DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 50πππAku terkejut dengan tangan yang mendadak bergetar. Mbak Wiwit menyodorkan sebuah belati yang ia ambil dari dalam tasnya."Iya udah buru ambil. Gak usah banyak omong." Dia terus mendesak. Mendekatkan belati itu pada perutku. "T-tapi kenpa Mbak Viona harus disakiti dengan benda tajam begini, Mbak? Aku rasa aku tadi udah ngasih dia pelajaran setimpal." Aku tergagap sambil kuseka keringat yang mendadak melucur dari sela-sela pori."Kamu itu bodoh apa gimana Jessica? Hukuman itu belum setimpal heeey. Andai Mbak jadi kamu, Mbak gak akan pernah ngasih dia kesempatan hidup lagi walau seharipun. Dia udah berusaha merebut suamimu hey, suamimu," terangnya dengan wajah tak santai."Y-ya Jessica tahu. Tapi kalau untuk menusuknya kayaknya Jessica gak berani Mbak, Jessica takut. Gimana kalau Mbak Viona beneran mati?""Ya bagus. Berarti dendammu terbalaskan, bukan?"Aku menggeleng cepat, "Jessica emang kecewa sama Mbak Viona, tapi Jessica gak dendam Mbak, apa
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 51πππ"Ya tentu belumlah Jessica. Mbak kan di sini berusha agar si Viona itu jangan sampe sadar. Udah kamu tenang aja pokoknya semua aman.""Bener ya Mbak semua aman? Pokoknya Mbak harus tanggung jawab kalau sampai terjadi apa-apa sama dia." Aku memastikan lagi."Ck iya, kamu jangan bawel bisa gak sih? Kamu serahin aja semuanya sama, Mbak." Dia mulai kesal. "Ah ya udah, aku harap omongan Mbak bisa dipercaya. Awas aja kalau sampai ada yang curiga.""Iya."Tut!-"Jess, hallo ... hallo, kamu masih di sana, kan?" Ucapan Mas Fadil dalam sambungan telepon membuatku mengerjap. Ya Tuhan, udah berapa lama aku melamun? Cepat aku meremas wajah."Ya Mas, aku masih di sini. Kamu sibuk apa sih, Mas? Semoga dugaanku ini gak bener, kamu gak lagi sibuk selingkuh 'kan, Mas?" Aku mengulangi ucapanku tadi."Apa sih kamu Jessica? Mas di sini lagi kerja buat kamu, kamu malah ngomongnya sembarangan gitu." Aku menangkap nada suara ketidaksukaan dari Mas Fadil. Ah mungkin
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 52πππPOV YuniAku terbangun, saat mendengar suara ketukan sepatu mendekat. Ternyata seorang dokter dan satu orang perawatnya datang."Selamat siang, bisa kami periksa pasiennya sebentar?" tanyanya sambil menyingkap tirai yang menjadi pembatas antar kasur pasien.Lantas saja ibu juga terbangun."Ya ya silakan, Dok."Dengan teliti dokter itu menyenter kedua mata Mbak Viona yang masih terpejam. Entah apa yang terjadi padanya, padahal katanya operasi berjalan lancar, kondisi Mbak Viona juga harusnya baik-baik saja, tapi sejak dia keluar dari ruangan operasi kenapa Mbak Viona belum sadar juga?"Kami udah nunggu lama sekali Pak Dokter, kapan kira-kira anak saya sadar?""Ini sulit dipercaya Bu, kami sendiri bingung kenapa kondisi pasien yang harusnya baik-baik saja malah seperti ini. Karena itu kami harus mengambil sampel darah pasien lagi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Barangkali ada virus yang mengganggu otaknya sampai pasien tak juga menyadarkan diri.I
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 53πππJadi wanita yang jadi selingkuhannya Mas Fadil itu adalah adiknya Mbak Wiwit? "Ya sudah, Mbak udah masuk rumah sakit ini. Udah dulu."Aku berbalik badan tepat di dekat pintu masuk. Sementara Mbak Wiwit meneruskan langkah tanpa ia sadari aku mengupingnya tadi."Mas Fadil selingkuh sama adiknya Mbak Wiwit. Mbak Wiwit juga yang udah berusaha membuat Mbak Viona gak sadar-sadar. Tapi masalahnya kenapa? Apa urusannya dengan Mbak Viona? Bukannya harusnya yanh diserang Mbak Wiwit itu Mbak Jessica istrinya Mas Fadil? Kenapa dia malah kerja sama sama Mbak Jessica? Ah aku jadi pusing. Hidup lagi capek-capeknya gini malah disuruh mikir."Gegas aku melanjutkan langkah dan membangunkan bapak di musholla. Setelah membangunkan beliau kami kembali. Mbak Viona udah siap dibawa ke mobil ambulans."Yuni, kamu antar Bapak pulang aja, kalian gak usah ikut ke rumah sakit," ketus Ibu."Gak Bu, Yuni barus ikut." Cepat aku naik ke mobil ambulans bahkan sebelum mereka na
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 54πππMbak Jessica mengangkat bahu, "mungkin aja dari lakinya, Bu.""Dari lakinya? Bukannya si sawo busuk itu pengangguran?""Ya kali udah kerja, Bu.""Hah masa sih? Kerja apa sampe duitnya sebanyak itu dalam waktu singkat?"Mbak Jessica bergeming sambil menggigit bibir, "mungkin judi? Atau ngepet, yang jelas gak akan sebagus kerjaan Jessica dan kerjaannya Mas Fadil."Ibu noyor pundak Mbak Jessica, "heh ngomong jangan asal. Kalau si sawo busuk itu ngepet. Alamat kita yang entar jadi tumbalnya."Mbak Jessica menelan ludah.Emang tuh, kalau ngomong asal aja. Heran. Pake sombong bilang kerjaan suami dia lebih bagus pula. Dia aja yang belum tahu suamiku kerja jadi manager."Tapi dia itu nyebelin banget tahu gak Jessica. Sombongnya kebangetan. Bantu duit 10 juta pake nanya mau jaminkan apa sama Ibu. Kurang ajar gak tuh? Pengen banget Ibu pites itu tangannya kayak dulu."Aku meringis. Ingat betul saat dulu ibu menghukumku dengan memelintir tangan sampe tang
Bab 55πππMbak Wiwit menelan ludah. Tiba-tiba ia salah tingkah."Ya ... Mbak cuma ngingetin kamu."Mbak Jessica mengerling, lalu memesan dua mangkok bakso dan melahapnya dengan cepat."Bilang aja sama Ibu, kamu gak ada duit, untuk saat ini kamu belum bisa bantu nebus obat Mbakmu. Gitu aja dibikin pusing." Mbak Wiwit si ipar bar-bar plus medit itu bicara sebelum akhirnya ia bangkit untuk berhambur pergi."Loh Mbak, Mbak mau kemana? Bayar dulu makananya astaga." Cepat Mbak Jessica mengejar Mbak Wiwit ke dekat pintu kantin."Mbak, malah kabur. Bayar dulu itu makanan. Enak aja!" teriaknya lagi."Apa sih? Ogah. Haram hukumnya Mbak ngeluarin duit buat sesuatu yang gak ada di dalam list pengeluaran.""Apa maksud Mbak, gak usah banyak alesan, buru bayarin dulu Jessica bener-bener gak ada duit soalnya." Mbak Jessica panik. Ia berusaha mencekal lengan Mbak Wiwit agar iparnya tak bisa kabur."Apa sih lepasin."Dih amit. Buat bayar bakso dua mangkok aja masa mereka harus ribut begitu, ya Tuha
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 56πππ"Aih jangan-jangan bener, nasi ini adalah bagian dari rencana mereka?"Aku kembali menjatuhkan sendok plastik yang hampir masuk ke dalam mulutku itu. Takut-takut kalau mereka malah menaruh obat di dalamnya atau bahkan bisa saja mereka yang gila itu menaruh racun. Iya 'kan? Hih.Aku bergidig. Lalu kembali bangkit dan membawa nasi itu lagi ke luar. Ibu dan Mbak Jessica tengah mengobrol sambil cengengesan."Bu, Yuni gak suka lauknya." Aku mengulurkan tangan, memberikan kembali nasi bungkus itu pada pemberinya.Ibu bangkit, "looh ya dimakan dong Yun, sayang itu belinya pake duit.""Nggak ah, Yuni hilang selera kalau lauknya gak sesuai."Ibu meremas telapak tangannya. Tampak ia sedang berusaha menahan kemarahan yang siap meledak kapan saja. Aku tahu karena itu emang udah jadi kebiasaan ibu.Aku cepat kembali masuk sebelum ibu dan Mbak Jessica si kriminal itu bicara lagi untuk merayuku.Sekitar setengah jam kemudian Mbak Jessica datang lagi membawa ma
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 57πππPOV JESSICA"Mas Fadil selingkuh," katanya ringan sambil bersender pada badan sofa.Aku terbelalak. Sementara ibu refleks maju dengan mata melotot. "Heh, kalau ngomong jangan asal kamu. Iri sama hidup Mbakmu boleh, tapi jangan suka fitnah, dasar anak gak tahu diuntung!" sentak Ibu geram. Sepertinya ibu lupa kalau dirinya sedang berpura-pura baik sama si Yuni untuk bisa merebut hatinya. Arghh gagal total ini sih. Percuma aja dong semalam aku sampe harus mijitin kaki si Yuni kalau ujung-ujungnya belum juga misi berhasil ibu malah udah mengacaukannya lagi. Lagian si Yuni tuh apa sih maksudnya? Seenak jidat aja dia ngomong. Mas Fadil selingkuh katanya? Haha aku bahkan tahu dia bawa celana dalamku saat dines ke luar kota."Ya udah kalau Ibu gak percaya," katanya lagi sambil gegas pergi keluar."Amit-amit itu anak, lama-lama beneran Jessica tusuk juga dia kay ...."Astaga. Aku hampir keceplosan."Apa sih kamu? Gak usah maen tusuk-tusukan, serem. N