhitung semuanya."Oke 40 juta, bon pelaminan sama tenda nya mana?" tanyaku lagi sambil membuka telapak tangan."Gak ada," jawabnya pendek. Keningku mengerut, "gak ada? Maksudnya?""Belom dipesenin gak ada waktu.""Belom dipesenin? Tadi Ibu bohong dong?""Hmm," ketusnya."Ya terus ini duit 80 juta sisanya mana?"Ib

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 10

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 10πŸ€πŸ€πŸ€Aku pun pergi lagi ke belakang, niat hati mau mandi tapi melihat ada nasi goreng sepiring muncung di atas meja makan perutku jadi lapar.Cepat kumakan nasi itu, gak peduli walau ibu bakal marah karena nasi untuk anaknya kuhabiskan tanpa sisa.Selesai makan, ibu kedengarannya sedang memilih sayuran di depan rumah, syukurlah aku jadi gak perlu ribut-ribut saat makan tadi haha."Mandi ah sebelum ibu ke sini," ucapku senang sambil menyampirkan handuk di pundak.Selesai mandi ibu masih aja belanja sambil ngerumpi sama tetangga. "Haih dasar emak-emak, hobby bener ngerumpi. Ah tapi bodo amat bukan urusanku, meningan aku siap-siap mau pergi ke tempat wedding organizer."Saat aku sedang serius memakai jilbab, terdengar suara ibu berteriak kencang sambil menggedor pintu kamar."Yuniiii.""Aissshh," desahku kaget, untung aja jarum pentul gak sampe masuk ke dalam mulut karena saking kagetnya."Ada apa sih, Bu? Teriak-teriak begitu," tanyaku setelah membuka

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 11

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 11πŸ€πŸ€πŸ€"Yuni!" Mbak Viona menggebrak meja."Apa sih?""Enak banget ya kamu, makan nasi padang sendiri aja.""Kenapa? Masalah?""Ya iyalah masalah gak sopan banget kamu, mana buat kami?""Hah? Buat kami? Emang Mbak Viona sama Ibu mau?" tanyaku balik sambil mulai melahap nasi padangku."Ya mau lah, pake nanya," sengitnya tak santai."Haha beli sendirilah," balasku ketus."Kurang ajar emang ya kamu sekarang, mentang-mentang udah kawin serasa udah gak butuh kami lagi sampe kamu berani bantah begini." Ibu menimbrung."Siapa yang bilang gak butuh? Yuni cuma bilang kalau mau makan nasi padang ya beli sendirilah, apa susahnya?" "Beli beli, ya kamu beliin lah, udah tahu di rumah ada kami, masak kamu cuma pesen buat dimakan sendiri aja," kata Mbak Viona lagi."Hah? Beliin? Apa Mbak Viona gak salah ngomong gitu? Tadi katanya gak butuh duit Yuni, karena duit Mbak banyak, kok minta dibeliin sih? Lagian Yuni mana tahu kalau kalian mau naspad, kemaren 'kan kalian ud

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 12

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 12πŸ€πŸ€πŸ€"Iya karena-" ucapan suami terpotong saat ponselnya berbunyi. "Sebentar Yun, Abang angkat telepon dulu," katanya sambil meraih ponsel android keluaran terdahulu itu.Suami pun bicara dengan seseorang yang ada di dalam sambungan telepon itu, entah apa yang mereka bicarakan yang jelas setelah menerima telepon itu Bang Wija terlihat sangat cemas. Buru-buru ia bangkit dan memakai celana panjang serta jaket."Loh Abang mau kemana? Kok buru-buru begini?" tanyaku cepat."Abang ada urusan penting, sebentar ya Yun.""Urusan apa?" "Ini tadi teman Abang telepon katanya Abang harus cepet ke sana sekarang juga.""Iya tapi kemana?" tanyaku makin penasaran."Udah nanti aja Abang jelasin ya, sekarang Abang pergi dulu assalamualaikum." Suamiku buru-buru pergi setelah mengecup keningku dan mengucapkan salam. Huh dasar, jangan-jangan bukan ada urusan penting tapi Bang Wija mau main kartu lagi sama temen-temennya, alasan aja kek orang panik biar aku percaya, pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23

Bab terbaru

  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 91

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 91 πŸ€πŸ€πŸ€Si Nayla mengangguk dan cepat mundur bersamaku. Sementara aku mempersilakan dua orang polisi itu untuk maju ke depan pintu.Tok tok tok!Musik terdengar dimatikan."Siapa sih ganggu aja? Si Inem pasti nih," gerutu mantan Ibu tiriku di dalam.Tok tok tok."Bentaaar! Sabar kenap-" Ucapannya terhenti saat ibu membuka pintu dan dia langsung melihat dua orang polisi tengah berdiri di depannya."Oh saya kira siapa. Ada apa ya, Pak?" tanyanya dengan nada suara yang melandai."Maaf apa Ibu yang bernama Ibu Halimah?""Y-a, kenapa?""Anda kami tangkap!""Ap-pa?!" Dia tampak terkejut bukan main. "Saya ditangkap? Kenapa? Apa salah saya, Pak? Kalian salah orang kali ah," cecarnya. Aku menangkap kecemasan pada nada bicaranya."Mohon kooperatif, Anda kami tangkap atas dugaan tindak kejahatan yang telah Anda lakukan, Anda sengaja membakar rumah Saudari Nayla ini dengan motif tertentu," terang petugas itu sambil dengan paksa memakaikan borgol di kedua pergelan

  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 90 B

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 BπŸ€πŸ€πŸ€***Setelah aku dibebaskan oleh si Nayla langsung yang segaja pulang dari Belanda, kami lanjut menjemput Nyonya Kinanti dari rumah sakit. Hari ini beliau diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Setelah mengurus administrasi, kami lalu dijemput Bang Wija di depan rumah sakit.Hah, aku bersyukur setelah seminggu di kurung akhirnya aku dibebaskan. Kalau bukan karena kebaikan hati Nyonya Kinanti yang terus membujuk si Nayla, mungkin kasus ini masih membelengguku. Pasalnya para petugas itu benar-benar lambat dalam menangani kasus kebakaran yang dilaporkan si Nayla itu. Sampai aku ngerasa waktuku terbuang sia-sia hanya untuk menunggu mereka mencari bukti."Mbak, sekali lagi aku minta maaf ya, aku cuma cemas aja saat aku diberitahu soal kondisi yang terjadi di rumah, apalagi saat aku dengar soal kondisi Ibu, aku udah gak bisa mikir apa-apa. Aku nyalahin kamu saat itu karena memang kamu 'kan yang bertanggung jawab di rumah. Belum lagi

  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 90 A

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 AπŸ€πŸ€πŸ€"Loh loh ya Ibu nggak bakalan diciduk dong Na, kamu 'kan tahu siapa yang akan jadi tumbalnya."Keningku mengerut. Yang akan jadi tumbalnya? Maksud dia apa?"Yuuun!"Aku berbalik dan cepat-cepat menjauh dari teras paviliun saat Bang Wija memanggilku di dapur. Gawat kalau sampai suamiku tahu aku sedang ada di pavilun hendak melabrak dua orang jahat itu, bisa-bisa Bang Wija ceramah lagi. Bisa ribet dah urusannya.Setelah kusembunyikan gelang itu pada saku cardiganku, aku gegas menghampiri Bang Wija."Ya, Baaang.""Kamu pulang toh Yun?""Iya Bang, Yuni mau lihat kondisi rumah sebentar. Oh ya, Abang belum berangkat kerja?""Udah Yun, ini Abang balik lagi karena ada yang ketinggalan."Mulutku membola, lalu kuelus lengannya, "lain kali dinget-inget dong, ketinggalan mulu perasaan."Dia nyengir. Kamipun jalan ke ruang depan, niat hati mau mengantarnya berangkat lagi, tapi kedatangan dua orang polisi yang sudah berdiri di depan pintu membuat langkah ka

  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 89 B

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 BπŸ€πŸ€πŸ€"Siap, Nyonya." Mbak Inem mengangkat kedua jempolnya lalu gegas pulang naik taksi.***"Hallo Mbak Inem, ada apa?" Pagi-pagi sekali Mbak sudah telepon."Nya, ada kabar penting. Semalam pas Inem pulang dari rumah ke paviliun, Inem denger si Bibik pegawai baru itu lagi cekikikan sama anak perempuannya. Gak jelas sih apa yang mereka ketawain, tapi yang Inem tangkep sih kayaknya mereka ngerasa puas banget karena Nyonya Kinanti masuk rumah sakit. Oh ya, saat Inem datang dari rumah sakit juga si Bibik itu juga langsung nanya-nanya soal kondisinya Nyonya Kinanti. Tapi anehnya, Inem kok ngelihat dia gak ada rasa khawatir-khawatirnya atau gimana gitu layaknya orang yang habis kena musibah," tutur Mbak Inem panjang lebar.Sontak saja tanganku mengepal. Bener dugaanku, pasti gak salah lagi, ini adalah ulah mantan ibu tiriku. Astaga kejam banget dia. Terbuat dari apa hatinya itu? Udah baik kuberi dia kesempatan, tapi malah dia sia-siakan. Oke, aku gak ak

  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 89 A

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 AπŸ€πŸ€πŸ€"Ya Tuhan, semoga Nyonya Kinanti baik-baik aja."Bang Wija cepat menyalakan APAR, dan tak lama dari itu Inem juga datang bersama Pak Wahyu yang juga membawa alat pemadam yang serupa. "Cepat telepon pemadam Nem, takut apinya makin membesar!" titah Bang Wija agak teriak.Inem mengangguk dan gegas lari ke arah meja telepon. Sementara aku yang mendadak lemas hanya bisa teriak-teriak memanggil Nyonya Kinanti."Ada apa ini Yun?" Bapak datang dengan wajah cemas."Kebakaran Pak, gas meledak kata Mbak Inem, Nyonya Kinanti di dalem.""Ya Allah terus gimana?""Banyak asap Pak, jangan ke sini, Bapak tunggu di depan aja. Bang Wija sama Pak Wahyu lagi coba memadamkan apinya kok." Cepat kubawa Bapak kembali ke ruangan depan.Setelah itu aku buru-buru balik lagi ke dapur. Untunglah saat aku kembali ke sana Nyonya Kinanti sudah berhasil diselamatkan meski sudah dalam keadaan pingsan dan terdapat beberapa luka bakar di wajah dan tubuhnya. "Ya ampun Nyonya Ki

  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 88 B

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 BπŸ€πŸ€πŸ€"Kurang sabar dan masih seneng ngomel, itu yang bikin kesel. Jangankan si Yuni sama Bapak, Viona aja kesel dengernya Ibu ngomel-ngomel gini," ketus Mbak Viona.Ibu diam. Kullihat dari kaca dia menyilangkan kedua tangannya untuk menahan kekesalan. Sementara aku cekikikan puas, mantan ibu tiriku iti lagi terbakar api cemburu rupanya, aih kayak ABG aja.Setelah puas mengintip, aku gegas kembali ke dapur mengambil jus kemasan dan membawanya ke gazebo. "Loh udah selesai tah belajar ngajinya?""Selesai Yun, istirahat dulu. Udah mau Dzuhur," jawab Bapak.Kamipun minum jus sebentar, setelah itu pergi ke masjid dekat rumah bersama Nyonya Kinanti juga. Rencana di sana Nyonya Kinanti ingin dituntun membaca Syahadat oleh pemuka agama yang biasanya juga menjadi imam masjid."Oh kalian di teras rupanya? Tolong beresin bekas minum kami di gazebo ya," titahku pada Ibu dan Mbak Viona, sebelum kami berangkat ke masjid.Aku tak melihat lagi bagaimana ekspresi w

  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 88 A

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 AπŸ€πŸ€πŸ€Biarin, aku sengaja bergurau di depan mantan ibu tiriku untuk membuatnya sadar. Pede banget tadi dia coba rayu-rayu bapak, kukenalkan dia sama wanita yang jauh lebih berkelas dan lebih segalanya baru tahu rasa tuh. Minder minder dah."Kamu nih bercanda terus, gak enak sama Nyonya Kinanti." Bapak menyikut lenganku. Aku nyengir."Duduk Nyonya." Bapak mempersilakan Nyonya Kinanti duduk di bangku yang bersisian dengannya."Terimakasih. Saya senang sama Yuni, karena dia punya selera humor yang tinggi." Nyonya Kinanti berbasa-basi."Ibu ngapain masih di sini? Sana lanjutin kerjaan rumah. Rumah masih belum divacum gitu malah ditinggalin," ketusku pada ibu.Tanpa bicara atau menolak lagi, gegas ia pun ke depan meski dengan wajah yang udah ditekuk."Saya pikir Nyonya dateng agak siang, tahunya pagi-pagi udah sampe aja." Aku membuka obrolan."Iya nih Yun, sengaja saya dateng pagi-pagi, tadinya mau ketemu orang dulu tapi eeh orang yang mau diajak ketemu

  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 87 B

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 BπŸ€πŸ€πŸ€"Padahal Inem udah bangunin terus Nya, tapi Bu Halimah ini ngeyel, dirasa tidur di hotel kali," timpal Inem kesal.Semua pekerja rumah memang biasanya ditempatkan tidur di paviliun belakang, makanya Inem tahu alasan hari ini mantan ibu tiriku itu telat masuk ke istana. Ngakunya sih kepala sakit, tapi kata Inem semalaman Ibu nonton tv sampai menjelang pagi. Hmm emang dah gak bener nih orang, andai bukan karena rasa iba dan permintaan bapak kemarin, aku ogah berurusan sama mantan ibu tiriku ini."Tolonglah Yun, rumah ini gede, gak akan sempit walau nanti kami numpang tinggal beberapa bulan aja sampe kaki Mbak sembuh," rengek Mbak Viona kemarin.Aku mengerling malas. Aih, mereka kok malah maksa sih? Kayaknya bener dugaanku deh, mereka datang bukan cuma murni mau minta maaf dan mengakui kesalahan mereka tapi karena mereka ada keinginan tinggal di sini. Buktinya mereka maksa gitu. Heuh kesel."Maaf Mbak, tapi rumah ini gak bisa sembarang asal neri

  • Dikira Suami Pengangguran, Ternyata ...Β Β Β Bab 87 A

    DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 AπŸ€πŸ€πŸ€Jangan-jangan mereka lagi ngefrank nih, mereka itu kan banyak akal bulusnya."Ibu ngaku salah selama ini sama kamu Yuni, Ibu ngaku udah memperlakukan kamu dengan cara enggak baik. Tapi asal kamu tahu Yuni, Ibu udah mendapatkan balasannya. Kamu lihat sendiri sekarang Ibu gimana, Ibu terlunta-lunta, Ibu dan Mbakmu ini persis kayak gembel, diusir dari satu tempat ke tempat lainnya. Kami bener-bener merasakan pembalasan dari perbuatan kami selama ini Yun," tutur Ibu lagi. Wanita itu lalu bangkit sambil terus menatapku lekat, kemudian menggenggam tanganku paksa."Tolong maafkan Ibu Yun, Ibu ingat ceramah seorang ustaz seminggu lalu, katanya perbuatan jahat kita pada anak yatim atau piatu pasti akan mendapatkan balasannya, baik di dunia maupun di akhirat. Ibu takut semua ini adalah azab Yun, karena itu Ibu datang ke sini untuk meminta maaf sama kamu."Aku menarik tanganku kasar saat ibu tak henti-hentinya bicara."Kami tahu kesalahan kami terlalu be

DMCA.com Protection Status