Share

Sikap aneh Halimah

Penulis: rafanalfa6819
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-22 16:34:03

"Tamu siapa, Hal?" 

Tomi keluar dari dalam kamar membuat Kusaini tersentak dan kembali menguasai dirinya. Bagaimanapun, Gina sudah bukan bagian dari hidupnya, tidak etis rasanya jika dia begitu mengulik urusan pribadi mantan istrinya itu.

"Mas ...," sapa Kusaini seraya berdiri dan menjabat tangan Tomi. Laki-laki itu menepuk pundak Kusaini dan bertanya, "Aku kaget banget kamu bisa sampai disini, Kus. Bagaimana kabar Hesti?"

Kusaini mengulas senyuman tipis. Lagi-- dia mengucapkan rasa terima kasih pada keluarga Halimah untuk yang kesekian kalinya.

"Tidak masalah, Kus. Lagi pula Ki Kusumo sudah tertangkap. Insya Allah kita sekarang hidup dengan tenang," tutur Tomi, "Ngomong-ngomong bagaimana kamu tau rumah kami?"

Kusaini menyingkir dari hadapan Tomi, membuat laki-laki itu seketika menyadari jika Kusaini tidak datang sendirian. Ada Gina sedang duduk di salah

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Iis Nur Asih
iiih kyk gak cewek lain lg aj,,itu si gina kn ad suaminy,yg gk salah sama dia,kl emg ceritanya gina insaf kn ya mint maaf ke suaminy balik lg bareng anakny
goodnovel comment avatar
Husna Mufida
benci banget sama Halimah yang sekarang semoga segera sadar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Dibutakan Cinta

    Halimah tersentak mendengar bentakan Vano. Kedua mata wanita itu berkelindan air mata saat suaminya melayangkan tatapan tajam."Mas ... kamu membentakku?""Lalu apa Mas akan membiarkan kamu berbicara tidak sopan pada Mas Tomi, begitu?" Halimah melengos. "Kamu istriku, Hal. Jika kamu salah sudah sepantasnya Mas mengingatkan.""Tapi Mas Tomi ....""Berkali-kali aku bilang jangan mencampuri urusan hati Mas Tomi, apalagi kamu sampai mengungkit-ungkit apa yang sudah kita berikan. Sebagai adik kamu tidak pantas berbuat seperti itu, Halimah!"Halimah menunduk lesu. Dia berjalan gontai mendekati Leha dan memeluk Ibunya dengan erat, "Aku hanya tidak mau Mas Tomi gagal untuk yang kedua kalinya, Bu. Apa aku salah, Bu?"Leha membawa anak perempuannya duduk di atas sofa sementara Karim menepuk pundak Tomi dan berkata, "Duduklah. Kalian sesama saudara jangan sering bertikai. Selesaikan masalah yang kalian

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Rencana keji Kusaini

    "Boleh Mas tau dimana kamu sekarang tinggal, Gin?""Tidak perlu. Mas bilang saja mau turun dimana, nanti biar aku antar. Lagipula sebentar lagi aku ada urusan," sahut Gina ketus. "Aku tidak mau orang-orang mengira kita ada hubungan, Mas ....""Kamu takut jika Tomi mengira kita akan rujuk?"Gina terdiam. Dia melengos saat menyadari Kusaini mampu membaca hatinya saat ini. "Jangan ikut campur urusanku, Mas. Katakan saja kamu akan turun dimana?"Kusaini seketika menghentikan motornya tepat di tepi jalan tempat dimana orang-orang sedang menunggu angkot. Suasana cukup sepi membuat Kusaini dengan tanpa ragu mencekal pergelangan tangan mantan istrinya."Lepas, Mas!" teriak Gina. "Jangan berani menyentuhku hanya karena aku sudah membantumu! Kita bukan mahram!"Bukannya takut melihat tatapan mata Gina, Kusaini justru menyeringai dan mencekal dagu wanita di depannya. "Apa sekarang Ginaku sudah ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Penyesalan Astri

    ***Sementara di tempat lain ...."Mas Tomi akan kembali pulang ke kampung, Bu," ujar Astri. "Apa aku dan Tirta datang saja ke rumah Bu Leha. Siapa tau dia mencari kami.""Untuk apa lagi, As? Dia bukan suamimu, Tirta juga bukan anaknya. Jadi jangan merasa kalau kalian berdua itu orang-orang penting dalam hidup Tomi," sahut Ibunya tegas. "Cobalah untuk membuka hati. Biarkan Tomi bahagia dengan hidupnya saat ini. Jika memang dia menaruh iba pada Tirta, itu hanya sekedar iba pada anak kecil, bukan pada darah dagingnya sendiri."Air mata Astri menggenang di pelupuk mata. Teringat masa-masa dimana hidup tanpa kekurangan karena Tomi cukup bertanggung jawab selama menjadi seorang suami. Belum lagi saat dirinya kekeuh ingin menguasai uang kiriman Halimah dulu, Tomi selalu mengalah dengan keinginan Astri meskipun tau Bapak dan Ibunya pun serba kekurangan."Tapi siapa tau Mas Tomi ....""Cukup, Astri. Cukup!

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-23
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Keanehan Halimah

    ***"Mau kemana, Mas?" Vano mencegat Tomi di depan pintu kamar saat dia melihat betapa terburu-buru Tomi dalam melangkah."Aku harus pergi, Van.""Kemana? Apa ada masalah?"Mendengar Kakak dan suaminya berbicara, Halimah keluar dari dalam kamar dan menimpali, "Ada apa, Mas?""Entahlah. Mas Tomi sepertinya terburu-buru.""Aku ... aku minta maaf, Mas. Tapi jangan pergi dari sini ...."Tomi mendesah kuat. Dia mengusap pucuk kepala adik perempuannya dengan lembut. Bagaimanapun seorang kakak laki-laki tidak bisa menyakiti wanita di dalam keluarganya, baik Ibu maupun Halimah. Tomi begitu mencintai keduanya hingga mengesampingkan luka yang sejenak dia rasakan tadi."Mas sudah memaafkan kamu, Hal. Mana ada seorang kakak yang bisa marah pada adik sebaik kamu?"Mata Halimah berkaca-kaca. Dia memeluk Tomi dengan erat selayaknya seorang adik kecil yang sedang merajuk. Mel

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kemana Gina

    ***Halimah terlihat gugup. "Maksudku, jangan mencoba menghubungi nomor Mbak Gina. Kita tidak tau apa yang sedang dia rencanakan, bukan? Bagaimana jika Mas Kus tau kalau Mbak Gina sudah menghubungi Mas Tomi sebelumnya dan dia memutar rencana?"Tomi berdecak kesal. Apa yang Halimah katakan memang benar. Tapi menunggu sampai ke Jalan Ganggang dan menanti panggilan dari Gina sepertinya bukan pilihan yang benar."Tapi Mas sudah nggak sabar, Hal ....""Tenangkan dirimu, Tom!" tegur Karim tegas. "Jagan gegabah dalam mengambil tindakan atau apa yang kamu lakukan hanya akan merugikan orang lain.""Pak ... bagaimana jika Gina sudah ....""Buang pikiran buruk! Berdoa saja semoga Gina bisa menyelamatkan diri sebelum kita sampai disana."Mendengar Karim yang berbicara dengan tegas membuat Tomi seketika mengangguk patuh. Halimah menggenggam jemari Ibunya dengan perasaan takut. Tidak ada yang tau ap

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Misteri perginya Gina

    ***Halimah tersentak mendapat bentakan dari Vano. Melihat kedua mertuanya yang sejak tadi diam, seketika Vano meredam emosinya dan memilih untuk ikut diam sementara Tomi berkali-kali mencoba memanggil nomor Gina. Sudah banya dering yang dia dengarkan, tapi panggilannya tidak kunjung mendapat jawaban."Apa aku salah lagi, Mas?" tanya Halimah parau. "Mbak Gina sudah keterlaluan. Dan kalian masih saja membelanya?"Mereka tidak ada yang menjawab, sampai semuanya masuk ke dalam mobil, Vano mulai mencecar istrinya meskipun dengan nada lembut, tetap saja bagi Halimah terasa menyakitkan."Apa Mas pernah mengajarimu mengumpat, Dek?""Kamu secara tidak langsung sudah membuat harga diri Mas hancur. Di depan Bapak dan Ibu kamu berani berkata yang tidak pantas. Apa kamu tidak berpikir bagaimana pandangan orang lain kepadamu? Tidakkah mereka akan menganggap aku sebagai suami yang tidak becus mengurus dan membimbing istri?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hancur

    ***"Ahahaha ... Iya, Mas. Ini Kusaini, kebetulan Gina sedang sama saya. Kami sedang ... emh ... ya begitulah, Mas," papar Kusaini malu-malu.Wajah Tomi memerah. Kini dia memahami apa yang sedang Halimah khawatirkan. Ternyata Gina memang bukan wanita baik-baik."Bisa aku bicara dengan Gina, Kus?""Aduh, maaf sekali Mas Tomi. Dia sedang tidur, sepertinya lelah sekali karena maklum saja ini adalah pertemuan pertama kita setelah berpisah hampir satu tahun."Suasana di dalam mobil mendadak panas dan hening. Halimah melengos saat melihat rahang Tomi mengatup keras. Kebencian yang hampir saja menguap, kini memanas lagi setelah Kusaini menelpon kakaknya."Maaf karena Gina mengirim pesan seperti tadi, Mas. Dia iseng saja, sebenarnya saya juga tidak enak mengatakan ini ...."Mereka saling berpandangan. Kebetulan Tomi memang tengah meloud speaker panggilannya kali ini."Tida

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Ancaman Kusaini

    Sesampainya di rumah ...."Istirahat saja kalian, besok kita pergi pagi, Van. Biar tidak terjebak macet," kata Karim.Ketiganya mengangguk patuh, lalu masuk ke dalam kamar masing-masing dan memilih untuk merebahkan diri.Halimah dan Vano terlibat obrolan serius seputar bisnis mereka yang akan dirintis dari kampung. Keduanya merasa tidak lagi perlu membahas masalah Gina karena perkataan Kusaini tadi sudah cukup jelas bagi keduanya.Sementara Tomi ....|Kamu yakin baik-baik saja, Gin?|Terkirim.Dia nekad mengirim pesan pada Gina meskipun sudah mendapat telepon tadi. Hatinya masih ingin menyangkal apa yang sudah dia dengarkan barusan.Ting ....Dengan cepat dia membuka pesan saat tau bahwa nama Gina yang terpampang di layarnya.|Tidak perlu khawatir, Mas Tomi. Gina baik-baik saja dalam pelukan saya|Tidak lama, sebuah foto terkirim setelah pesa

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26

Bab terbaru

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Extra Part

    Dikira Miskin (Extra Part) *** Lima bulan kemudian .... "Hai ... lama tidak bertemu, usia berapa kandungan kamu?" Sea menoleh dan mendapati sosok Nando tengah berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. "Se?" "Ah, maaf, Bang. Aku ... kaget aja tiba-tiba kamu muncul disini," celetuk Sea gugup. "Sendirian, Bang?" "Ya, karena wanita yang hampir menemani masa tuaku ternyata lebih memilih pria lain. Takdir memang selucu itu, Se." Sea membuang muka. Ada perasaan sedih ketika melihat Nando yang masih mengingat dirinya bahkan disaat dia dan Tirta sedang bahagia menanti buah hati mereka lahir. "Maaf, Bang." Nando terkekeh. "Aku baik-baik saja, Sea. Mungkin Tuhan memang melindungi kamu dari pria tua sepertiku." Sea menggeleng samar. Kedua matanya berembun melihat raut putus asa di wajah Nando. "Sudah kukatakan, kamu pasti mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, Bang." "Sendirian?" tanya Nando mengalihkan pembicaraan. Sea mengangguk samar, "Mas Tirta sibuk ngurus Caf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   TAMAT

    Dikira Miskin (TAMAT)***Satu tahun kemudian ...."Pulang dulu, Sayang. Brian pasti nyariin kamu," kata Bagas lembut. Anita mendongak, kedua matanya memerah dengan bekas air mata yang di pipi. "Sebentar lagi ya, Mas. Sebentar saja," rengeknya manja. Jemarinya yang lentik mengusap-usap pusara kedua orang taunya bergantian, lalu beralih pada pusara Haryati yang nampak segar dengan bunga-bunga yang Anita taburkan barusan. "Brian sudah bisa berjalan, Yah. Kalau saja Ayah dan Ibu masih ada ....""Nit ...." Suara Bagas mengambang di udara. Kehilangan adalah hal yang paling menakutkan baginya. "Biarkan mereka semua tenang di alam sana. Ayo pulang!"Anita bergeming. Matanya semakin sembab karena sudah hampir satu jam ia menangis di pusara tiga orang tercintanya. Haryati sengaja di kuburkan tepat di samping anak dan menantunya. "Semua terasa begitu cepat, Mas.""Takdir Tuhan adalah misteri, apalagi kematian ... semua tidak ada yang tahu sampai kapan batas usia mereka, Sayang. Berhenti berse

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjelang Tamat

    ***"Darimana kamu tahu kalau Bang Nando menaruh hati pada Sea, Sayang?"Anita mengedikkan bahu. Dia bangkit dan berjalan menjauhi Bagas yang saat ini nampak cengo karena keterkejutannya barusan."Anita ...," pekik Bagas tertahan mengingat sekarang dia sedang berada diantara banyak tamu undangan.Anita menghentikan langkah dan bergelayut manja di lengan Halimah. Wanita cantik itu sekarang tidak segan-segan untuk memeluk mertuanya karena selama ini Halimah memang mencurahkan perhatiannya pada Anita."Bawa Anita pulang, Gas. Dia pucat sekali," ucap Halimah panik. Dia mengusap-usap pipi menantunya dengan lembut. "Pulanglah, acaranya mungkin akan selesai agak malam. Kamu istirahat saja, biar Ibu yang menjelaskan pada Sea nanti."Anita mengangguk patuh. Dia mengikuti langkah Bagas dengan jemari yang saling bertaut. Acara pernikahan Sea memang di adakan di sebuah hotel ternama, perjalanan untuk pulang ke rumah mereka pun menempuh waktu sekitar dua puluh menit."Kamu belum menjawab pertanyaa

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kondangan, yuk!

    ***"Nit, kami ...."Anita beralih menatap Tomi dan Gina. Sorot matanya penuh selidik sampai suara Sea membuatnya tiba-tiba terpekik dan berjingkrak bahagia seperti gadis kecil yang mendapat mainan. "Kami ... sebentar lagi akan menikah.""Hah? Serius, kalian ... tidak lagi membohongi aku kan?"Sea menggeleng. Dia merentangkan tangan untuk menyambut tubuh Anita, sahabat yang paling baik yang ia punya selama ini. Sea dan Tirta tertawa ketika Anita jingkrak-jingkrak senang dengan kabar yang ia dengar."Kamu membuatku takut, Se!" Anita mengusap air mata sambil memeluk Sea. "Kalian ... akhirnya. Ya Tuhan!" Anita kembali memekik bahagia. Dia mengurai pelukan dan berlari menuju Gina. Tanpa aba-aba lagi, kedua wanita beda generasi itu saling memeluk dan menangis lirih. Betapa Tomi merasa haru dengan suasana di depan matanya. Siapa sangka, restu yang ia berikan justru memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya Sea dan Tirta. "Kami sudah lelah menangis, Nit. Ayolah, kalau kamu masi

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Berhasil melewati Batu Terjal

    ***"Brengsek! Berani-beraninya dia ngusir kita, Mas?!" jerit Nayna marah. Bibirnya mengerucut sembari satu tangan mengusap dahi yang mulai berpeluh. "Harusnya kamu bisa tegas sama istrimu itu, Mas! Bagaimanapun kamu adalah kepala keluarga, jangan lembek gini dong!" Suara Nayna semakin membuat kepala Rayan berdenyut nyeri. "Diam, Nay!""Kenapa kamu malah bentak aku? Harusnya kamu bentak saja di Prisa yang kurang ajar itu!""Semua ini salah kamu! Murahan! Kamu bisa kan bersikap baik di depan Prisa bukan malah menyulut pertengkaran seperti ini!""Ya, ya! Salahkan saja aku terus, Mas! Bela wanita mandul yang tidak berguna itu! Aku muak melihat sikapmu yang lemah di depan Prisa!"Plak ....Nayna memegang pipi kanannya yang terasa panas. Tidak ada air mata melainkan hanya kemarahan yang bersarang di dadanya saat ini. "Tampak! Tampar yang banyak kalau perlu bunuh sekalian bayimu ini! Pria miskin! Aku menyesal mau mengakui anak ini sebagai darah dagingmu!"Rayan mengusap wajahnya kasar. Pe

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kamu menang, Tirta!

    ***Tirta dan Sea bergeming. Ucapan Tomi membuat rasa percaya diri Tirta yang sempat tumbuh terasa dihempas begitu saja. Ternyata, setelah bisa mendapatkan kembali hati Sea, ia harus melalui satu jalan lagi yaitu Tomi dan Gina. "Ada banyak pria di luaran sana, Sea! Kamu cantik, mandiri dan ... kamu bisa mencari pria lain tanpa harus terjebak dengan pria yang sama!" ucap Tomi marah. "Kamu lupa ... dia bahkan rela memohon agar wanita yang sudah membuatmu celaka itu bebas. Jangan bodoh!"Sea menunduk. Bodoh! Ya, dia memang sudah bodoh karena setelah berbulan-bulan terlewati, perasaannya pada Tirta terus saja tumbuh tanpa sedikitpun berkurang. Gina mengusap lengan Tomi dengan lembut. Kedua matanya menatap Sea dengan nanar. Putri yang ia anggap sudah melupakan Tirta ternyata masih memiliki perasaan yang begitu besar untuk pria itu."Dia sudah membuatmu terluka, Se. Apa kamu pikir Ayah akan melepaskanmu dengan pria yang sudah pernah membuatmu kecewa?""Yah ....""Tidak!" sahut Tomi tegas.

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hamka Mundur

    ***Sea dan Tirta terlonjak. Wanita itu mengurai pelukan saat kedua matanya mulai terbuka dan mendapati sosok Freya berdiri di ambang pintu dengan air muka kebingungan."Fre mau ikut peluk," ucapnya polos. Sea merentangkan tangan dan menghambur di pelukan Sea. Bibirnya terus mengukir senyum seolah-olah dua pasangan di depannya bukanlah sebuah ancaman bagi Papanya. "Ini siapa, Tante? Papa ...." Freya memanggil Hamka ketika pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban dari mulut Sea. "Ayo, sini! Kita pelukan sama-sama!"Brenda membuang muka. Sedikit banyak dia mulai mengerti apa yang sedang terjadi di depan matanya. Melihat Freya yang begitu dekat dengan Sea sudah memberikan jawaban atas pertanyaan Brenda pada Hamka tadi."Kalian ... di-- dia kenal Sea?" tanya Brenda terbata. "Kalian ... sudah saling mengenal?"Hamka mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu melangkah mendekati Freya dan meninggalkan Brenda di depan toko dengan rasa cemas yang luar biasa."Hai ...," sapa Hamka. "Maaf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pupus Harapan Freya

    ***"Se, tolong dengarkan aku!" pinta Tirta memelas. Dia melangkah mendekati Sea yang memunggunginya sembari menutup telinga dengan dua tangan seakan-akan tidak ada yang ingin dia dengarkan dari mulut Tirta. "Aku datang hanya ingin menjelaskan semuanya. Setelah itu semua keputusan terserah padamu. Aku ... hanya ingin meminta maaf atas semua rasa kecewa yang kamu rasakan.""Untuk apa meminta keputusan dariku, Mas? Bukankah kamu sudah memutuskan semuanya sendiri? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku yang ... aku yang tidak sedang mengandung anakmu!" "Dia bukan anakku, Sea!""Dan aku tidak peduli!" teriak Sea. Air matanya berlomba-lomba untuk meluncur bebas ke pipi. "Anakmu atau bukan, yang jelas kamu sudah memilih Nayna daripada aku! Dan itu ... sudah cukup membuatku paham jika nama Nayna berada di posisi tertinggi dalam hatimu."Tirta menunduk. Langkahnya terhenti ketika Sea sudah berada tepat di depan matanya. "Bahkan setelah melukai hatiku berkali-kali, kamu datang dengan wani

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal Kehancuran Nayna

    ***"Mana sarapan untukku?"Nayna duduk di kursi makan dengan melipat tangan. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang menunggu sarapannya tersaji."Coba ulangi lagi!"Nayna mendengus kesal. "Ck! Jangan cari gara-gara ya, Mbak. Ini masih pagi, mood ku juga sedang buruk, kamu nggak mau kan kalau sampai aku ngadu ke Mas ....""Kamu pikir aku takut?""Ouh, jadi nantangin? Kamu mau tau siapa yang akan dipilih oleh suami kamu, begitu?" angkuh Nayna. "Lihat! Di perutku ada kehidupan lain, dia yang bertahun-tahun lamanya sangat diinginkan oleh Mas Rayan, yakin kalau aku merajuk dia bakalan lepas kamu begitu saja?"Wanita yang usianya jauh lebih tua di banding Nayna itu tertawa sumbang. Ya, tidak mengelak jika hadirnya seorang bayi adalah keinginan dia dan Rayan selama bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga. Tapi tidak dengan bayi dalam hubungan yang kotor. Rayan sudah mencurangi pernikahan mereka."Kenapa diam,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status