DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 52πππPOV YuniAku terbangun, saat mendengar suara ketukan sepatu mendekat. Ternyata seorang dokter dan satu orang perawatnya datang."Selamat siang, bisa kami periksa pasiennya sebentar?" tanyanya sambil menyingkap tirai yang menjadi pembatas antar kasur pasien.Lantas saja ibu juga terbangun."Ya ya silakan, Dok."Dengan teliti dokter itu menyenter kedua mata Mbak Viona yang masih terpejam. Entah apa yang terjadi padanya, padahal katanya operasi berjalan lancar, kondisi Mbak Viona juga harusnya baik-baik saja, tapi sejak dia keluar dari ruangan operasi kenapa Mbak Viona belum sadar juga?"Kami udah nunggu lama sekali Pak Dokter, kapan kira-kira anak saya sadar?""Ini sulit dipercaya Bu, kami sendiri bingung kenapa kondisi pasien yang harusnya baik-baik saja malah seperti ini. Karena itu kami harus mengambil sampel darah pasien lagi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Barangkali ada virus yang mengganggu otaknya sampai pasien tak juga menyadarkan diri.I
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 53πππJadi wanita yang jadi selingkuhannya Mas Fadil itu adalah adiknya Mbak Wiwit? "Ya sudah, Mbak udah masuk rumah sakit ini. Udah dulu."Aku berbalik badan tepat di dekat pintu masuk. Sementara Mbak Wiwit meneruskan langkah tanpa ia sadari aku mengupingnya tadi."Mas Fadil selingkuh sama adiknya Mbak Wiwit. Mbak Wiwit juga yang udah berusaha membuat Mbak Viona gak sadar-sadar. Tapi masalahnya kenapa? Apa urusannya dengan Mbak Viona? Bukannya harusnya yanh diserang Mbak Wiwit itu Mbak Jessica istrinya Mas Fadil? Kenapa dia malah kerja sama sama Mbak Jessica? Ah aku jadi pusing. Hidup lagi capek-capeknya gini malah disuruh mikir."Gegas aku melanjutkan langkah dan membangunkan bapak di musholla. Setelah membangunkan beliau kami kembali. Mbak Viona udah siap dibawa ke mobil ambulans."Yuni, kamu antar Bapak pulang aja, kalian gak usah ikut ke rumah sakit," ketus Ibu."Gak Bu, Yuni barus ikut." Cepat aku naik ke mobil ambulans bahkan sebelum mereka na
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 54πππMbak Jessica mengangkat bahu, "mungkin aja dari lakinya, Bu.""Dari lakinya? Bukannya si sawo busuk itu pengangguran?""Ya kali udah kerja, Bu.""Hah masa sih? Kerja apa sampe duitnya sebanyak itu dalam waktu singkat?"Mbak Jessica bergeming sambil menggigit bibir, "mungkin judi? Atau ngepet, yang jelas gak akan sebagus kerjaan Jessica dan kerjaannya Mas Fadil."Ibu noyor pundak Mbak Jessica, "heh ngomong jangan asal. Kalau si sawo busuk itu ngepet. Alamat kita yang entar jadi tumbalnya."Mbak Jessica menelan ludah.Emang tuh, kalau ngomong asal aja. Heran. Pake sombong bilang kerjaan suami dia lebih bagus pula. Dia aja yang belum tahu suamiku kerja jadi manager."Tapi dia itu nyebelin banget tahu gak Jessica. Sombongnya kebangetan. Bantu duit 10 juta pake nanya mau jaminkan apa sama Ibu. Kurang ajar gak tuh? Pengen banget Ibu pites itu tangannya kayak dulu."Aku meringis. Ingat betul saat dulu ibu menghukumku dengan memelintir tangan sampe tang
Bab 55πππMbak Wiwit menelan ludah. Tiba-tiba ia salah tingkah."Ya ... Mbak cuma ngingetin kamu."Mbak Jessica mengerling, lalu memesan dua mangkok bakso dan melahapnya dengan cepat."Bilang aja sama Ibu, kamu gak ada duit, untuk saat ini kamu belum bisa bantu nebus obat Mbakmu. Gitu aja dibikin pusing." Mbak Wiwit si ipar bar-bar plus medit itu bicara sebelum akhirnya ia bangkit untuk berhambur pergi."Loh Mbak, Mbak mau kemana? Bayar dulu makananya astaga." Cepat Mbak Jessica mengejar Mbak Wiwit ke dekat pintu kantin."Mbak, malah kabur. Bayar dulu itu makanan. Enak aja!" teriaknya lagi."Apa sih? Ogah. Haram hukumnya Mbak ngeluarin duit buat sesuatu yang gak ada di dalam list pengeluaran.""Apa maksud Mbak, gak usah banyak alesan, buru bayarin dulu Jessica bener-bener gak ada duit soalnya." Mbak Jessica panik. Ia berusaha mencekal lengan Mbak Wiwit agar iparnya tak bisa kabur."Apa sih lepasin."Dih amit. Buat bayar bakso dua mangkok aja masa mereka harus ribut begitu, ya Tuha
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 56πππ"Aih jangan-jangan bener, nasi ini adalah bagian dari rencana mereka?"Aku kembali menjatuhkan sendok plastik yang hampir masuk ke dalam mulutku itu. Takut-takut kalau mereka malah menaruh obat di dalamnya atau bahkan bisa saja mereka yang gila itu menaruh racun. Iya 'kan? Hih.Aku bergidig. Lalu kembali bangkit dan membawa nasi itu lagi ke luar. Ibu dan Mbak Jessica tengah mengobrol sambil cengengesan."Bu, Yuni gak suka lauknya." Aku mengulurkan tangan, memberikan kembali nasi bungkus itu pada pemberinya.Ibu bangkit, "looh ya dimakan dong Yun, sayang itu belinya pake duit.""Nggak ah, Yuni hilang selera kalau lauknya gak sesuai."Ibu meremas telapak tangannya. Tampak ia sedang berusaha menahan kemarahan yang siap meledak kapan saja. Aku tahu karena itu emang udah jadi kebiasaan ibu.Aku cepat kembali masuk sebelum ibu dan Mbak Jessica si kriminal itu bicara lagi untuk merayuku.Sekitar setengah jam kemudian Mbak Jessica datang lagi membawa ma
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 57πππPOV JESSICA"Mas Fadil selingkuh," katanya ringan sambil bersender pada badan sofa.Aku terbelalak. Sementara ibu refleks maju dengan mata melotot. "Heh, kalau ngomong jangan asal kamu. Iri sama hidup Mbakmu boleh, tapi jangan suka fitnah, dasar anak gak tahu diuntung!" sentak Ibu geram. Sepertinya ibu lupa kalau dirinya sedang berpura-pura baik sama si Yuni untuk bisa merebut hatinya. Arghh gagal total ini sih. Percuma aja dong semalam aku sampe harus mijitin kaki si Yuni kalau ujung-ujungnya belum juga misi berhasil ibu malah udah mengacaukannya lagi. Lagian si Yuni tuh apa sih maksudnya? Seenak jidat aja dia ngomong. Mas Fadil selingkuh katanya? Haha aku bahkan tahu dia bawa celana dalamku saat dines ke luar kota."Ya udah kalau Ibu gak percaya," katanya lagi sambil gegas pergi keluar."Amit-amit itu anak, lama-lama beneran Jessica tusuk juga dia kay ...."Astaga. Aku hampir keceplosan."Apa sih kamu? Gak usah maen tusuk-tusukan, serem. N
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 58πππPOV WIWITDia baru akan menamparku saat aku menampik tangannya dengan kasar."Kamu mungkin kuat Jessica. Tapi bodoh," desisku.Tatapannya makin tajam. Dia yang tengah terbakar amarah karena tahu suaminya berselingkuh dengan adikku terlihat sangat murka.Arghh sial. Lagipula entah bagaimana ceritanya si Jessica itu bisa tahu semuanya? Padahal aku sudah susah payah berusaha menutupinya dengan menjadikan si Viona itu sebagai kambing hitam."Selamat ya Mei, akhirnya kamu sah juga jadi istri orang." Aku memeluk adikku waktu itu, tepat di hari pernikahannya dengan Fadil yang diselenggarakan sehari setelah si Mala juga menikah.Meilisa adalah adikku satu-satunya. Tapi selama ini dia tinggal di Sumatera bersama nenek untuk menyelesaikan pendidikannya, jadi saat aku menikah dengan Mas Yusrilpun dia tak datang, tak heran jika tak ada satu orangpun dari keluarga suamiku yang tahu soal dia. Kami sudah ditinggal pisah oleh Papa dan Mama sejak kecil, kami be
DIKIRA SUAMI PENGANGGURANBab 59πππ"Akan kuberitahu adikku soal ini ya Fadil. Tega-teganya kamu melakukan ini, hah?! Si Jessica istri kamu itu lagi hamil sekarang kamu tahu gak? Dasar baj*ngan! Tukang selingkuh! Mana dia? Mana perempuan itu tadi?!" teriak Mbak Viona di dalam."Mbak cepet sembunyi, Mbak." Secepat kilat si Meilisa menarik tanganku ke dalam kostan sebelahnya yang sedang terbuka. Sontak saja si pemilik kostan terkejut, "eh, ada apa ini?""Ssstt Dek, Mbak ikut sembunyi ya, Dek. Ada orang lagi ngamuk-ngamuk," kata si Mei sambil meluruskan jari telunjuknya di depan bibir.Gadis yang kutaksir lebih muda usianya dari si Meilisapun ikut panik dan cepat menutup pintu. Dari kaca jendela yang bervitras putih itu kulihat Mbak Viona sedang berdiri memindai kanan kiri dan setiap sudut tempat yang bisa dijangkau oleh matanya."Mana perempuan itu? Kabur kemana dia? Padahal aku belum sempat menghajarnya, arghh."Mbak Viona lalu kembali ke kostan si Mei dan menggedor pintunya setel