Share

Keanehan Halimah

Penulis: rafanalfa6819
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-24 13:09:17

***

"Mau kemana, Mas?" Vano mencegat Tomi di depan pintu kamar saat dia melihat betapa terburu-buru Tomi dalam melangkah.

"Aku harus pergi, Van."

"Kemana? Apa ada masalah?"

Mendengar Kakak dan suaminya berbicara, Halimah keluar dari dalam kamar dan menimpali, "Ada apa, Mas?"

"Entahlah. Mas Tomi sepertinya terburu-buru."

"Aku ... aku minta maaf, Mas. Tapi jangan pergi dari sini ...."

Tomi mendesah kuat. Dia mengusap pucuk kepala adik perempuannya dengan lembut. Bagaimanapun seorang kakak laki-laki tidak bisa menyakiti wanita di dalam keluarganya, baik Ibu maupun Halimah. Tomi begitu mencintai keduanya hingga mengesampingkan luka yang sejenak dia rasakan tadi.

"Mas sudah memaafkan kamu, Hal. Mana ada seorang kakak yang bisa marah pada adik sebaik kamu?"

Mata Halimah berkaca-kaca. Dia memeluk Tomi dengan erat selayaknya seorang adik kecil yang sedang merajuk. Mel
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kemana Gina

    ***Halimah terlihat gugup. "Maksudku, jangan mencoba menghubungi nomor Mbak Gina. Kita tidak tau apa yang sedang dia rencanakan, bukan? Bagaimana jika Mas Kus tau kalau Mbak Gina sudah menghubungi Mas Tomi sebelumnya dan dia memutar rencana?"Tomi berdecak kesal. Apa yang Halimah katakan memang benar. Tapi menunggu sampai ke Jalan Ganggang dan menanti panggilan dari Gina sepertinya bukan pilihan yang benar."Tapi Mas sudah nggak sabar, Hal ....""Tenangkan dirimu, Tom!" tegur Karim tegas. "Jagan gegabah dalam mengambil tindakan atau apa yang kamu lakukan hanya akan merugikan orang lain.""Pak ... bagaimana jika Gina sudah ....""Buang pikiran buruk! Berdoa saja semoga Gina bisa menyelamatkan diri sebelum kita sampai disana."Mendengar Karim yang berbicara dengan tegas membuat Tomi seketika mengangguk patuh. Halimah menggenggam jemari Ibunya dengan perasaan takut. Tidak ada yang tau ap

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Misteri perginya Gina

    ***Halimah tersentak mendapat bentakan dari Vano. Melihat kedua mertuanya yang sejak tadi diam, seketika Vano meredam emosinya dan memilih untuk ikut diam sementara Tomi berkali-kali mencoba memanggil nomor Gina. Sudah banya dering yang dia dengarkan, tapi panggilannya tidak kunjung mendapat jawaban."Apa aku salah lagi, Mas?" tanya Halimah parau. "Mbak Gina sudah keterlaluan. Dan kalian masih saja membelanya?"Mereka tidak ada yang menjawab, sampai semuanya masuk ke dalam mobil, Vano mulai mencecar istrinya meskipun dengan nada lembut, tetap saja bagi Halimah terasa menyakitkan."Apa Mas pernah mengajarimu mengumpat, Dek?""Kamu secara tidak langsung sudah membuat harga diri Mas hancur. Di depan Bapak dan Ibu kamu berani berkata yang tidak pantas. Apa kamu tidak berpikir bagaimana pandangan orang lain kepadamu? Tidakkah mereka akan menganggap aku sebagai suami yang tidak becus mengurus dan membimbing istri?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hancur

    ***"Ahahaha ... Iya, Mas. Ini Kusaini, kebetulan Gina sedang sama saya. Kami sedang ... emh ... ya begitulah, Mas," papar Kusaini malu-malu.Wajah Tomi memerah. Kini dia memahami apa yang sedang Halimah khawatirkan. Ternyata Gina memang bukan wanita baik-baik."Bisa aku bicara dengan Gina, Kus?""Aduh, maaf sekali Mas Tomi. Dia sedang tidur, sepertinya lelah sekali karena maklum saja ini adalah pertemuan pertama kita setelah berpisah hampir satu tahun."Suasana di dalam mobil mendadak panas dan hening. Halimah melengos saat melihat rahang Tomi mengatup keras. Kebencian yang hampir saja menguap, kini memanas lagi setelah Kusaini menelpon kakaknya."Maaf karena Gina mengirim pesan seperti tadi, Mas. Dia iseng saja, sebenarnya saya juga tidak enak mengatakan ini ...."Mereka saling berpandangan. Kebetulan Tomi memang tengah meloud speaker panggilannya kali ini."Tida

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Ancaman Kusaini

    Sesampainya di rumah ...."Istirahat saja kalian, besok kita pergi pagi, Van. Biar tidak terjebak macet," kata Karim.Ketiganya mengangguk patuh, lalu masuk ke dalam kamar masing-masing dan memilih untuk merebahkan diri.Halimah dan Vano terlibat obrolan serius seputar bisnis mereka yang akan dirintis dari kampung. Keduanya merasa tidak lagi perlu membahas masalah Gina karena perkataan Kusaini tadi sudah cukup jelas bagi keduanya.Sementara Tomi ....|Kamu yakin baik-baik saja, Gin?|Terkirim.Dia nekad mengirim pesan pada Gina meskipun sudah mendapat telepon tadi. Hatinya masih ingin menyangkal apa yang sudah dia dengarkan barusan.Ting ....Dengan cepat dia membuka pesan saat tau bahwa nama Gina yang terpampang di layarnya.|Tidak perlu khawatir, Mas Tomi. Gina baik-baik saja dalam pelukan saya|Tidak lama, sebuah foto terkirim setelah pesa

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kembali ke Kampung

    ***"Wah, ada orang kota datang nih. Kok nggak kabar-kabar sih, Bu Leha?"Keluarga Leha yang baru saja turun dari mobil seketika mendapat sambutan dari Diah, teman ghibah Eni di masa lalu. Mendengar suara Diah yang lebih mirip teriakan itu membuat para tetangga berhamburan keluar dan menjabat tangan satu per satu keluarga Halimah."Iya nih, Bu Leha. Tiba-tiba pulang tanpa kabar aja. Baik-baik semua kan ini?" tanya Nur yang tiba-tiba sudah mendekat ke arah Halimah.Leha tersenyum tipis mendapat cercaan dari pada tetangganya. "Saya sudah ngabarin Bu Gun, sama Bu RT juga. Kebetulan bulan kemarin kan yang menyewa rumah kami sudah selesai masa kontrak. Jadi ada baiknya kami kembali lagi ke kampung. Lebih enak hidup disini, banyak tetangga," sahut Leha datar.Halimah membantu Vano menurunkan barang bawaan sementara Tomi dan Karim bersama-sama membawa koper dan tas masuk ke dalam rumah.Meskipun cukup

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Julid

    ***"Tirta," gumam Leha lirih.Tirta berlari dan memeluk Leha dengan erat. Persis seperti seorang cucu yang sedang memeluk neneknya karena rindu. Tangis Tirta pecah saat melihat keluarga Tomi datang. Pasalnya, dulu Tomi pernah berjanji akan sesekali membawa Tirta ke kota, tapi janji hanyalah tinggal janji. Tirta tidak sekalipun bisa bertemu Tomi melainkan hanya dari sambungan telepon. Kesibukan di bengkel membuat Tomi sejenak melupakan keberadaan mantan anak tirinya itu."Nenek ... Tirta kangen," rengeknya manja. Leha hanya mampu mengelus pucuk kepala bocah itu dengan perasaan haru. "Tirta kangen sama Nenek."Leha mengulas senyum tipis. Dia memeluk tubuh Tirta yang kini terlihat semakin berisi. Bocah yang saat ini duduk di kelas 2 SD itu terlihat sehat daripada dulu."Nenek juga kangen. Makanya pulang, Nenek sama Kakek kangen kamu," ujar Leha membual. "Ayo masuk, ada Ayah sama Tante Halimah di dalam."

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pengakuan Kusaini

    ***"Ba-- Baik, Hal. Kami baik-baik saja," jawab Astri ragu."Halo anak baik, kangen nggak sama Tante?"Tirta melepaskan pelukan Tomi, dia menoleh ke arah dimana Halimah berdiri. Sejurus kemudian senyum sumringah terpancar di wajah Tirta. Bocah itu mengangguk dan berlari memeluk tubuh Halimah dengan erat. "Kangen banget, Tante," serunya.Halimah mengusap pucuk kepala Tirta dengan lembut. "Masa sih kangen, tapi kenapa nggak pernah telepon Tante ya?" godanya.Tirta mendongak, hingga sepersekian detik kepalanya memutar menatap Astri yang tetiba menunduk malu."Kata Mama, Tante sibuk sekali disana. Jadi Tirta nggak boleh ganggu."Halimah termenung. "Ah, pintar sekali. Terima kasih karena sudah memahami kesibukan Tante ya."Tirta tersenyum dan mengangguk. Dia memegang jemari Halimah dan memilih duduk di depan TV menyaksikan Tomi yang sedang membongkar tas mereka.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Syok

    ***"Tidur bersama."Plak ....Eni menampar pipi Kusaini dengan keras. Dadanya naik turun diiringi dengan air mata yang tiba-tiba mengalir deras membasahi pipinya."Katakan sekali lagi, Nak!"Hesti berusaha menahan lengan Ibunya dan mengusap-usapnya lembut. Berkali-kali wanita berusia hampir menginjak kepala tiga itu menenangkan Eni dengan kalimat-kalimat sabar yang dia bisikkan. Tapi kemarahan seolah sedang menguasai hati Eni, dia geram saat Kusaini mengatakan jika dirinya dan Gina sempat tidur bersama ketika berada di kota kemarin."Setelah apa yang dia lakukan, kamu masih saja mau kembali dengan lacur itu?""Dia bukan lacur, Bu! Dia mantan istriku yang sengaja pergi karena Ibu sudah memperlakukannya dengan tidak baik!""Jadi kamu mau menyalahkan ibu, begitu?"Terdengar hentakan napas dari Kusaini, laki-laki itu menyandarkan punggungnya di kursi sembar

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-28

Bab terbaru

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Extra Part

    Dikira Miskin (Extra Part) *** Lima bulan kemudian .... "Hai ... lama tidak bertemu, usia berapa kandungan kamu?" Sea menoleh dan mendapati sosok Nando tengah berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. "Se?" "Ah, maaf, Bang. Aku ... kaget aja tiba-tiba kamu muncul disini," celetuk Sea gugup. "Sendirian, Bang?" "Ya, karena wanita yang hampir menemani masa tuaku ternyata lebih memilih pria lain. Takdir memang selucu itu, Se." Sea membuang muka. Ada perasaan sedih ketika melihat Nando yang masih mengingat dirinya bahkan disaat dia dan Tirta sedang bahagia menanti buah hati mereka lahir. "Maaf, Bang." Nando terkekeh. "Aku baik-baik saja, Sea. Mungkin Tuhan memang melindungi kamu dari pria tua sepertiku." Sea menggeleng samar. Kedua matanya berembun melihat raut putus asa di wajah Nando. "Sudah kukatakan, kamu pasti mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, Bang." "Sendirian?" tanya Nando mengalihkan pembicaraan. Sea mengangguk samar, "Mas Tirta sibuk ngurus Caf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   TAMAT

    Dikira Miskin (TAMAT)***Satu tahun kemudian ...."Pulang dulu, Sayang. Brian pasti nyariin kamu," kata Bagas lembut. Anita mendongak, kedua matanya memerah dengan bekas air mata yang di pipi. "Sebentar lagi ya, Mas. Sebentar saja," rengeknya manja. Jemarinya yang lentik mengusap-usap pusara kedua orang taunya bergantian, lalu beralih pada pusara Haryati yang nampak segar dengan bunga-bunga yang Anita taburkan barusan. "Brian sudah bisa berjalan, Yah. Kalau saja Ayah dan Ibu masih ada ....""Nit ...." Suara Bagas mengambang di udara. Kehilangan adalah hal yang paling menakutkan baginya. "Biarkan mereka semua tenang di alam sana. Ayo pulang!"Anita bergeming. Matanya semakin sembab karena sudah hampir satu jam ia menangis di pusara tiga orang tercintanya. Haryati sengaja di kuburkan tepat di samping anak dan menantunya. "Semua terasa begitu cepat, Mas.""Takdir Tuhan adalah misteri, apalagi kematian ... semua tidak ada yang tahu sampai kapan batas usia mereka, Sayang. Berhenti berse

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjelang Tamat

    ***"Darimana kamu tahu kalau Bang Nando menaruh hati pada Sea, Sayang?"Anita mengedikkan bahu. Dia bangkit dan berjalan menjauhi Bagas yang saat ini nampak cengo karena keterkejutannya barusan."Anita ...," pekik Bagas tertahan mengingat sekarang dia sedang berada diantara banyak tamu undangan.Anita menghentikan langkah dan bergelayut manja di lengan Halimah. Wanita cantik itu sekarang tidak segan-segan untuk memeluk mertuanya karena selama ini Halimah memang mencurahkan perhatiannya pada Anita."Bawa Anita pulang, Gas. Dia pucat sekali," ucap Halimah panik. Dia mengusap-usap pipi menantunya dengan lembut. "Pulanglah, acaranya mungkin akan selesai agak malam. Kamu istirahat saja, biar Ibu yang menjelaskan pada Sea nanti."Anita mengangguk patuh. Dia mengikuti langkah Bagas dengan jemari yang saling bertaut. Acara pernikahan Sea memang di adakan di sebuah hotel ternama, perjalanan untuk pulang ke rumah mereka pun menempuh waktu sekitar dua puluh menit."Kamu belum menjawab pertanyaa

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kondangan, yuk!

    ***"Nit, kami ...."Anita beralih menatap Tomi dan Gina. Sorot matanya penuh selidik sampai suara Sea membuatnya tiba-tiba terpekik dan berjingkrak bahagia seperti gadis kecil yang mendapat mainan. "Kami ... sebentar lagi akan menikah.""Hah? Serius, kalian ... tidak lagi membohongi aku kan?"Sea menggeleng. Dia merentangkan tangan untuk menyambut tubuh Anita, sahabat yang paling baik yang ia punya selama ini. Sea dan Tirta tertawa ketika Anita jingkrak-jingkrak senang dengan kabar yang ia dengar."Kamu membuatku takut, Se!" Anita mengusap air mata sambil memeluk Sea. "Kalian ... akhirnya. Ya Tuhan!" Anita kembali memekik bahagia. Dia mengurai pelukan dan berlari menuju Gina. Tanpa aba-aba lagi, kedua wanita beda generasi itu saling memeluk dan menangis lirih. Betapa Tomi merasa haru dengan suasana di depan matanya. Siapa sangka, restu yang ia berikan justru memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya Sea dan Tirta. "Kami sudah lelah menangis, Nit. Ayolah, kalau kamu masi

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Berhasil melewati Batu Terjal

    ***"Brengsek! Berani-beraninya dia ngusir kita, Mas?!" jerit Nayna marah. Bibirnya mengerucut sembari satu tangan mengusap dahi yang mulai berpeluh. "Harusnya kamu bisa tegas sama istrimu itu, Mas! Bagaimanapun kamu adalah kepala keluarga, jangan lembek gini dong!" Suara Nayna semakin membuat kepala Rayan berdenyut nyeri. "Diam, Nay!""Kenapa kamu malah bentak aku? Harusnya kamu bentak saja di Prisa yang kurang ajar itu!""Semua ini salah kamu! Murahan! Kamu bisa kan bersikap baik di depan Prisa bukan malah menyulut pertengkaran seperti ini!""Ya, ya! Salahkan saja aku terus, Mas! Bela wanita mandul yang tidak berguna itu! Aku muak melihat sikapmu yang lemah di depan Prisa!"Plak ....Nayna memegang pipi kanannya yang terasa panas. Tidak ada air mata melainkan hanya kemarahan yang bersarang di dadanya saat ini. "Tampak! Tampar yang banyak kalau perlu bunuh sekalian bayimu ini! Pria miskin! Aku menyesal mau mengakui anak ini sebagai darah dagingmu!"Rayan mengusap wajahnya kasar. Pe

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kamu menang, Tirta!

    ***Tirta dan Sea bergeming. Ucapan Tomi membuat rasa percaya diri Tirta yang sempat tumbuh terasa dihempas begitu saja. Ternyata, setelah bisa mendapatkan kembali hati Sea, ia harus melalui satu jalan lagi yaitu Tomi dan Gina. "Ada banyak pria di luaran sana, Sea! Kamu cantik, mandiri dan ... kamu bisa mencari pria lain tanpa harus terjebak dengan pria yang sama!" ucap Tomi marah. "Kamu lupa ... dia bahkan rela memohon agar wanita yang sudah membuatmu celaka itu bebas. Jangan bodoh!"Sea menunduk. Bodoh! Ya, dia memang sudah bodoh karena setelah berbulan-bulan terlewati, perasaannya pada Tirta terus saja tumbuh tanpa sedikitpun berkurang. Gina mengusap lengan Tomi dengan lembut. Kedua matanya menatap Sea dengan nanar. Putri yang ia anggap sudah melupakan Tirta ternyata masih memiliki perasaan yang begitu besar untuk pria itu."Dia sudah membuatmu terluka, Se. Apa kamu pikir Ayah akan melepaskanmu dengan pria yang sudah pernah membuatmu kecewa?""Yah ....""Tidak!" sahut Tomi tegas.

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hamka Mundur

    ***Sea dan Tirta terlonjak. Wanita itu mengurai pelukan saat kedua matanya mulai terbuka dan mendapati sosok Freya berdiri di ambang pintu dengan air muka kebingungan."Fre mau ikut peluk," ucapnya polos. Sea merentangkan tangan dan menghambur di pelukan Sea. Bibirnya terus mengukir senyum seolah-olah dua pasangan di depannya bukanlah sebuah ancaman bagi Papanya. "Ini siapa, Tante? Papa ...." Freya memanggil Hamka ketika pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban dari mulut Sea. "Ayo, sini! Kita pelukan sama-sama!"Brenda membuang muka. Sedikit banyak dia mulai mengerti apa yang sedang terjadi di depan matanya. Melihat Freya yang begitu dekat dengan Sea sudah memberikan jawaban atas pertanyaan Brenda pada Hamka tadi."Kalian ... di-- dia kenal Sea?" tanya Brenda terbata. "Kalian ... sudah saling mengenal?"Hamka mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu melangkah mendekati Freya dan meninggalkan Brenda di depan toko dengan rasa cemas yang luar biasa."Hai ...," sapa Hamka. "Maaf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pupus Harapan Freya

    ***"Se, tolong dengarkan aku!" pinta Tirta memelas. Dia melangkah mendekati Sea yang memunggunginya sembari menutup telinga dengan dua tangan seakan-akan tidak ada yang ingin dia dengarkan dari mulut Tirta. "Aku datang hanya ingin menjelaskan semuanya. Setelah itu semua keputusan terserah padamu. Aku ... hanya ingin meminta maaf atas semua rasa kecewa yang kamu rasakan.""Untuk apa meminta keputusan dariku, Mas? Bukankah kamu sudah memutuskan semuanya sendiri? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku yang ... aku yang tidak sedang mengandung anakmu!" "Dia bukan anakku, Sea!""Dan aku tidak peduli!" teriak Sea. Air matanya berlomba-lomba untuk meluncur bebas ke pipi. "Anakmu atau bukan, yang jelas kamu sudah memilih Nayna daripada aku! Dan itu ... sudah cukup membuatku paham jika nama Nayna berada di posisi tertinggi dalam hatimu."Tirta menunduk. Langkahnya terhenti ketika Sea sudah berada tepat di depan matanya. "Bahkan setelah melukai hatiku berkali-kali, kamu datang dengan wani

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal Kehancuran Nayna

    ***"Mana sarapan untukku?"Nayna duduk di kursi makan dengan melipat tangan. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang menunggu sarapannya tersaji."Coba ulangi lagi!"Nayna mendengus kesal. "Ck! Jangan cari gara-gara ya, Mbak. Ini masih pagi, mood ku juga sedang buruk, kamu nggak mau kan kalau sampai aku ngadu ke Mas ....""Kamu pikir aku takut?""Ouh, jadi nantangin? Kamu mau tau siapa yang akan dipilih oleh suami kamu, begitu?" angkuh Nayna. "Lihat! Di perutku ada kehidupan lain, dia yang bertahun-tahun lamanya sangat diinginkan oleh Mas Rayan, yakin kalau aku merajuk dia bakalan lepas kamu begitu saja?"Wanita yang usianya jauh lebih tua di banding Nayna itu tertawa sumbang. Ya, tidak mengelak jika hadirnya seorang bayi adalah keinginan dia dan Rayan selama bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga. Tapi tidak dengan bayi dalam hubungan yang kotor. Rayan sudah mencurangi pernikahan mereka."Kenapa diam,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status