DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 45πππMata ibu makin melebar, "apa katamu, Pak? Bapak bilang mulut Ibu kayak panci rombeng?""Bukan. Tapi kayak kompor meleduk. Selalu bikin huru-hara," sahutku kesal.Bang Wija yang juga sedang duduk di sampingku mencubit lengan."Jangan buat gaduh, inget ini rumah sakit Yuuun," bisiknya.Barulah aku agak mengerem diri. Andai bukan di rumah sakit mungkin udah kuajak aja ibu tiriku itu perang. Habisan kesel."Senyuum Yuun senyuum.""Dih apa sih ogah. Lagi kesel suruh senyum. Apaan.""Ingeeet, kalau kamu mau bahagia, banyak-banyaklah tersenyum dan bersyukur, karena senyum yang diiringi dengan rasa syukur akan membantu tubuhmu melepaskan hormon endorphin dan serotonin di dalam tubuh, sehingga suasana hati akan jadi lebih baik lalu timbul rasa bahagia."Aku mengecap bibir, dia nyengir puas. Setelah bapak selesai makan kubereskan lagi bekas makannya."Pak, ini rantangnya nanti Yuni taruh di deket lemari ya. Takut kalian laper nanti siang.""Gak usah, bawa
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 46πππ"Kenapa itu dia, Mbak?" bisik Mala. Dia menyikut lenganku saat kami dengar Mbak Jessica tengah mendengus kesal sambil mondar mandir di koridor.Aku menggeleng. Gegas kami melanjutkan langkah ke arahnya."Mbak Jessica lagi nungguin siapa?" Dia menoleh dan langsung menelan ludah. Keningnya juga mendadak basah oleh keringat. Aku rasa emang ada yang aneh dengan Mbak Jessica. Dia lagi nungguin siapa sih sebenernya? Tadi dia juga bilang takut Mbak Viona keburu sadar. Emangnya kenapa kalau Mbak Viona sadar?"Apa sih kalian? Jangan kepo bisa gak sih? Pada nyebelin emang," ketusnya lalu pergi dari hadapan kami."Kenapa Mbak Jessica malah marah? Perasaan kita cuma nanya, dia lagi nungguin siapa ya, Mbak? Kok kayaknya dia sewot banget. Aneh," kata si Mala.Nah kan aku bilang juga apa. Si Mala juga pasti ngerasa ada yang aneh sama tingkah Mbak Jessica. Aku makin yakin deh, soal penusukan Mbak Viona itu pasti ada kaitannya sama pertengkaran mereka waktu kem
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 47πππMulutku refleks mengatup. Aih keceplosan. Gimana nih? Ah sudahlah, aku cuma bisa nyengir pada si Mala."Mbak, ini beneran? Aku gak salah denger 'kan?""Hehe.""Kok Mbak gak pernah bilang sih sama Mala? Ya ampun bangga banget deh Mbak aku sama Bang Wija, ternyata iparku ini beneran sultan." Mata si Mala berbinar-binar. Dia aja seneng, apalagi aku pas tahu Bang Wija ternyata setengah sultan haha."Bukan sultan dia Mal, cuma setengah sultan aja. Kalau Sultan mah kayak Raffi Ahmad, itu namanya baru sultan," kekehku."Ah Mbak Yuni mah suka merendah aja. Mala beneran bangga loh Mbak, ayo dong Bang Wija cariin kerjaan buat Bang Razak, kali aja di kantornya Bang Wija ada lowongan, jadi OB juga gak apa-apa, iya kan, Bang?""Iya, Mal," sahut si Razak."Oh ya udah nanti Abang coba tanya dulu ke bagian yang ngurus itu, kali aja di kantor Abang emang ada lowongan kerja," ujar Bang Wija.Setelah mengobrol dan melihat-lihat kontrakan. Kamipun kembali pulang. D
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 48πππPOV JESSICA"Bisa gak kamu sabar? Mbak pake sendal tinggi ini." Mbak Wiwit kesal lalu menampik tanganku yang tengah menariknya ke dekat ranjang Mbak Viona. "Ya abisan lelet amat sih. Ditungguin juga dari pagi, eeeh pas nyampe malah enak-enakan ngobrol." Aku ikutan kesal. Gimana enggak? Pagi-pagi aku udah disuruh rumah sakit, pas sampe aku malah diomelin sana ibu cuma gara-gara aku gak bawa makanan. Ini lagi, Mbak Wiwit, iparku yang nyebelin ini udah tahu aku gak mau nunggu kelamaan malah ngaretnya sampe berjam-jam dari kesepakatan. Dia itu sadar enggak sih sebenernya? Waktu aku sama dia buat eksekusi itu enggak banyak. Kalau cuma buat nungguin dia ngobrol sampe berjam-jam, ngapain juga aku ke rumah sakit sekarang? Alesan aja aku mau nemenin ibu di sini, padahal nyatanya aku punya misi penting sama Mbak Wiwit."Tadi Mbak ketemu sama temen lama Mbak, kamu sabar kenapa sih. Orang ngobrol cuma 2 jam juga ah." Mbak Wiwit mendengus tak mau disalahk
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 49πππAstaga! Mataku melotot. Ini orang kenapa sih makin ke sini makin nyebelin banget? "Gak usah! Biar Mbak aja di sini sama si Jessica. Kamu balik aja sana, ngapain nginep di sini juga orang udah banyakan," kata Mbak Wiwit lagi.Si Yuni malah merebahkan diri alih-alih pergi. Aku kesal, kutarik saja Mbak Wiwit keluar."Tuh 'kan aku bilang juga apa Mbak, kita itu harus buru-buru. Ibu pergi malah si Yuni yang dateng, rese banget sih.""Tahu dia ngapain sih ke sini?""Terus ini gimana rencana kita, Mbak? Apes banget sih. Kalau si Yuni mau di sini ikut jagain Mbak Viona ada kemungkinan Mbak Viona bener-bener bakal sadar sebelum kita berhasil melancarkan rencana kita. Dan itu artinya kita akan habis." Aku menatap iparku itu dengan tatapan serius."Udah kamu tenang aja sih. Belum tentu Mbakmu juga bakal ngeuh kalau yang nusuk dia itu kamu. Dia 'kan tahunya kamu cuma dorong dia ke sudut ranjang." Mbak Wiwit berusaha membuatku tenang dan yakin semua akan ba
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 50πππAku terkejut dengan tangan yang mendadak bergetar. Mbak Wiwit menyodorkan sebuah belati yang ia ambil dari dalam tasnya."Iya udah buru ambil. Gak usah banyak omong." Dia terus mendesak. Mendekatkan belati itu pada perutku. "T-tapi kenpa Mbak Viona harus disakiti dengan benda tajam begini, Mbak? Aku rasa aku tadi udah ngasih dia pelajaran setimpal." Aku tergagap sambil kuseka keringat yang mendadak melucur dari sela-sela pori."Kamu itu bodoh apa gimana Jessica? Hukuman itu belum setimpal heeey. Andai Mbak jadi kamu, Mbak gak akan pernah ngasih dia kesempatan hidup lagi walau seharipun. Dia udah berusaha merebut suamimu hey, suamimu," terangnya dengan wajah tak santai."Y-ya Jessica tahu. Tapi kalau untuk menusuknya kayaknya Jessica gak berani Mbak, Jessica takut. Gimana kalau Mbak Viona beneran mati?""Ya bagus. Berarti dendammu terbalaskan, bukan?"Aku menggeleng cepat, "Jessica emang kecewa sama Mbak Viona, tapi Jessica gak dendam Mbak, apa
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 51πππ"Ya tentu belumlah Jessica. Mbak kan di sini berusha agar si Viona itu jangan sampe sadar. Udah kamu tenang aja pokoknya semua aman.""Bener ya Mbak semua aman? Pokoknya Mbak harus tanggung jawab kalau sampai terjadi apa-apa sama dia." Aku memastikan lagi."Ck iya, kamu jangan bawel bisa gak sih? Kamu serahin aja semuanya sama, Mbak." Dia mulai kesal. "Ah ya udah, aku harap omongan Mbak bisa dipercaya. Awas aja kalau sampai ada yang curiga.""Iya."Tut!-"Jess, hallo ... hallo, kamu masih di sana, kan?" Ucapan Mas Fadil dalam sambungan telepon membuatku mengerjap. Ya Tuhan, udah berapa lama aku melamun? Cepat aku meremas wajah."Ya Mas, aku masih di sini. Kamu sibuk apa sih, Mas? Semoga dugaanku ini gak bener, kamu gak lagi sibuk selingkuh 'kan, Mas?" Aku mengulangi ucapanku tadi."Apa sih kamu Jessica? Mas di sini lagi kerja buat kamu, kamu malah ngomongnya sembarangan gitu." Aku menangkap nada suara ketidaksukaan dari Mas Fadil. Ah mungkin
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 52πππPOV YuniAku terbangun, saat mendengar suara ketukan sepatu mendekat. Ternyata seorang dokter dan satu orang perawatnya datang."Selamat siang, bisa kami periksa pasiennya sebentar?" tanyanya sambil menyingkap tirai yang menjadi pembatas antar kasur pasien.Lantas saja ibu juga terbangun."Ya ya silakan, Dok."Dengan teliti dokter itu menyenter kedua mata Mbak Viona yang masih terpejam. Entah apa yang terjadi padanya, padahal katanya operasi berjalan lancar, kondisi Mbak Viona juga harusnya baik-baik saja, tapi sejak dia keluar dari ruangan operasi kenapa Mbak Viona belum sadar juga?"Kami udah nunggu lama sekali Pak Dokter, kapan kira-kira anak saya sadar?""Ini sulit dipercaya Bu, kami sendiri bingung kenapa kondisi pasien yang harusnya baik-baik saja malah seperti ini. Karena itu kami harus mengambil sampel darah pasien lagi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Barangkali ada virus yang mengganggu otaknya sampai pasien tak juga menyadarkan diri.I
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 91 πππSi Nayla mengangguk dan cepat mundur bersamaku. Sementara aku mempersilakan dua orang polisi itu untuk maju ke depan pintu.Tok tok tok!Musik terdengar dimatikan."Siapa sih ganggu aja? Si Inem pasti nih," gerutu mantan Ibu tiriku di dalam.Tok tok tok."Bentaaar! Sabar kenap-" Ucapannya terhenti saat ibu membuka pintu dan dia langsung melihat dua orang polisi tengah berdiri di depannya."Oh saya kira siapa. Ada apa ya, Pak?" tanyanya dengan nada suara yang melandai."Maaf apa Ibu yang bernama Ibu Halimah?""Y-a, kenapa?""Anda kami tangkap!""Ap-pa?!" Dia tampak terkejut bukan main. "Saya ditangkap? Kenapa? Apa salah saya, Pak? Kalian salah orang kali ah," cecarnya. Aku menangkap kecemasan pada nada bicaranya."Mohon kooperatif, Anda kami tangkap atas dugaan tindak kejahatan yang telah Anda lakukan, Anda sengaja membakar rumah Saudari Nayla ini dengan motif tertentu," terang petugas itu sambil dengan paksa memakaikan borgol di kedua pergelan
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 Bπππ***Setelah aku dibebaskan oleh si Nayla langsung yang segaja pulang dari Belanda, kami lanjut menjemput Nyonya Kinanti dari rumah sakit. Hari ini beliau diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Setelah mengurus administrasi, kami lalu dijemput Bang Wija di depan rumah sakit.Hah, aku bersyukur setelah seminggu di kurung akhirnya aku dibebaskan. Kalau bukan karena kebaikan hati Nyonya Kinanti yang terus membujuk si Nayla, mungkin kasus ini masih membelengguku. Pasalnya para petugas itu benar-benar lambat dalam menangani kasus kebakaran yang dilaporkan si Nayla itu. Sampai aku ngerasa waktuku terbuang sia-sia hanya untuk menunggu mereka mencari bukti."Mbak, sekali lagi aku minta maaf ya, aku cuma cemas aja saat aku diberitahu soal kondisi yang terjadi di rumah, apalagi saat aku dengar soal kondisi Ibu, aku udah gak bisa mikir apa-apa. Aku nyalahin kamu saat itu karena memang kamu 'kan yang bertanggung jawab di rumah. Belum lagi
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 90 Aπππ"Loh loh ya Ibu nggak bakalan diciduk dong Na, kamu 'kan tahu siapa yang akan jadi tumbalnya."Keningku mengerut. Yang akan jadi tumbalnya? Maksud dia apa?"Yuuun!"Aku berbalik dan cepat-cepat menjauh dari teras paviliun saat Bang Wija memanggilku di dapur. Gawat kalau sampai suamiku tahu aku sedang ada di pavilun hendak melabrak dua orang jahat itu, bisa-bisa Bang Wija ceramah lagi. Bisa ribet dah urusannya.Setelah kusembunyikan gelang itu pada saku cardiganku, aku gegas menghampiri Bang Wija."Ya, Baaang.""Kamu pulang toh Yun?""Iya Bang, Yuni mau lihat kondisi rumah sebentar. Oh ya, Abang belum berangkat kerja?""Udah Yun, ini Abang balik lagi karena ada yang ketinggalan."Mulutku membola, lalu kuelus lengannya, "lain kali dinget-inget dong, ketinggalan mulu perasaan."Dia nyengir. Kamipun jalan ke ruang depan, niat hati mau mengantarnya berangkat lagi, tapi kedatangan dua orang polisi yang sudah berdiri di depan pintu membuat langkah ka
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 Bπππ"Siap, Nyonya." Mbak Inem mengangkat kedua jempolnya lalu gegas pulang naik taksi.***"Hallo Mbak Inem, ada apa?" Pagi-pagi sekali Mbak sudah telepon."Nya, ada kabar penting. Semalam pas Inem pulang dari rumah ke paviliun, Inem denger si Bibik pegawai baru itu lagi cekikikan sama anak perempuannya. Gak jelas sih apa yang mereka ketawain, tapi yang Inem tangkep sih kayaknya mereka ngerasa puas banget karena Nyonya Kinanti masuk rumah sakit. Oh ya, saat Inem datang dari rumah sakit juga si Bibik itu juga langsung nanya-nanya soal kondisinya Nyonya Kinanti. Tapi anehnya, Inem kok ngelihat dia gak ada rasa khawatir-khawatirnya atau gimana gitu layaknya orang yang habis kena musibah," tutur Mbak Inem panjang lebar.Sontak saja tanganku mengepal. Bener dugaanku, pasti gak salah lagi, ini adalah ulah mantan ibu tiriku. Astaga kejam banget dia. Terbuat dari apa hatinya itu? Udah baik kuberi dia kesempatan, tapi malah dia sia-siakan. Oke, aku gak ak
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 89 Aπππ"Ya Tuhan, semoga Nyonya Kinanti baik-baik aja."Bang Wija cepat menyalakan APAR, dan tak lama dari itu Inem juga datang bersama Pak Wahyu yang juga membawa alat pemadam yang serupa. "Cepat telepon pemadam Nem, takut apinya makin membesar!" titah Bang Wija agak teriak.Inem mengangguk dan gegas lari ke arah meja telepon. Sementara aku yang mendadak lemas hanya bisa teriak-teriak memanggil Nyonya Kinanti."Ada apa ini Yun?" Bapak datang dengan wajah cemas."Kebakaran Pak, gas meledak kata Mbak Inem, Nyonya Kinanti di dalem.""Ya Allah terus gimana?""Banyak asap Pak, jangan ke sini, Bapak tunggu di depan aja. Bang Wija sama Pak Wahyu lagi coba memadamkan apinya kok." Cepat kubawa Bapak kembali ke ruangan depan.Setelah itu aku buru-buru balik lagi ke dapur. Untunglah saat aku kembali ke sana Nyonya Kinanti sudah berhasil diselamatkan meski sudah dalam keadaan pingsan dan terdapat beberapa luka bakar di wajah dan tubuhnya. "Ya ampun Nyonya Ki
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 Bπππ"Kurang sabar dan masih seneng ngomel, itu yang bikin kesel. Jangankan si Yuni sama Bapak, Viona aja kesel dengernya Ibu ngomel-ngomel gini," ketus Mbak Viona.Ibu diam. Kullihat dari kaca dia menyilangkan kedua tangannya untuk menahan kekesalan. Sementara aku cekikikan puas, mantan ibu tiriku iti lagi terbakar api cemburu rupanya, aih kayak ABG aja.Setelah puas mengintip, aku gegas kembali ke dapur mengambil jus kemasan dan membawanya ke gazebo. "Loh udah selesai tah belajar ngajinya?""Selesai Yun, istirahat dulu. Udah mau Dzuhur," jawab Bapak.Kamipun minum jus sebentar, setelah itu pergi ke masjid dekat rumah bersama Nyonya Kinanti juga. Rencana di sana Nyonya Kinanti ingin dituntun membaca Syahadat oleh pemuka agama yang biasanya juga menjadi imam masjid."Oh kalian di teras rupanya? Tolong beresin bekas minum kami di gazebo ya," titahku pada Ibu dan Mbak Viona, sebelum kami berangkat ke masjid.Aku tak melihat lagi bagaimana ekspresi w
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 88 AπππBiarin, aku sengaja bergurau di depan mantan ibu tiriku untuk membuatnya sadar. Pede banget tadi dia coba rayu-rayu bapak, kukenalkan dia sama wanita yang jauh lebih berkelas dan lebih segalanya baru tahu rasa tuh. Minder minder dah."Kamu nih bercanda terus, gak enak sama Nyonya Kinanti." Bapak menyikut lenganku. Aku nyengir."Duduk Nyonya." Bapak mempersilakan Nyonya Kinanti duduk di bangku yang bersisian dengannya."Terimakasih. Saya senang sama Yuni, karena dia punya selera humor yang tinggi." Nyonya Kinanti berbasa-basi."Ibu ngapain masih di sini? Sana lanjutin kerjaan rumah. Rumah masih belum divacum gitu malah ditinggalin," ketusku pada ibu.Tanpa bicara atau menolak lagi, gegas ia pun ke depan meski dengan wajah yang udah ditekuk."Saya pikir Nyonya dateng agak siang, tahunya pagi-pagi udah sampe aja." Aku membuka obrolan."Iya nih Yun, sengaja saya dateng pagi-pagi, tadinya mau ketemu orang dulu tapi eeh orang yang mau diajak ketemu
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 Bπππ"Padahal Inem udah bangunin terus Nya, tapi Bu Halimah ini ngeyel, dirasa tidur di hotel kali," timpal Inem kesal.Semua pekerja rumah memang biasanya ditempatkan tidur di paviliun belakang, makanya Inem tahu alasan hari ini mantan ibu tiriku itu telat masuk ke istana. Ngakunya sih kepala sakit, tapi kata Inem semalaman Ibu nonton tv sampai menjelang pagi. Hmm emang dah gak bener nih orang, andai bukan karena rasa iba dan permintaan bapak kemarin, aku ogah berurusan sama mantan ibu tiriku ini."Tolonglah Yun, rumah ini gede, gak akan sempit walau nanti kami numpang tinggal beberapa bulan aja sampe kaki Mbak sembuh," rengek Mbak Viona kemarin.Aku mengerling malas. Aih, mereka kok malah maksa sih? Kayaknya bener dugaanku deh, mereka datang bukan cuma murni mau minta maaf dan mengakui kesalahan mereka tapi karena mereka ada keinginan tinggal di sini. Buktinya mereka maksa gitu. Heuh kesel."Maaf Mbak, tapi rumah ini gak bisa sembarang asal neri
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 87 AπππJangan-jangan mereka lagi ngefrank nih, mereka itu kan banyak akal bulusnya."Ibu ngaku salah selama ini sama kamu Yuni, Ibu ngaku udah memperlakukan kamu dengan cara enggak baik. Tapi asal kamu tahu Yuni, Ibu udah mendapatkan balasannya. Kamu lihat sendiri sekarang Ibu gimana, Ibu terlunta-lunta, Ibu dan Mbakmu ini persis kayak gembel, diusir dari satu tempat ke tempat lainnya. Kami bener-bener merasakan pembalasan dari perbuatan kami selama ini Yun," tutur Ibu lagi. Wanita itu lalu bangkit sambil terus menatapku lekat, kemudian menggenggam tanganku paksa."Tolong maafkan Ibu Yun, Ibu ingat ceramah seorang ustaz seminggu lalu, katanya perbuatan jahat kita pada anak yatim atau piatu pasti akan mendapatkan balasannya, baik di dunia maupun di akhirat. Ibu takut semua ini adalah azab Yun, karena itu Ibu datang ke sini untuk meminta maaf sama kamu."Aku menarik tanganku kasar saat ibu tak henti-hentinya bicara."Kami tahu kesalahan kami terlalu be